Pascabanjir, Petani Kudus Merugi Karena Kualitas Padi yang Dipanen Anjlok
Arin Nikmah mengatakan, tingginya intensitas hujan mengakibatkan 800 hektare lahan pertanian terendam banjir.
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Rifqi Gozali
TRIBUNNEWS.COM, KUDUS - Ratusan hektare sawah di Kabupaten Kudus terendam banjir.
Akibatnya, selain kualitas, harga gabah juga merosot.
Sebagai contoh lahan pertanian yang terendam banjir yaitu di Desa Gondoharum Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus.
Di desa ini, buruh tani yang hendak panen padi terpaksa menggunakan terpal sebagai media pengangkut gabah di atas genangan air.
Peno Arwanto (40) misalnya, buruh tani asal Desa Tamansari Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati ini harus menempuh jarak ratusan meter untuk membawa padi yang baru dibabat dari sawah menuju tepian sawah.
Selanjutnya padi tersebut digiling menjadi gabah.
Baca: Tak Dibayar Usai Lakukan Hubungan Menyimpang Jadi Alasan Remaja Ini Cangkul Leher Juragan Keripik
"Cara mengangkutnya pakai terpal yang dibuat berbentuk perahu agar bisa dibawa ke jalan, karena kondisinya banjir. Sawah terendam," kata Peno.
Dia mengatakan, akibat kondisi tersebut kualitas gabah yang dihasilkan kurang baik.
Sebab kadar airnya terlalu banyak.
Selain itu, harga jual dari petani ke tengkulak juga anjlok.
Menurutnya, hasil gabah pada sepetak sawah seluas sekitar 1.500 meter persegi itu jika dijual petani ke tengkulak normalnya Rp 7 juta, saat banjir hanya Rp 4 juta.
"Harganya kalau banjir pasti anjlok, tapi petani tetap menjualnya ke tengkulak atau pemborong gabah, daripada tidak ada hasil," kata dia.
Sementara Plt Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus, Arin Nikmah mengatakan, tingginya intensitas hujan mengakibatkan 800 hektare lahan pertanian terendam banjir.