Kisah AKBP Gatot Hendro Hartono, 19 Tahun Buru Benda Antik Mulai Peluit Hingga Mesin Tik Polisi
Setelah mencari sumber literatur dan bertukar pengetahuan dengan sejumlah tokoh, dia menyimpulkan Kota Salatiga menyimpan
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, SALATIGA - Matahari sudah condong ke barat ketika Tribunjateng.com menginjakkan kaki di Mapolresta Salatiga, Kamis (27/6/2019).
Dua hari sebelumnya, kami berkomunikasi melalui ponsel untuk menelisik hobinya mengoleksi barang-barang kuno atau antik.
Dia tidak lain AKBP Gatot Hendro Hartono, Kapolres Salatiga.
Setelah menunggu sekira 30 menit lamanya, sosok yang ditunggu itu tiba.
“Maaf ya baru selesai. Tadi ada tamu dari Mabes Polri, kunjungan Tim Litbang PTIK Mabes Polri,” ucap AKBP Gatot setelah berjabat tangan.
Baca: Bhayangkara FC vs Persib, Maung Bandung Tanpa 4 Pilar hingga Robert Alberts Ubah Strategi
Baca: Sempat Viral! Ini Alasan SMPN 44 Jakarta Pisahkan Tangga Laki-laki dan Perempuan
Baca: Nekat Buang Sampah di Stasiun MRT, Wajah Pelaku akan Dipotret dan Dipajang
Setibanya di ruangan, lulusan Perwira Polri Sumber Sarjana (PPSS) 2001 atau sekarang bernama Sekolah Inspektur Sumber Sarjana (SIPSS) tersebut mulai berbicara dengan berlatar belakang foto Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.
“Awal saya menyukai benda tua atau antik itu sejak masih duduk kelas dua SD sekira tahun 1984.
Dulu saya mulai dari mengoleksi gembok berbagai merek dan ukuran.
Sejak itu, hobi menyimpan barang atau benda tertentu berlanjut sampai SMP dan SMA,” terangnya.
Pria kelahiran Jakarta, 4 Februari 1977, ini menerangkan kegemarannya terhadap barang tua, unik, dan memiliki nilai sejarah terus berlangsung sampai sekarang.
Ada ratusan benda kuno yang disimpannya, mulai dari radio, gilingan kopi, buku-buku, mesin tik, dan kamera.
Termasuk sejumlah barang lawas menyangkut kemiliteran dan kepolisian.
Baca: Viral Hanya Luka Lecet Walau Ditabrak Kereta Api, Begini Ceritanya
Baca: Terungkap, Cerita Maurizio Sarri yang Pernah Jahili Pemain Napoli
Baca: Derita Perempuan ODGJ di Bandung, Tiga Kali Dihamili Dua Anak Meninggal
Bagi mantan Kasubbag Sumda Div Propam Polri ini, ada alasan khusus mengumpulkan benda sejarah yang menyangkut institusi Polri.
Bukan semata-mata memenuhi perasaan puas untuk diri sendiri.
Keintiman dengan dunia barang antik konan termotivasi oleh semangat personal yang besar guna merawat nilai-nilai sejarah di baliknya.
“Lebih dari itu, saya ingin memberi contoh pada Polres lain. Apabila menemukan benda bernilai sejarah, supaya dikumpulkan dan dirawat.
Dari benda mati itu, kita bisa mengetahui senior-senior dulu bekerja menggunakan alat seperti apa dan kesulitannya bagaimana.
Sebagai contoh mesin tik. Pasti jika terjadi salah ketik ganti kertas berulang kali,” jelasnya.
AKBP Gatot yang sekarang berusia 42 tahun menjabat Kapolres Salatiga sejak 7 Desember 2018.
Pada masa awal jabatan, dia prihatin melihat sejumlah barang tua dalam kondisi tidak terawat.
Setelah mencari sumber literatur dan bertukar pengetahuan dengan sejumlah tokoh, dia menyimpulkan Kota Salatiga menyimpan banyak potensi peninggalan sejarah.
Tak hanya di era kolonial tapi juga jauh ke belakang saat peradaban Hindu-Budha berkembang di Jawa Dwipa.
