Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ajaran Katimun Soal Kiamat Bikin 52 Orang Mengungsi ke Malang, Ini Fakta-faktanya

Berdasarkan keterangan Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni, Katimun sering menggelar ceramah di rumahnya di Desa Watu Bonang.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Ajaran Katimun Soal Kiamat Bikin 52 Orang Mengungsi ke Malang, Ini Fakta-faktanya
Instagram @info_ponorogo
Penampakan padepokan Katimun, pria penyebar ajaran Kiamat Sudah Dekat yang gegerkan Ponorogo. 

TRIBUNNEWS.COM, PONOROGO -- Pernyataan Katimun tentang dunia akan segera kiamat membuat 52 warga Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Ponorogo, memutuskan untuk mengungsi ke sebuah pondok di Malang.

Berdasarkan keterangan Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni, Katimun sering menggelar ceramah di rumahnya di Desa Watu Bonang.

Para tetangga mengatakan, hal itu dilakukan setelah dirinya merantau.

Selain menyebarkan dunia akan segera kiamat, Katimun juga diketahui menjelaskan tentang kericuhan saat bulan Ramadhan.

Berikut ini fakta lengkapnya:

1. Penjelasan Bupati Ponorogo

Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni mengatakan, alasan warganya pindah karena ada satu warga yang menyebarkan isu kiamat.

Baca: Neraca Dagang Indonesia Bulan Februari 2019 Diprediksi Defisit 803 Juta Dolar AS

BERITA TERKAIT

"Dua bulan lalu, Katimun (warga Desa Watu Bonang) setelah pulang menimba ilmu datang dari rumah ke rumah memengaruhi warga dan menyebarkan ajaran tersebut," kata Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni saat dihubungi Kompas.com, Rabu (13/3/2019).

Saat mendatangi rumah ke rumah, kata Ipong, disampaikan kepada warga kiamat sudah dekat. Untuk itu, jemaah diminta menjual aset-aset yang dimiliki untuk bekal di akhirat atau dibawa dan disebarkan di pondok.

"Mereka juga sampaikan, kalau masuk ke jemaah ini, ketika dunia ini kiamat, mereka tidak ikut kiamat," kata Ipong.

2. Sebut Ramadhan tahun ini akan diwarnai kericuhan

Selain memberi informasi tentang kiamat, Katimun dan kelompoknya menyatakan Ramadhan yang akan datang akan ada huru-hara atau perang. Untuk itu jemaah diminta membeli pedang kepada kiai seharga Rp 1 juta.

Baca: Oknum Caleg PKS di Pasaman Barat Cabuli Anak Kandung, Diduga Kabur ke Jakarta

"Bila tidak membeli pedang, diminta menyiapkan senjata di rumah. Ini tidak masuk semua," kata Ipong.

Sementara itu, sejak sebulan lalu 52 warga tersebut sudah pindah ke pondok yang berada di Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas