Cerita Ayu Supiani Harus Jatuh Bangun Sebelum Memutuskan Berhenti jadi Penerima PKH
Lia Harsini juga berpesan agar KPM yang sudah graduasi mampu mempertahankan dan meningkatan apa yang sudah diperoleh saat ini
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, BALI - Keluarga I Gusti I Ayu Supiani (42) warga Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng berhenti menjadi penerima Program Keluarga Harapan (PKH).
“Terus terang saya senang menerima bantuan, kalau saya bergantung pada bantuan keluarga saya tidak akan maju, tidak bisa berubah,” ujar Supiani dalam keterangan tertulis, Senin (1/7/2019).
Ibu dua orang anak ini memulai usaha dagangnya sejak tahun 1997 silam dengan modal seadannya yang dipinjam dari ibunya.
Awal mula ia berjualan di pasar desa tempat tinggalnya.
Tahun 2015 ia memberanikan diri mengambil pinjaman bank untuk keperluan modal usaha.
Baca: Dagangannya Dijarah Perusuh 22 Mei, Usma Diberi Modal Usaha Usai Bertemu Jokowi
Kini usaha yang dirintisnya dua puluh dua tahun lamanya membuahkan hasil manis.
Pasalnya lokasi tempat berjualan saat ini sangat strategis ditambah ia mendapat kepercayaan dari bank ditunjuk menjadi agen penyalur Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
“Sempat jatuh bangun ketika masih berjualan di pasar tidak mendapatkan untung sama sekali, kemudian suami di PHK, sedangkan saat itu masih menanggung anak sekolah hingga ia bersama keluarga menumpang di rumah iparnya” kenang Supiani sambil bercerita.
Di tengah kondisi sulit saat itu keluarganya sempat merasakan Bantuan Langsung Tunai (BLT), kemudian pada tahun 2018 menjadi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH.
Baca: Aset dan Harta Gono Gini Brad Pitt dan Angelina Jolie Kembali Diperdebatkan
Dana PKH yang diterima ia gunakan untuk keperluan sekolah dua anaknya yang masih duduk di bangku Sekolah menengah atas dan menegah pertama.
Selain PKH, Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIP), Beras Sejahtera juga ia peroleh.
Tahun ini dengan usaha warungnya keluarga Supiani mampu meraup keuntungan Rp. 1,2-1,6 juta per hari dengan menjual kebutuhan pokok dan keperluan sehari-hari.
Ditambah keterampilan yang ia dan suami miliki membuat “Banten” (sesaji, sarana upacara agama) yang mampu menghasilkan Rp 6 juta dalam hari-hari tertentu (tidak setiap saat) saat upacara keagamaan.
Baca: Kembali Terpilih jadi Presiden, Ini Kriteria Menteri versi Jokowi, TKN: Jokowi Tak Kesulitan Memilih
Meski sempat merasakan dana PKH setahun, Koordinator Kabupaten Buleleng Gede Wiryawan sangat mengapreasiasi usaha dan kesadaran keluarga I Gusti I Ayu Supiani saat meninjau lokasi bersama pendamping Sosial dan Pekerja Sosial Supervisor di Desa Lokapaksa.
Pedamping sosial Ni Gusti Made Lia Harsini selama mendampingi keluarga Supiani memang melihat motivasi lebih untuk keluar dari jerat kemiskinan.
Lia Harsini juga berpesan agar KPM yang sudah graduasi mampu mempertahankan dan meningkatan apa yang sudah diperoleh saat ini.