Potme Farm Jadi Solusi Berkebun di Lahan Perkotaan
Ia juga ingin memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk berkebun dengan cara memberikan grow kit dan benih tanaman
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, BALI - Minimnya lahan untuk berkebun atau bercocok tanam di daerah perkotaan, memunculkan tren baru bernama urban farming.
Urban farming yaitu konsep memindahkan pertanian konvensional ke pertanian perkotaan yang bisa menjadi solusi bagi masyarakat perkotaan untuk berkebun.
Namun, bukan itu saja yang menjadi alasan, kemudahan serta ingin menerapkan gaya hidup sehat juga menjadi alasan sebagian masyarakat kota memilih konsep urban farming ini.
Sebut saja Ni Wayan Purnami Rusadi (28), perempuan muda asal Bali ini melihat peluang usaha dari konsep urban farming ini, ia lantas menciptakan produk urban farming bernama “Potme Farm”.
“Awalnya saya sama temen saya berdua, kita bikin produk yang pengennya orang kalau berkebun itu gampang karena kan kalau di Denpasar itu orang-orang yang tinggal di Ibu Kota kan udah sempit nih lahan rumahnya, trus pada bingung kok berkebun itu agak ribet gitu di mata mereka, karena gak tahu cara milih benihnya, terus medianya seperti apa, nah kita sih terbesit idenya dari situ,” ungkapnya akhir pekan lalu.
Baca: 2 Anggota Ormas Keroyok Polisi di Denpasar Saat Pesta Ultah
Ide usaha yang cukup unik inilah yang mengantarkan Ni Wayan atau akrab disapa Emik menjadi salah satu pemenang Citi Microentrepreneurship Awards (CMA) 2018-2019 kategori Green Microentrepreneur yang diselenggarakan oleh Citi Indonesia (Citibank).
Ide bisnis Potme Farm ini berawal pada tahun 2016, selain melihat sebagai peluang usaha, Emik juga ingin mengajak masyarakat berkebun dengan cara yang mudah.
Ia juga ingin memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk berkebun dengan cara memberikan grow kit dan benih tanaman.
Namun, yang menjadi dasar alasan Emik mendirikan usaha ini karena ia gemar berkebun dan ingin menerapkan ilmu bercocok tanam yang ia dapatkan sesuai jurusannya, yaitu pertanian.
“Trus karena kita ada di inkubator bisnis di kampus waktu itu, tergabungnya disitu jadi mulai nih muncul yaudah kita bikin produk yang memang bentuknya kayak grow kit, jadi satu paket kit berkebun gitu yang orang-orang bisa berkebun secara simpel,” katanya.
Emik mengaku masih mengalami kesulitan atau kendala-kendala dalam memperkenalkan konsep berkebun ala urban farming ini meskipun ia juga bangga menjadi salah satu orang pertama yang memperkenalkan konsep urban farming kepada masyarakat Bali melalui Potme Farm ini.
“Kesulitannya karena di Bali sih belum ada ya yang usaha grow kit kayak gini, jadi ada plus minusnya sih jadi karena produk kita masih baru banyak juga yang gak tau, ini apa sih, kadang orang mikir ini kayak makanan gitu lho kemasannya, jadi kita oh..enggak ini buat berkebun, nah tapi itu juga jadi plus karena memang belum ada produk yang kayak gini jadi kita lebih mudah untuk menarik simpati si calon konsumen, kayak gitu,” katanya.
Ditanya menyoal keikutsertaanya dalam ajang dan kompetisi Citi Microentrepreneurship Awards 2018-2019 yang diselenggarakan oleh Citi Indonesia (Citibank), Emik mengaku bangga dan senang bisa terlibat langsung, bahkan menjadi salah satu pemenang.
Baca: Bandung Barat Siap Mengembangkan Tanaman Obat Skala Nasiona
Emik menjelaskan, awal mula ia mengikuti ajang dan kompetisi Citi Microentrepreneurship Awards 2018-2019 adalah dari informasi kegiatan ini di tahun-tahun sebelumnya yang menurutnya, bukan hanya sekedar kompetisi tapi memperoleh perhatian dan pendampingan, juga sebagai wadah untuk memperluas jaringan bisnis antar sesama peserta lainnya.
“Kita ngerasa kayak bener-bener tiap minggu banget dimentorin, ditanyain gimana progresnya, kemarin ada yang mentorin langsung ke lapangan tuh trus diarahin kalau ngembangin produk kayak gimana, jadi per minggu itu ditanyain terus sama mentornya. Kita juga bisa melihat jenis pasar yang sebelumnya tidak kita duga gitu,” jelasnya.
Ke depan Emik akan mengembangkan usahanya dengan mengajak anak-anak untuk meningkatkan kecintaan terhadap tanaman dan berkebun melalui kerja sama bersama sekolah-sekolah, kemudian melakukan workshop atau seminar untuk orang-orang dewasa, serta melakukan pengembangan ke beberapa lokasi wisata.
“Jadi rencananya kita mau ngajakin orang-orang lebih banyak memunculkan hobi mereka untuk berkebun, trus yang awalnya kita cuma jualan produk berupa grow kit aja tapi sekarang kita udah mulai merambah penawaran ke sekolah-sekolah, workshop, dan pengembangan ke agrowisata,” katanya. (*)