Dosen Teknik UGM Jadi Salah Penelis dalam Debat kedua Calon Presiden 2019
Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan melaksanakan debat Calon Presiden kedua pada 17 Februari nanti.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan melaksanakan debat Calon Presiden kedua pada 17 Februari nanti.
Jika debat pertama mengusung tema hukum, ham, korupsi dan terorisme, maka untuk debat kedua nanti akan mengusung tema energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam, lingkungan hidup.
Jika dalam debat pertama KPU melibatkan tim kampanye dalam perumusan nama panelis, kali ini KPU memutuskan untuk tidak lagi melibatkan kedua tim kampanye dalam menentukan panelis debat pilpres.
KPU pun telah memilih delapan panelis untuk merumuskan pertanyaan yang akan diberikan pada calon presiden.
Salah satu panelis yang terpilih adalah Pakar energi UGM, Dr. Ahmad Agus Setiawan.
Ahmad Agus Setiawan adalah adalah dosen Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika, yang merupakan pakar energi.
Saat ditemui wartawan Tribun Jogja, Ahmad Agus menceritakan bahwa dirinya dihubungi secara langsung oleh KPU ketika dalam perjalanan menjadi dosen pembimbing lapangan KKN di lombok.
Ia mengungkapkan, ternyata dalam tim KPU ada tim cyber yang bertugas mencari nama pakar-pakar se-Indonesia.
"Kemudian dirapatkan dan diputuskan KPU mengambil saya sebagai pakar di bidang energi," ujarnya.
Langkah KPU yang memilih panelis ini disebut Ahamd Agus sebagai langkah independen untuk meningkatkan kualitas debat capres.
"Belajar dari sebelumnya yang kurang menarik karena ada kisi-kisinya dan tertebak, malah orang bilang seperti cerdas cermat. Nah sekarang ini kelihatanya KPU mengambil inisiatif atau mengambil haknya yang memang diperbolehkan secara undang-undang untuk menetapkan panelis," paparnya.
Menurutnya dengan dipilihnya para panelis ini, maka KPU lebih mengedepankan dan mempertimbangkan netralitas dan kapasitas panelis.
Ahmad Agus sendiri diminta untuk memberikan materi di bidang energi.
KPU melihat track record Ahmad Agus Setiawan yang ahli di bidang energi, pembangunan berkelanjutan serta isu lingkungan.
"Nanti akan menjadi menarik karena 2019 adalah waktu yang krusial bagi Indonesia untuk mengembangkan energi lebih lanjut," tambahnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.