Baca: Twitter akan sembunyikan twit politisi yang langgar aturan
Baca: Berkat Bus Rapid Transit, Jakarta Masuk Kota Terbaik dalam Inovasi Transportasi
Ketika itu. Gatot secara spontan membongkar beberapa gudang lama yang ada di lingkup Polres Salatiga.
Ditemukanlah sejumlah barang kuno sebagai "harta karun' masa lalu.
Mulai dari mesin ketik, helm polisi, pedang milsco, alat identifikasi, kamera film, tameng dalmas rotan, sepeda tua kepolisian tua, dan alat-alat komunikasi.
Seluruhnya bermuatan sejarah tentang alat kelengkapan tugas-tugas polisi tempo doele.
“Semua benda-benda itu tersimpan rapi di lemari khusus aula polres sebagai memorabilia Polres Salatiga.
Jadi mungkin anggota saya juga ada yang bingung, ini kapolres kok sukanya benda tua, aneh. Prinsipnya, saya menyukai barang atau benda bernilai seni, sejarah atau budaya apa pun itu,” jelasnya.
AKBP Gatot berharap, lewat barang kuno syarat nilai sejarah itu anggota Polres Salatiga dapat mengambil pelajaran dari para seniornya di masa lalu.
Mereka bertugas dengan bantuan alat seadanya sangat sederhana dibandingkan polisi di era modern.
Sepanjang menjadi pencinta benda bernilai sejarah, ayah dua anak ini tentu memiliki pengalaman paling berkesan.
Yaitu ketika menemukan artefak batu yoni secara tidak sengaja di tempat pembuangan sampah Polres Salatiga.
Pasalnya, setelah diperiksa oleh petugas Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng, batu yoni tersebut merupakan benda cagar budaya peninggalan era Hindu-Buddha abad VIII atau IX.
“Setelah didaftarkan, atas seizin BPCB Jateng kami pajang di depan pendopo polres dengan status titipan,” tuturnya.
Saya mendapat kesempatan melihat langsung hasil usahanya bergerilnya mengumpulkan benda syarat sejarah kepolisian.
Barang-barang itu tertata rapi dalam almari kayu di aula Mapolres Salatiga.
Sejumlah pekerja sedang memasang foto-foto repro mengenai Salatiga tempo doeloe yang sumbernya beradal dari Leiden, Belanda.
Sebagian barang-barang antik yang tersimpan merupakan hasil temuan.
Selebihnya pemberian pribadi ketika AKBP Gatot berkunjung ke sesama penggemar barang antik.
Foto-foto yang dipajang itu berjumlah ratusan, hasil salinan (repro) dari tahun produksi 1800-1900-an.
“Kalau foto-foto ini saya dapat dari sejarawan Salatiga. Meski tidak asli atau salinan dari Leiden tapi sangat berharga. Kalau milik pribadi, ada peluit polis.
Sekarang yang masih belum ketemu seragamnya. Sudah saya coba hubungi para senior veteran tapi mereka sudah tidak menyimpan,” ungkapnya.
Menjelang dewasa, mantan penyidik Reskrimsus Polda Metro Jaya dan Kapolsek Curug Tangerang ini semula fokus mengumpulkan barang tua yang berhubungan dengan dunia otomotif. terutama sepeda motor.
Ada juga beberapa mobil antik, sekadar untuk diperjualbelikan.
Dia mencari ke penjual benda antik atau sesama penyuka benda kuno.
“Kemudian sejak jadi anggota Polri, saya berubah orientasi ke benda yang memiliki nilai sejarah institusi tempat saya mengabdi. Saat ini saya masih mencari topi pet, baju seragam lengkap, dan lencana tanda jabatan,” tandasnya.
Sudah 19 tahun berkarir sebagai polisi sejak 2001 silam, ikhtiar AKBP Gatot mengumpulkan benda-benda sejarah berkaitan Polri masih terus berlanjut.
Sesuai rencana, bertepatan peringatan HUT ke-73 Bhayangkara di Polres Salatiga, koleksi pribadi dan kantor akan dipamerkan kepada masyarakat.
Termasuk foto-foto sejarah Kota Salatiga yang sedang ditata para pekerja tersebut. (M Nafiul Haris)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul AKBP Gatot 19 Tahun Buru Benda Kuno Bernilai Sejarah Polri, Dari Peluit hingga Sepeda Polisi