Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hati Saminah Hancur Temukan Jasad Suaminya Tergantung di Batang Cokelat

Hati Saminah (42) hancur setelah menemukan suaminya tergantung dalam kondisi tidak bernyawa.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Hati Saminah Hancur Temukan Jasad Suaminya Tergantung di Batang Cokelat
Istimewa
Hati Saminah (42) hancur setelah menemukan suaminya dalam kondisi tidak wajar. 

TRIBUNNEWS.COM, PESAWARAN - Hati Saminah (42) hancur setelah menemukan suaminya dalam kondisi tidak wajar.

Berjam-jam mencari orang yang sangat disayangi Jumat (22/3/2019), harus berakhir dengan duka.

Saminah menemukan suaminya tetapi dalam kondisi tak bernyawa.

Hasan (43), suami Saminah warga Desa Sumber Jaya, Kecamatan Way Ratay, Pesawaran nekat mengakhiri hidup dengan cara gantung diri.

Jasadnya ditemukan pukul 08.00 WIB, Jumat (22/3/2019).

Kapolres Pesawaran AKBP Popon Ardianto Sunggoro mengatakan, jasad Hasan pertama kali ditemukan oleh adik iparnya, Khaerudin (37).

Mulanya, istri Hasan, Saminah (42) mencari korban ke rumah adiknya yang tidak jauh dari rumahnya.

BERITA REKOMENDASI

Namun, Saminah tidak menemukan Hasan.

Kemudian, bersama Khaerudin, Saminah mencari hingga ke kebun cokelat milik mertuanya berjarak sekitar 100 meter dari rumah Hasan.

Baca: Dosen UNM Bergelar Doktor Jadi Terduga Pelaku Pembunuhan Siti Zulaeha, Motifnya Perselingkuhan

"Adik ipar menemukan korban sudah tergantung diri di batang cokelat. Warga di sana kaget dengan kejadian ini kiemudian melaporkan ke kepolisian," jelas Popon.

Petugas langsung mengecek ke tempat kejadian perkara (TKP) bersama tim Kesehatan Puskesmas Bunut Way Ratai.

Berdasarkan pemeriksaan tim kesehatan Puskesmas, tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada korban.

Popon menambahkan, berdasar keterangan keluarga korban, Hasan telah lama mempunyai riwayat penyakit sakit kepala.

Korban sering berobat ke dokter, namun penyakit dideritanya tak kunjung sembuh.

Psikolog Universitas Lampung Diah Utaminingsih menerangkan, korban bunuh diri yang mengalami depresi lantaran sakit tidak kunjung sembuh mungkin dipicu sebelumnya mengalami tekanan.

Contohnya, stres dan berlanjut pada yang lebih tinggi tingkat stres-nya.

"Biasanya, seperti itu dia merasakan perasaan tidak berguna, perasaan tidak berdaya, perasaan hanya menyusahkan lingkungannya saja. Sehingga mudah mengambil kesimpulan untuk apa hidup," ujarnya.

Baca: Kasus Kematian Sitti Zulaeha PNS UNM Mulai Terkuak Setelah Polisi Ringkus Seorang Pejabat Kampus

Diah Utaminingsih, Psikolog Universitas Lampung, menjelaskan setiap orang memiliki kerentanan yang berbeda-beda.

Kerentanan dalam menghadapi masalah, kerentanan dalam menghadapi presure atau tekanan kehidupan.

"Sebenarnya seseorang yang mampu menghadapi masalahnya itu, adalah seseorang yang memiliki namanya endurance atau daya tahan yang bagus," katanya.

Kemudian kemampuan untuk meregulasi diri yang bagus dan yang tidak kalah penting dia memiliki emotional support yang ada di sekelilingnya.

Karena emosional support memiliki peranan penting. Ketika seseorang merasa sendiri atau tidak mampu menyelesaikan masalahnya.

Kemudian seseorang yang sendiri ketika mendapatkan dukungan akan merasa bisa optimistis kembali untuk menyelesaikan masalahnya.

Terkadang orang yang tidak bisa menyelesaikan masalah itu menganggap itu adalah akhir segalanya.

Dan merasa masalahnya sangat berat sekali sampai tidak mampu menanggungnya.

"Orang-orang yang mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri cenderung tipikal tidak bisa berbagi dengan orang lain terhadap masalahnya," ujarnya.

"Kondisi itu bisa juga dipicu orang sekitar yang tidak paham dengan kondisi dirinya," imbuh dia. (Tribunlampung.co.id/R Didik/Anung Bayuardi)

Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul Berjam Jam Mencari, Wanita di Pesawaran Kaget Lihat Suaminya Tergantung di Pohon Cokelat

Sumber: Tribun Lampung
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas