5 Warga Bima Dilarikan ke Rumah Sakit Setelah Bentrok dengan Polisi
Lima warga Bima, Nusa Tenggara Barat terluka setelah bentrok dengan aparat kepolisian saat menggelar aksi unjuk rasa di jalan Lintas Pelabuhan Sape.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, BIMA - Lima warga Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) terluka setelah bentrok dengan aparat kepolisian saat menggelar aksi unjuk rasa di jalan Lintas Pelabuhan Sape, Kabupaten Bima, NTB, Jumat (15/2/2019).
Ratusan warga melakukan unjuk rasa dengan memblokade jalan Lintas Pelabuhan Sape, Kabupaten Bima, NTB.
Awalnya, unjuk rasa ratusan masyarakat berjalan damai. Warga meminta Pemerintah Kabuapten Bima hadir menjawab tuntutan mereka.
Massa aksi menuntut perbaikan jalan rusak di beberapa desa yang tesebar di wilayah setempat.
Dalam aksi tersebut, massa membakar ban bekas di ruas jalan hingga menyebabkan arus lalu lintas terganggu.
Pihak Dinas PUPR Bima, Camat Sape, aparat kepolisian dan TNI setempat berusaha melobi massa aksi untuk koordinasi.
Tetapi upaya tersebut mendapat penolakan dari warga. Jalan yang diblokir sempat dibuka.
Namun, setelah salat Jumat, massa aksi kembali turun ke jalan dan menutup akses menuju pelabuhan.
Tak lama kemudian, satu pleton anggota Polres Bima Kota dikerahkan untuk membubarkan paksa aksi tersebut.
Baca: Dian Tak ke Luar Kamar Usai Minta Dibuatkan Mi Rebus, hingga Akhirnya Ditemukan Tak Bernyawa
Saat pembubaran itu, massa aksi tetap ngotot melanjutkan orasi.
Karena ada bahasa provokasi, aparat langsung menghentikan orasi dan mengamankan salah satu dari pendemo.
Rupanya, hal itu memancing reaksi massa, situasi pun memanas.
Bentrokan akhirnya pecah manakala peserta aksi melempar batu ke arah aparat.
Petugas mengeluarkan tembakan peringatan serta tembakan gas air mata. Aksi kejar-kejaran antara warga dan polisi pun terjadi.
Akibatnya, lima warga terluka. Dua di antaranya dibawa ke puskesmas terdekat.
Sementara tiga orang lainnya terpaksa dilarikan ke RSUD Bima karena diduga menderita luka tembak.
Hingga pukul 19.00 wita Jumat malam, situasi di lokasi bentrok dilaporkan sudah kondusif.
Sementara itu, Wakapolres Bima Kota, Kompol Yusuf Tauzir mengaku, polisi terpaksa membubarkan aksi unjuk rasa karena tak ada izin.
Namun, sebelum dibubarkan, pihaknya sudah melakukan pendekatan secara persuasif.
"Pembubaran itu dilakukan sebelumnya dengan imbauan karena unjuk rasa tak ada izin. Terlebih beberapa saat menjelang pembubaran, ada mobil ambulans rumah sakit. Agar tidak terjebak dalam kemacetan, tentu wajib kita berikan jalan demi kepentingan mengantar orang sakit," kata dia.
"Sehingga saya perintahkan anggota untuk membubarkan aksi dan saya yang pimpin pembubaran itu," tambahnya.
Yusuf juga tidak menampik ada lima warga terluka dalam insiden berlangsung. Termasuk korbannya adalah anak berusia lima tahun.
"Untuk orang yang luka di rumah sakit itu banyak yang terluka akibat lemparan batu dari massa unjuk rasa. Soal adanya dugaan penembakan dari peluru karet kami masih menunggu hasil pemerikasaan dokter," tuturnya.
Dikatakan Yusuf, biaya rumah sakit dan perawatan sejumlah warga korban bentrok akan ditanggung oleh Polres Bima.
"Dalam hal ini, kami tidak melihat siapa salah dan siapa yang benar, tapi sebagai bentuk tanggung jawab moral karena ada yang terluka, maka kami akan membantu biaya pengobatannya," ujar Yusuf. (Kompas.com/Syarifudin)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bentrok Dengan Polisi, 5 Warga Bima Dilarikan ke Rumah Sakit"