Cangkok Local Wisdom Situbondo, Menkes Nila F Moeloek Ajak Perangi Stunting dengan Daun Kelor
Situbondo itu bisa menjadi best practice, mereka mengintervensi stunting dengan daun kelor. Lalu juga mengumpulkan para orang tua di posyandu
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Masih banyaknya daerah di Jawa Timur yang mengalami stunting menjadi perhatian Menteri Kesehatan Nila F Moeloek saat hadir dalam acara Rapat Koordinasi Program Prioritas Bidang Kesehatan Provinsi Jawa Timur, di Hotel Bumi, Jumat (12/4/2019).
Dia mengatakan, butuh koordinasi dan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah untuk bisa mengatasi masalah stunting dengan cara signifikan.
Tidak hanya itu, Menteri Nila mengajak daerah yang mengalami kasus stunting juga mengatasinya dengan kearifan lokal yang ada.
Salah satunya seperti yang dilakukan di Kabupaten Situbondo. Mereka mengatasi stunting dengan daun kelor.
"Situbondo itu bisa menjadi best practice, mereka mengintervensi stunting dengan daun kelor. Lalu juga mengumpulkan para orang tua di posyandu dan diajarkan di sana. Artinya masalahnya lokal juga bisa diatasi dengan local wisdom yang ada," kata Menteri Nila.
Di Situbondo, daun kelor dibuat menjadi jelly oleh masyarakat. Ternyata daun kelor tersebut memiliki khasiat memperbaiki kualitas gizi anak. Sehingga daun kelor digunakan sebagai intervensi efektif untuk memperbaiki gizi dan stunting di Situbondo bisa ditiru oleh daerah lain.
"Mainsetnya untuk meningkatkan konsumsi makanan bergizi harus diubah pelan-pelan," katanya.
Tahun 2019 ini setidaknya ada 12 kabupaten di Jawa Timur yang harus mendapatkan treatment serius untuk mengentaskan masalah stunting.
Sebanyak 12 daerah kabupaten yang masuk dalam treatment penanganan stunting adalah Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, Jember, Bondowoso, Probolinggo, Nganjuk, Lamongan, Malang, Trenggalek dan Kediri.
Angka stunting di Jawa Tinur masih berkisar antara 26,2 dari angka pemantauan gizi masyarakat. Dan dihitung dari riset kesehatan dasar.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa penanganan stunting juga diintervensi pada remaja. Dimana saat ini di usia remaja harus mulai ditanamkan kesadaran menjaga kesehatan reproduksi.
"Sejak remaja harus bisa disadarkan untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Jadi penyiapan agar tidak stunting itu jauh saat sebelum hamil bisa dilakukan," kata Khofifah.
"Best practice di Situbondo, gerakan makan sayur seperti kelor, dibuat jelly juga sangat baik," katanya.
Pasalnya, bahaya stunting penting untuk diwaspadai lantaran dampaknya buruk pada anak. Secara fisik tumbuh kembang tidak seimbang, seperti tingginya di bawah normal atau lebih pendek, kemampuan intelektualnya rendah, dan saat dewasa berpotensi ada gangguan metabolisme. Seperti diabetes dan hipertensi, serta gangguan metabolisme lain.