Wisnu Suhardono Dukung Penuh Program Pendidikan Vokasi di Jateng
Era globalisasi menuntut generasi muda untuk mampu menguasai keterampilan dan pengetahuan.
Editor: Hasanudin Aco
Wisnu Suhardono yang juga tercatat sebagai sahabat vokasi itu menyebut sedang concern untuk pengembangan kawasan industri. Sebagai pengusaha dan politisi, dirinya akan berjuang dan terus mendorong agar ke depan industri manufaktur dipastikan juga sinergi mengikuti kurikulum agar antara SMK serta dunia pabrikan ada titik temu.
Lebih jauh Bendahara Umum Yayasan yang mengelola Universitas Trilogi, Jakarta, ini telah berniat melakukan afirmasi terhadap warga disabilitas.
"Menjadi perhatian saya, bagaimana para penyandamg disabilitas juga mendapatkan hak yang sama sebagai WN untuk dapat diterima bekerja pada suatu perusahaan atau pabrik," ujar Wisnu.
Peluncuran pendidikan vokasi industri SMK nantinya diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kerja Indonesia pada era Industri 4.0.
Terlebih Kemenperin mendapatkan tambahan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2019 sebesar Rp1,78 triliun guna menyiapkan SDM industri di era perekonomian digital.
Anggaran tersebut disalurkan untuk program pendidikan vokasi industri berbasis kompetensi menuju dual system, pembangunan politeknik atau akademi komunitas di kawasan industri, serta pengembangan link and match SMK dan industri.
Juga untuk pelatihan industri berbasis kompetensi dengan sistem 3 in1 (pelatihan-sertifikasi-penempatan kerja) bagi 72.000 orang, pembangunan infrastruktur kompetensi dan sertifikat kompetensi, serta pembangunan SDM industri sebagai antisipasi industri 4.0.
"Bapak Presiden Joko Widodo melihat model yang dilakukan oleh Kemenperin sebagai prototipe. Kemenperin melakukan penyesuaian dan sekarang kami mempunyai unit eselon satu yang menangani mengenai masalah pendidikan industri,” ungkap Menperin Airlangga.
Program dual system mengedepankan proses pembelajaran dengan porsi 30 persen teori dan 70 persen praktik. Sistem ini diadopsi dari negara-negara industri seperti Jerman dan Swiss yang berhasil menjalankan program tersebut.
“Selain itu, kami bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah menyesuaikan 35 program studi, dan ke depan akan menjadi prototipe kurikulum SMK yang disesuaikan dengan industri,” jelas putra Menperin era Orde Baru, Ir Hartarto ini.
Pemerintah juga menargetkan semakin banyak tenaga kerja di industri yang tersertifikasi melalui program Diklat 3in1. Pelatihan kursus pendek ini memungkinkan peserta tersertifikasi keahliannya dan langsung diterima bekerja di perusahaan.
“Tahun ini, kami juga menerima pelatihan untuk penyandang disabilitas untuk meningkatkan potensi mereka. Ini juga langkah pengembangan SDM menuju industri 4.0,” ungkap Airlangga yang sebelumnya dikenal sebagai pengusaha dan politisi ini.