Perjuangan Mohamad Hikmat, Tuna Daksa yang Lolos CPNS Pemprov Jateng
Kedua kakinya tak ada. Untuk berjalan, lelaki kelahiran Sukabumi 16 Mei 1993 ini harus menumpangkan tubuhnya ke atas skate board
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Faizal M Affan
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Kedua kakinya tak ada. Untuk berjalan, lelaki kelahiran Sukabumi 16 Mei 1993 ini harus menumpangkan tubuhnya ke atas skate board dan mengayunkan dengan kedua tangannya agar bisa berpindah tempat.
Seperti ketika hendak ke atas panggung untuk menerima SK CPNS dari Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, Jumat (29/3/2019) di halaman Kantor Gubernur.
Mohamad Hikmat, yang sebelumnya duduk di kursi bersama 1.841 penerima SK, menurunkan badannya ke skate board.
Kaos tangan pun ia kenakan. Sambil mengayunkan tangannya, anak keempat dari pasangan Rahmat Ali (64) dan Umaisi (61) itu dengan lancar naik ke atas panggung.
Ucapan selamat dari Ganjar Pranowo pun ia terima dengan penuh suka cita sambil menahan air mata agar tak membasahi pipinya.
Mohamad Hikmat, warga Kampung Cicau RT 3 RW 5 Desa Selaawi, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi penyandang tuna daksa ini lolos menjadi CPNS, dan akan menjadi pengajar di SLB Negeri Batang, Jawa Tengah.
Baginya, perjalanan menjadi CPNS tidaklah mudah. Meski diawal pendaftaran, ia mengaku pesimistis.
"Saya tidak banyak berharap. Untuk berjalan saja, saya harus dibantu skate board. Saya hanya pengen tahu saja, bagaimana perjalanan menjadi CPNS itu."
"Biar mendapat pengalaman. Usai ikut tes di Stadion Pandanaran Wujil Ungaran, saya sempat ketinggalan kereta di Stasiun Tawang. Akhirnya, saya tidur di stasiun dan ikut kereta berikutnya," tuturnya.
Alhasil, ketika menerima pengumuman dan dinyatakan lolos, Hikmat, sapaan akrabnya, mengakui jika pemerintah memang sangat perhatian kepada dirinya dan 12 penyandang disabilitas yang diterima menjadi CPNS.
Pemberkasan yang disyaratkan pada Senin (25/3/2019) pun membuat dirinya harus ke Semarang kembali.
Hikmat harus meninggalkan pekerjaannya sehari-hari sebagai pengemudi taksi online dengan mobil yang sudah dimodifikasi.
"Bapak saya, tukang tensi keliling dari kampung ke kampung. Ibu hanya dirumah. Saya tinggal di Jakarta bersama kakak," ujar alumni Jurusan Pendidikan Luar Biasa Universitas Islam Nusantara Bandung 2017 ini.