Ramadhan Bulan Mulia, Hendi Minta Warga Tidak Lakukan Sweeping
mempererat tali silaturrahmi antara jajaran Pemerintah Kota Semarang dengan Forkopimda dan juga masyarakat. “Bulan puasa bulan penuh berkah, bahkan t
Editor: Content Writer
Tarling merupakan agenda rutin Pemerintah Kota Semarang selama Bulan Ramadhan, sebagai upaya mempererat tali silaturrahmi antara jajaran Pemerintah Kota Semarang dengan Forkopimda dan juga masyarakat.
“Bulan puasa bulan penuh berkah, bahkan tidur pun mendapat pahala. Namun tidak ada alasan bagi ASN khususnya di Pemerintah kota Semarang untuk tidak melayani masyarakat, pelayanan harus tetap dilakukan dengan ikhlas". Hal tersebut ditegaskan Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi di hadapan ASN, Forkopimda, Muspida peserta Tarawih Keliling atau Tarling Senin (6/5) atau 1 Ramadhan 1440 Hijriyah yang bertempat di Rumah Dinas Wali kota Semarang.
Hendi sapaan akrab wali kota menegaskan hal tersebut bukan tanpa alasan. Wali kota yang juga merupakan politisi PDI Perjuangan Kota Semarang memahami bahwa fisik seseorang yang berpuasa di bulan Ramadhan sedikit berbeda dibandingkan ketika tidak sedang berpuasa.
Namun demikian, Pemerintah telah memberikan toleransi dengan menerapkan pengurangan jam kerja ASN, menyesuaikan penetapan Pemerintah Pusat melalui Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia nomor 394 Tahun 2019 Tentang Penetapan Jam Kerja selama Bulan Ramadhan 1440 H.
Di mana jam kerja ASN menjadi 32,5 jam per minggu, dengan ketentuan Hari Senin sampai dengan Jumat Jam 08.00 – 15.15 dan hari Jumat Jam 08.00 – 11.30.
“Jam kerja selama Bulan Ramadhan kita kurangi dari yang semula 8 jam pada bulan-bulan biasa menjadi 7 jam per hari. Masuk jam 8, pulang tetap jam 15.15. Meski jam kerjanya sudah berkurang tetapi pelayanan harus tetap berjalan. Layani masyarakat dengan baik, dengan ikhlas, Insha Allah menjadi ladang pahala bagi ASN,” tegas Hendi.
Hendi juga mengajak masyarakat untuk menjadikan Bulan Ramadhan sebagai momentum untuk merekatkan kembali hubungan yang sempat renggang karena Pemilu 2019 kemarin.
“Kalau kemarin yang berbeda pilihan, ada ejekan yang menyakiti hati, sehingga bermusuhan, maka bulan Ramadhan ini merupakan momentum yang sangat baik untuk saling bermaaf-maafan, berbagi kebaikan, untuk bersatu kembali. Warga kota Semarang, itu semua saudara, hidup di dunia nyata, bukan di dunia maya, sesudah Pemilu ya akan bertemu dan hidup berdampingan kembali,” tambah Hendi.
Mengakhiri sambutannya, Hendi mengingatkan isu yang sering muncul di bulan Ramadhan yaitu sweeping. Sweeping merupakan permasalahan yang muncul karena kurangnya rasa tenggang rasa warga Kota Semarang.
Hendi meminta warga Kota Semarang untuk tidak bertindak anarkis dengan melakukan aksi sweeping. Sebaliknya, Hendi mengharapkan warga masyarakat untuk melaporkan kepada Ketua RT atau RW setempat untuk kemudian diteruskan agar mendapat tindakan dari aparat yang berwenang yaitu Kepolisian.
“Jangan sweeping, laporkan saja kepada Pemerintah Kota, kami yang akan sampaikan kepada Polrestabes, biarkan Polrestabes yang akan menegur secara persuasif, ini untuk menjaga situasi kota Semarang yang sudah kondusif. Perbedaan menjadi kekuatan kita, dengan menjunjung tinggi sikap saling menghormati," pungkasnya.
Dalam tausiyah Tarling, Drs. KH. Fakhrurozi mengingatkan bahwa Ibadah Puasa Ramadhan bukan hanya membutuhkan fisik yang kuat tetapi Rohani dan niat yang kuat.
Kekuatan fisik dan usia tidak menjamin iman seseorang. Dicontohkan Fakhrurozi, “ada anak SD yang puasanya kuat sampai maghrib, dan sebaliknya ada anak kuliah atau bapak PNS yang kerjanya di ruang ber AC kadang tidak kuat puasanya.” Itu karena fisiknya kuat tetapi rohaninya tidak kuat. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.