Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Warga Trenggalek Kembali Membedayakan Tanaman Bambu, Ini Teknik Pembibitannya

pembibitannya pakai (cara) stek. Bisa juga dengan cara sistem jaringan. Tapi biayanya lebih mahal dan potensi gagalnya lebih besar

Editor: Sugiyarto
zoom-in Warga Trenggalek Kembali Membedayakan Tanaman Bambu, Ini Teknik Pembibitannya
surabaya.tribunnews.com/aflahul abidin
Bibit-bibit bambu tersebar di lahan sekitar 3 hektare di Dusun Klangsur, Desa/Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek. 

Sepanjang jalan, beberapa area di kanan-kiri jalan dipenuhi pohon-pohon pinus yang ditanam Perum Perhutani.

“Di sini mayoritas ditanam pohon pinus. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kerajinan bambu, kami sering harus mendatangkan dari luar daerah karena kebutuhannya banyak,” kata Agus Supriyanto (35), penggagas penanaman bibit bambu di desa itu, Selasa (23/5).

Agus, tujuh tahun terakhir, juga seorang pengusaha kerajinan bambu di desa itu. Lewat usaha tersebut, ia membuka lapangan kerja untuk sekitar 350 orang di sepuluh desa sekitar tempat tinggalnya.

Ada dua jenis bibit yang dia – dan anggota komunitas Laskar Bumi – tanam di lahan tersebut, yakni bambu wuluh dan bambu petung.

Bambu wuluh antara lain dimanfaatkan untuk kerajinan sedotan. Sementara bambu petung dipakai untuk lebih banyak jenis kerajinan.

Ia mengatakan, ide awal pembibitan bambu muncul dari rasa peduli terhadap alam. Area tanah di sekitar tempat tinggalnya terbilang cukup rawan terhadap longsor.

Maklum, Kecamatan Dongko termasuk area pergunungan dengan tinggi antara 567 meter di atas permukaan laut (dpl) hingga 848 dpl.

Berita Rekomendasi

Data mencatat, dalam dua pekan pada bulan Maret lalu, ada 27 titik longsor di salah satu desa di Kecamatan Dongko. Longsor juga beberapa kali terjadi di jalur penghubung Trenggalek-Pacitan.

Dari berbagai literasi, ia tahu bahwa bambu punya perakaran serabut yang padat, kuat, dan banyak.

Ini bisa menjadi salah satu tanaman penahan tanah agar tak gampang longsor. Selain itu, bambu juga punya kemampuan untuk menghambat air hujan.

“Setiap musim kemarau, sumber air di sini habis. Lalu saya pikir, kenapa tidak menanam bambu saja yang bisa untuk ‘menabung’ air,” ungkapnya.

Tekat untuk membibitkan bambu jadi lebih kuat karena pohon itu juga menjadi salah satu bahan baku usaha yang ia geluti.

Agus berharap, langkahnya untuk mulai membibitkan bambu akan menginspirasi daerah lain di Trenggalek yang juga berada di area pergunungan.

Sebagian besar bibit yang dia tanam sudah ditanam di beberapa desa sekitar tempat tinggalnya. Salah satu hasilnya, terang dia, ada sumber air yang sebelumnya mati jadi hidup kembali.

Halaman
123
Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas