Kronologi Meninggalnya Elora di Tempat Penitipan Anak, Sempat Menutupi Kematian Sang Bayi
Beginilah kronologi meninggalnya Elora di Tempat Penitipan Anak (TPA) di Jalan Drupadi, Denpasar, Bali pada Sabtu (11/5/2019).
Editor: Whiesa Daniswara
Beginilah kronologi meninggalnya Elora di Tempat Penitipan Anak (TPA) di Jalan Drupadi, Denpasar, Bali pada Sabtu (11/5/2019).
TRIBUNNEWS.COM - Seorang bayi berusia tiga bulan bernama Elora meninggal di sebuah Tempat Penitipan Anak (TPA) di Jalan Drupadi, Denpasar.
Bayi perempuan itu meninggal, diduga akibat kehabisan oksigen.
Hal ini diungkapkan oleh Andika Anggara, ayah Elora, saat ditemui di ruang jenazah RSUP Sanglah, Denpasar, Sabtu (11/5).
Kasus tersebut kini masih dalam penyelidikan pihak Polresta Denpasar.
Selagi menunggu proses autopsi jenazah anaknya di RSUP Sanglah, Andika kemarin menceritakan kronologi hingga diketahui anaknya meninggal dunia.
Pada Kamis (9/5) pagi sekitar pukul 07.30 Wita, ia menitipkan kedua anaknya yang bernama Kevin (berumur 2,5 tahun) dan Elora (berumur 3 bulan) di TPA tersebut.
Ia menitipkan kedua anaknya lantaran dirinya dan istri harus bekerja, begitu juga kakek dan nenek si anak. Andika sudah memakai jasa penitipan anak itu lebih dari satu bulan, setelah mengetahui keberadaannya dari promosi di media sosial.
Tak ada yang janggal pada diri kedua anaknya saat hendak dititipkan. Menurut Andika, kedua anaknya yang kakak-beradik itu dalam kondisi sehat.
Kemudian sekitar pukul 17.00 Wita, istri dan nenek si bayi datang ke TPA untuk menjemput kedua anak itu seperti biasanya.
Andika mengatakan, yang duluan keluar dan boleh pulang hanya si Kevin.
Sedangkan si Elora masih tertahan, kata Andika, karena menurut pihak TPA masih menunggu antrean.
"Saya titipkan sekitar pukul 07.30 Wita. Mereka berdua dalam kondisi sehat. Dan saya taruh mereka dengan perlengkapan mandi dan lain-lain. Setelah itu sekitar pukul 17.00 Wita, neneknya dan istri saya datang menjemput. Pada saat itu si Kevin duluan pulang, dan si Elora belum keluar. Diinformasikan oleh perawat bahwa Elora belum beres karena menunggu antrean,” tutur Andika.
Sang nenek menunggu Elora, sedangkan istri Andika pergi lebih dulu untuk membawa pulang Kevin, yang merupakan kakak Elora.
Beberapa menit menunggu di luar, sang nenek mulai gelisah. Ia kemudian menerobos pintu TPA untuk masuk mencari si Elora.
"Neneknya gelisah kok si Elora gak keluar-keluar. Kemudian ia masuk ke dalam dan mencari sendiri. Dan kondisi saat itu pintu TPA tertutup, biasanya tidak tertutup," ujar Andika.
Setelah menanyai salah-satu perawat yang ada di dalam ruangan TPA, si perawat memberi jawaban bahwa Elora sudah dibawa ke UGD Bros, Denpasar.
"Setelah masuk, neneknya bertanya dimana Elora ? Sudah keluar belum ? Saat itu salah-satu perawat di sana mengatakan `ibu mohon maaf Elora sudah di UGD Bros`. Nah, artinya kan sudah ada informasi yang berbeda di sana. Tadi disuruh nunggu antrean, eh malah infonya anak saya ada di UGD. Akhirnya neneknya langsung ke UGD. Saya diberitahu pukul 17.30 Wita. Kemudian saya lari dari kantor menuju UGD," ungkap Andika.
Sesampai Andika di UGD RS Bros, ia melihat kondisi tubuh anaknya tersebut dipenuhi alat pemacu jantung.
"Sampai di UGD, saya lihat anak saya sudah dipakaikan alat pemacu jantung dan segala macam. Sudah dua kali jantungnya dipacu oleh dokter,” ujar Andika.
Andika mengungkapkan, menurut keterangan dokter, saat tiba di UGD, kondisi Elora sudah meninggal dunia.
"Di situ dokter sudah menyampaikan bahwa anak ini sesampainya di UGD sudah dalam keadaan meninggal dunia. Tangan dan mulutnya sudah membiru. Berarti, menurut saya, saat di TPA anak saya sudah meninggal. Jadi saya serahkan semua proses penyelidikan ke polisi biar semua terungkap," tegasnya.
Setelah dari RS Bros, barulah jasad bayi dikirim ke Instalasi Forensik RSUP Sanglah.
Andika mengaku sudah melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian.
Periksa Pemilik
Terpisah, Kasat Reskrim Polresta Denpasar, Kompol I Wayan Arta Ariawan mengatakan, bahwa pihaknya sudah memeriksa pemilik TPA tersebut beserta 8 orang saksi.
Namun, Kasat Reskrim enggan menjelaskan lebih lanjut mengenai penanganan kasus tersebut.
Direncanakan, pihak Polresta akan melakukan rilis pers untuk kasus ini pada Senin (13/5).
"Pemilik TPA dan 8 orang saksi sudah kami periksa," ujar Kompol I Wayan Arta Ariawan saat dikonfirmasi melalui seluler, Sabtu (11/5).
Kepala Unit (Kanit) PPA Polresta Denpasar, AKP Jossy Lambiombir, juga membenarkan adanya laporan atas kasus tersebut.
"Ya memang benar kejadian itu. Kami sudah melakukan penyelidikan terhadap kasusnya. Sesuai petunjuk, silakan berkoordinasi dengan pimpinan," ujarnya.
Andika menuturkan, setelah kejadian itu, ia mendapat kesempatan untuk melihat rekaman CCTV di ruangan TPA tersebut.
Dari melihat rekaman CCTV itu, Andika mengatakan, saat itu terlihat Elora ditinggal selama 30 menit oleh perawat dalam kondisi dibedong dan ditengkurapkan.
"Saya pikir TPA itu bagus, karena setiap pulang, kedua anak saya sudah mandi dan wangi. Setiap kali menjemput, susunya selalu habis. Kan jadi senang dengernya sebagai orangtua. Memang anak pertama saya Kevin, saya titipkan sudah selama satu bulan lebih seminggu di situ. Sedangkan Elora baru dititipkan di sana selama dua minggu. Namun setelah kita cek rekaman di CCTV, ternyata seperti itu. Saya lihat anak saya Elora setelah mandi, kemudian dibedong. Dan pada saat posisi pertama itu miring dan masih terganjal bantal. Setelah itu, diambil bantalnya, lalu anak saya ditengkurapkan. Nah, setelah itu perawat ninggal anak saya dalam kondisi seperti itu untuk mengambil anak lain yang sedang dijemput orangtuanya. Ditinggal selama 30 menit. Dan jeleknya, pintunya itu ditutup," tutur Andika.
Sambil menceritakan kondisi anaknya yang terekam CCTV, terlihat Andika mulai meneteskan air mata.
"Menit-menit pertama, lanjut lima menit, anak saya masih gerak-gerak, mungkin dia ingin membalikkan badannya ya. Cuman lama kelamaan dia diam. Di situ kelihatannya dia seperti kehabisan oksigen. Itu yang saya kecewa," katanya.
Saat ditanya bagaimana tanggapan dari pihak TPA atas rekaman dalam CCTV itu, Andika mengatakan bahwa pihak TPA terkesan masih belum mengakui ada kesalahan atau kelalaian.
"Statement dari pihak TPA masih tidak mengakui. Malah yang saya dengar, di penyelidikan, membuat berita acara dan menyatakan bahwa mereka bekerja sesuai SOP (prosedur operasional standar). Anak haus diberi susu, tidur, dan kemudian meninggal. Kok ngomongnya begitu," ujar Andika.
Ia menjelaskan juga, menurut keterangan dokter dari RS Bros bahwa tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh bayinya.
"Dari RS Bros, pihak dokter menyampaikan dia sudah meninggal. Tanda kekerasan tidak ada. Namun, kata dokter, karena kehabisan oksigen," ujarnya.
Sementara itu, hingga berita ini ditulis, Tribun Bali belum berhasil menghubungi pihak pengelola TPA untuk melakukan konfirmasi atas kejadian tersebut.
Ketika mendatangi lokasi TPA kemarin, dari luar kondisi gedung TPA tampak dalam keadaan tertutup rapat.
Ketika Tribun Bali mencoba menghubungi seorang pengurus TPA, telepon selulernya dalam keadaan tidak aktif.
Secara tegas, Andika mengatakan akan melanjutkan kasus ini ke jalur hukum. Ia kini masih menunggu hasil otopsi dari RSUP Sanglah atas bayinya.
"Saya bawa ke RSUP Sanglah agar diotopsi. Sebenarnya kita sempat ragu mau diotopsi atau tidak, karena kan jasadnya dibedah kalau diotopsi. Tapi dari pihak kepolisian bilang, kami tidak bisa menyelesaikan ini secara hukum kalau tanpa otopsi, harus dibuat data otopsinya. Saya mendukung proses hukumnya dan saya ikuti. Saya serahkan ke pihak kepolisian," tegasnya.
(Tribun-Bali.com/Rino Gale
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Kronologi Bayi Elora Meninggal di TPA Drupadi Denpasar, Sang Ayah Teteskan Air Mata Saat Lihat CCTV
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.