Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Warga Majatengah Banjarnegara Tunggu Hasil Kajian Badan Geologi

Kobaran api yang muncul dari lubang retakan itu diduga bersumber dari gas alam di dalam tanah

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Warga Majatengah Banjarnegara Tunggu Hasil Kajian Badan Geologi
TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKI
Warga melintasi areal longsoran di Desa Majatengah, Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara, Jumat (15/2/2019). Warga setempat juga menanti hasil kajian Badan Geologi Kementerian ESDM yang telah dilakukan 

Laporan Wartawan Tribun Jateng Khoirul Muzakki

TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) belum lama ini telah meneliti pergerakan tanah di Desa Majatengah Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara.

Kepala Desa Majatengah Sarno mengatakan, pihaknya belum menerima laporan hasil kajian itu dari para tim ahli.

Adapun lokasi yang diteliti adalah wilayah terdampak longsor di dekat Sungai Kacangan Desa Majatengah, termasuk area longsor yang dahulu sempat menyemburkan kobaran api.

Kobaran api yang muncul dari lubang retakan itu diduga bersumber dari gas alam di dalam tanah.

"Sudah diteliti, cuma hasilnya belum tahu," katanya.

Pergerakan tanah di desa ini setidaknya terjadi di dua titik yakni di Dusun Mandirejo dan komplek hulu Sungai Kacangan.

Berita Rekomendasi

Sekitar 10 hektare lahan pertanian warga terdampak longsor hingga ribuan tanaman salak rusak hingga petani gagal panen.

Baca: Misteri di Balik Pembongkaran Makam di Asinan Kalibening Banjarnegara

Bukan hanya gagal panen, lahan yang porak poranda itu bahkan tak bisa dimanfaatkan lagi karena kondisi tanah labil.

Di dusun ini, satu keluarga harus mengungsi karena rumah terancam longsor.

Longsor juga mengancam pemukiman di Dusun Majatengah.

Tiga rumah, yakni milik Sardiman, Turyaman, dan Jemiah bahkan mengalami rusak berat hingga nyaris roboh karena longsor.

Rumah yang dihuni 4 keluarga itu bahkan harus direlokasi di lahan yang lebih aman.

Mereka membangun gubuk sederhana di lahan itu dengan bantuan swadaya warga.

Kecuali Sardiman yang memutuskan menghuni kantor desa lama.

Selain rumah yang sudah direlokasi, 20 rumah lain di Rt 2 Rw 1 juga terancam longsor.

Pergerakan tanah membuat rumah yang berdiri di atasnya itu telah mengalami retak-retak.

"4 rumah direlokasi. 20 rumah terancam," katanya. 

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas