Perjalanan Theo Zaenuri, Memberdayakan Pecandu Narkoba dan Pabrik Kacamatanya
Pria kelahiran Sidoarjo, 10 Desember 1973 ini punya ide membangkitkan perekonomian, dengan memberdayakan mereka.
Editor: Hendra Gunawan
Harga Rp 750 ribu sampai Rp 800 ribu dengan lensa kualitas polarized polycarbonate setebal 2 mili.
Harga Rp 675 ribu lensa polorized ketebalan 1 mili, dan harga Rp 575 ribu lensa polorized ketebalan 1 mili dengan engsel rantai bekas.
Menurut Theo harga tersebut sebenarnya cukup murah karena menggunakan bahan-bahan berkualitas serta asli hand made.
Kaca yang digunakan memiliki efek lebih sejuk, teduh, penangkal cahaya, anti gores, diinjak pun tidak mudah pecah.
"Kami berani bersaing soal produk, dengan yang lain. Kayu yang kami gunakan pun berkualitas seperti jati, sonokeling, dan rosewood," kata Theo.
Kini Sahawood sudah punya puluhan model kaca mata kayu, semua mendapatkan nama-nama dari berbagai jenis narkoba.
Ada Big Puta, Val Aviator, Cocai, Crack (sampah kokain), Marjhon (Marijuana), Pium, dan banyak lainnya.
Selain memproduksi kaca mata, Sahawood mengembangkan kerajinan kayu di bidang lain seperti jam tangan dan perabotan rumah tangga.
Untuk jam tangan, mereka namai dengan nama-nama jenis alkohol atau minuman keras.
Fokus Online
Bermodal Rp 15 Juta rupiah, Theo mengaku uang terus berputar.
Yang paling penting adalah kelompok kerajinan Sahawood tetap eksis sampai kapan pun.
Pasar sudah mulai berkembang, kini mereka fokus membangun penjualan secara online. Karena dengan online usaha tidak butuh modal besar.
Sahawood pun mencoba mencari nama melalui kompetisi-kompetisi, mengikuti patihan dan booth camp.