Hama Engkuk Serangan Serang Tanaman Petani di Banjarnegara, Jagung dan Kacang Tanah pun Diserang
Serangan hama Engkuk di wilayah Kecamatan Purwanegara Banjarnegara kian meresahkan.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA -- Serangan hama Engkuk di wilayah Kecamatan Purwanegara Banjarnegara kian meresahkan.
Hama ini paling doyan memakan akar dan buah yang tumbuh di dalam tanah semisal Singkong. Karena beroperasi di dalam tanah, hama ini sulit dikendalikan.
Padahal, daerah ini termasuk sentra penghasil singkong di Kabupaten Banjarnegara. Terlebih harga komoditas itu di tingkat petani sempat naik pada musim panen kemarin.
Alhasil, pada musim tanam kali ini, banyak petani yang memutuskan menanam singkong.
Terlebih usaha pertanian cabai yang sempat diandalkan sebagian petani di wilayah ini tengah lesu karena harga anjlok.
Bagi petani singkong, bukan harga anjlok yang membuat gelisah kali ini, melainkan serangan hama Engkuk yang lebih mengerikan ancamannya.
Mereka bisa terancam gagal panen hingga produktifitas lahan menurun karena hama itu sulit diatasi.
Parahnya, Engkuk ternyata bukan hanya menyerang perakaran tanaman singkong. Tanaman komoditas lain semisal kacang panjang dan jagung pun tak luput dari serangan hama ini.
"Jagung, kacang, cabai juga diserang Engkuk,"kata Miyati petani dari Desa Pucungbedug Kecamatan Purwanegara
Gejala tanaman yang diserang hama ini pun sama. Batang tanaman akan terlihat kurus, daun maupun bunga tidak tumbuh, hingga tanaman kering dan mati.
Wajar saja, sebab hama ini menyerang akar yang berfungsi menyerap air dan nutrisi dari dalam tanah. Suplai nutrisi tanaman pun menjadi terganggu.
Menurut Miyati, hama Engkuk menjadi musuh petani sejak lama. Tetapi hingga sekarang, belum ditemukan cara ampuh untuk mengatasi hama itu.
Berbagai cara mulai pemberian insektisida, hingga garam dapur dan sabun cuci telah dilakukan petani. Racun itu biasa ditanam di dalam tanah yang diyakini menjadi tempat tinggal Engkuk.
Meski sudah keluar modal untuk membeli racun dan bahan itu, nyatanya pertumbuhan hama itu tak bisa dihentikan.
Jika Engkuk sudah menyerang, petani hanya bisa pasrah sembari berharap ada sisa tanaman yang selamat. Meski mereka harus rela berbagi dengan hama itu untuk menuai hasil panen.
Jika tidak gagal panen, lahan singkong petani dipastikan menurun produktifitasnya. Dia mencontohkan, jika normalnya lahannya mampu menghasilkan 18 ton singkong sekali panen, dia hanya mampu memanen sekitar 9 ton karena serangan Engkuk.
Belum lagi jika harga singkong sedang anjlok di waktu bersamaan, derita petani kian menumpuk.
Pada musim penghujan, pesebaran hama Engkuk bisa lebih menggila. Saat itu merupakan fase vegetatif tanaman yang mengandalkan suplai air dari hujan.
Biasanya hama itu mulai berkurang saat kemarau tiba. Sayangnya, musim itu para petani tadah hujan banyak yang mengistirahatkan lahannya karena tiada pasokan air untuk pertumbuhan tanaman.
"Gak ada engkuk kalau gak ada tanaman di lahan"katanya
Menurut dia, engkuk merupakan larva yang pada perkembangan memorforsisnya akan menjadi binatang serangga mirip kumbang.
Setelah berubah menjadi kumbang, binatang itu akan terbang untuk melanjutkan kehidupannya.
Tetapi dia tak mengetahui bagaimana dan dimana binatang terbang itu berkembang biak, hingga dapat menganakkan larva yang hidup di dalam tanah.
Serangan engkuk ini memperparah kondisi petani yang sejatinya masih terpuruk karena harga cabai anjlok. (*)