Seorang Pasien DBD di Abdya Meninggal Satu Jam Setelah Masuk Ruang IGD RSUTP
Seorang pasien demam berdarah dengue (DBD), meninggal sekira satu jam setelah masuk ke ruang Instalasi Gawat Darurat (RSUTP.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, BLANGPIDIE - Seorang pasien demam berdarah dengue (DBD), warga Rubek Meupayong, Kecamatan Susoh, Aceh Barat Daya (Abdya), meninggal sekira satu jam setelah masuk ke ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Teungku Peukan (RSUTP), Rabu (6/2/2019) malam.
Informasi yang diperoleh Serambi dari tenaga medis di RSU tersebut bahwa pasien pria berumur 17 tahun itu mengembuskan napas terakhir setelah kadar trombositnya anjlok ke angka 14.000.
Idealnya, kadar trombosit normal adalah 150.000.
"Iya, karena trombositnya sudah sangat rendah," ujar salah seorang tenaga medis.
Ia menduga, pasien DBD tersebut sudah lama menderita sakit dan baru tahu terkena DBD pasca masuk rumah sakit.
"Biasanya, kalau baru-baru terkena DBD itu jarang kejadian satu jam masuk IGD langsung meninggal dunia. Biasanya malah bisa sembuh," katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Abdya, Safliati MKes yang dikonfirmasi mengaku bahwa DBD telah merenggut satu nyawa di Abdya.
Ia juga sudah mendata tempat domisili para pasien yang terserang DBD untuk dilakukan fogging (pengasapan) secepatnya di rumah dan lingkungan tempat tinggal mereka.
"Iya, insyaallah kita sudah lakukan fogging di sejumlah lokasi yang rawan nyamuk Aedes aegypti," ujar Safliati.
Selain fogging, Safliati mengaku telah meminta kepada petugas untuk melakukan sosialisasi kepada sejumlah masyarakat menggunakan mobil keliling.
"Kita hanya bisa melakukan sosialisasi gerakan kebersihan lingkungan dan melakukan fogging," ujarnya.
Safliati janji akan membuat surat imbauan kepada camat untuk menggerakkan warganya melakukan gotong royong di desa masing-masing.
Selain gotong royong, salah satu yang harus dilakukan masyarakat adalah menutup bak mandi agar tak menjadi sarang nyamuk, menguras bak mandi setidaknya seminggu sekali, dan menimbun barang yang tidak terpakai seperti kaleng atau wadah kosong.
"Pemicu DBD ini karena lingkungan yang kotor. Jadi, solusi yang efektif menghindari penyakit DBD adalah jagalah kebersihan lingkungan kita," kata dia.
Baca: Mobilnya Terlacak GPS Jatuh ke Jurang, Sudah 13 Hari Kadek Rifki Belum Ditemukan
Adapun desa yang paling rawan terkena DBD di Kecamatan Susoh adalah Desa Padang Hilir, Desa Gadang, Desa Pante Perak, Desa Padang Baru, Desa Pinang, Desa Kepala Bandar, dan Desa Ladang.
Sementara itu, di Kecamatan Babahrot desa-desa yang rawan jangkitan DBD adalah Desa Alue Jeurejak dan Desa Rukun Dame.
Di Kecamatan Blangpidie, Desa Meudang Ara dan Desa Lhueng Tarok; di Kecamatan Jeumpa, Desa Alue Ramboet; dan Kecamatan Lembah Sabil, Desa Ujung Tanah.
Berpotensi Meningkat
Selama musim hujan yang dimulai Desember, Januari hingga Februari ini akan berpotensi meningkatnya kasus DBD di Aceh.
Untuk itu, warga diminta terus menjaga kebersihan lingkungannya guna menghindari tumbuhnya jentik nyamuk DBD.
Hal disampaikan Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Aceh, dr Iman Murahman kepada Serambi di Banda Aceh, Kamis (8/2/2019).
Ia menjelaskan bahwa jika memasuki musim hujan maka kasus penyakit DBD cenderung meningkat.
Ditambah lagi ada perilaku masyarakat yang kurang menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggalnya.
Beberapa barang bekas seperti ban atau botol menyimpan tampungan air mereka biarkan menjadi tempat berkembangnya jentik nyamuk.
Sementara itu, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Aceh, dr Wahyu Zulfansyah MKes memaparkan bahwa dalam seminggu terakhir penderita DBD di Aceh mencapai 32 orang.
Jumlah terbanyak berada di Aceh Barat Daya (Abdya) sebanyak 12 kasus, disusul Banda Aceh delapan kasus, kemudian Pidie dan Aceh Barat masing-masing tiga kasus.
Dokter Wahyu juga memaparkan, pada Januari 2019 pengidap DBD di Aceh mencapai 169 kasus dan dua di antarany meninggal, yaitu di Nagan Raya dan Banda Aceh.
Baca: Nenek Zumi Zola, Hj Nurhasanah Meninggal Dunia
Bulan lalu Banda Aceh, Aceh Besar, dan Pidie menjadi kawasan yang paling parah kasus DBD. Rinciannya Banda Aceh 40 kasus, Aceh Besar dan Pidie 14 kasus.
Sedangkan di Abdya bulan lalu hanya ada tujuh kasus.
Dokter Iman Murahman menambahkan, dalam mengatasi DBD tidak cukup dengan dilakukan fogging (pengasapan).
Namun, warga harus membiasakan pola hidup sehat dengan rutin membersihkan area rumah dan permukimannya, terutama saat musim penghujan seperti saat ini.
"Sebaiknya, warga melakukan gotong royong dulu, membersihkan lingkungan agar tidak ada genangan air dan membakar sampah, kemudian baru di-fogging. Jika terlalu banyak di-fogging juga tidak baik. Fogging itu kan ada unsur racunnya," ungkap Iman. (c50/mun)
Artikel ini telah tayang di Serambinews.com dengan judul DBD Renggut Satu Nyawa di Abdya