Jadi Caleg Dapil Solo, Boyolali, Klaten dan Sukoharjo, Gus Nabil Bicara Soal Serangan Fajar
Ketika dikonfirmasi, Gus Nabil menegaskan ingin memberikan stigma yang baik soal pesta demokrasi.
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, SURAKARTA - Hampir sepekan jagad dunia maya diramaikan oleh salah satu Calon Legislatif
(Caleg) Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), Muchamad Nabil
Haroen atau akrab disapa Gus Nabil.
Ketua Umum Pagar Nusa ini terang-terangan mengumumkan rencana pelaksanaan serangan fajar secara terbuka.
Pengumuman tersebut diunggah melalui facebook official kampanye @gusnabilGN.
Video tersebut menampilkan seseorang yang datang kepada Gus Nabil dan
menantangnya membeli suara. Dengan tegas Gus Nabil menyanggupi hal itu.
“Saya berikan. Tujuh kali,” tegas caleg yang terkenal humoris dan dekat dengan
masyarakat tersebut.
Sontak video tersebut mendapat beragam respon dari netizen. Seperti akun Agus
Santoso menulis, “Yang penting kalau sudah jadi dewan jangan lupa visi dan
misinya. Jangan lupa Sriwedari. Jangan lupa Surakarta”.
Dua hari berselang, Gus Nabil kembali mengunggah video serangan fajar yang ia
janjikan. Dalam video tersebut Gus Nabil mengeluarkan uang dan selembar kertas
dari dalam amplop. Kemudian membuang uang dan membacakan doa dari kertas
tersebut.
"Serangan fajar pertama kali ini tentang doa enteng jodoh untuk para jomblo di dapil
V. Rabbi ini lima anzalta ilayya min khairin faqir. Baca doa ini berulang kali,
insyaallah status jomblo akan segera hilang,” ujarnya.
Ketika dikonfirmasi, Gus Nabil menegaskan ingin memberikan stigma yang baik soal
pesta demokrasi.
Menurutnya, masih banyak masyarakat dan calon pemimpin yang berpikir bahwa untuk menjadi pemimpin di negeri ini harus punya uang banyak, tentu saja salah satunya untuk melakukan serangan fajar.
“Saya ingin berbagi pemahaman kepada masyarakat bahwa serangan fajar tidak
melulu soal transaksi antara calon dan suara masyarakat. Serangan fajar harus kita
rebut menjadi sebuah kegiatan yang bermanfaat, entah itu ngaji atau beribadah
lainnya,” terang Gus Nabil.
Masyarakat, lanjut Gus Nabil, adalah kunci tatanan bangsa ini.
“Maka bedakanlah antara fajar shodiq dan fajar kadzib. Fajar shodiq adalah Fajar sejati, Fajar kadzib adalah Fajar dusta. Saya berusaha melakukan Serangan Fajar yang shodiq,” pungkas santri lulusan Pondok Pesantren Lirboyo ini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.