Putus Asa dengan Harga Cabai Anjlok, Petani Cabe di Kulon Progo Telantarkan Tanamannya
Anjloknya harga cabai di pasaran membuat petani di pesisir Kulon Progo menjerit.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, KULON PROGO - Anjloknya harga cabai di pasaran membuat petani di pesisir Kulon Progo menjerit.
Atas kondisi itu, para petani ramai-ramai menelantarkan tanaman cabainya dan bahkan sebagian mematikannya dengan menyemprotkan obat pembasmi gulma.
Ketua Kelompok Tani Gisik Pranaji, Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, Sukarman mengatakan penelantaran dan pemusnahan tanaman cabai itu didasari kondisi sangat rendahnya harga di pasaran saat ini.
Saat awal musim panen di November 2018 lalu, harga cabai masih berada di kisaran Rp13.000 per kilogram.
Angka itu tak berlangsung lama dan terus merosot tajam sejak Januari 2019.
Terparah, harga cabai jatuh cukup jauh hingga hanya laku terjual Rp5.000.kg pada 15 Januari lalu.
Rendahnya harga ini juga mendorong pasar lelang cabai ditutup.
Sejak saat itu tidak ada yang mau memetik meski sebetulnya masih bisa untuk beberapa kali petikan dengan hasil cukup banyak.
Sukarman mengatakan, di lahan garapannya seluas 1,5 hektare, paling tidak masih bisa terkumpul sekitar 6 ton cabai.
Hanya saja, ia enggan memetiknya karena harga jual yang sangat rendah dan tak sebanding ongkos petiknya.
"Sebetulnya bisa sampai 15-20 kali petikan dalam lima bulan namun kemarin hanya 12 petikan dan selanjutnya dibiarkan saja. Harganya tidak masuk akal dan ngga nutupi ongkos petik,"kata Sukarman, Senin (11/2/2019).
Para petani lalu menelantarkan tanaman itu tanpa perawatan sama sekali.
Tidak sedikit pula yang menyemprotkan obat gula untuk mematikannya lalu dicabut dari tanah.
Informasi yang didapatnya, harga cabai yang terjun bebas itu diakibatkan oleh berlimpahnya pasokan di sentra-sentra penjualan karena panen bersamaan secara nasional.