Meski Nuraninya Tidak Sreg, Penari di Bali Ini Harus Tampil Hot
Luh Mawar dan sekaa jogednya kerap mendapat hujatan dari para netizen yang geram melihat penampilan mereka
Editor: Eko Sutriyanto
Ia sudah memiliki nama panggung yang khas, namun keberatan untuk dipublikasikan.
Luh Mawar juga cukup terkenal di kalangan pecinta seni joged bumbung.
“Saya benar-benar merasakan perbedaan dulu dengan sekarang. Sekarang kebanyakan permintaannya joged yang hot. Kalau gak hot, mereka gak mau nyari saya, nah di sinilah saya dilematis jadinya. Di satu sisi saya juga seneng menari joged, karena itu merupakan hobi saya, dan bisa menambah penghasilan dari saweran dan bayaran dari sekaa,“ ungkap wanita berusia 30-an tahun ini kepada Tribun Bali.
Luh Mawar mengaku kerap diundang menari joged saat acara-acara seremonial di desa-desa, seperti acara ulang tahun sekaa teruna, acara reuni, dan acara-acara non formal.
Undangan untuk menari joged yang kalem dan sesuai pakem, bisa dikatakan jarang yang meminta Luh Mawar dan sekaanya.
Baca: Melaporkan Balik Fairuz A Rafiq dan Hotman Paris, Pengacara Kekeuh Pablo Benua Tak Bersalah
“Kalau yang joged biasa, paling-paling acaranya di upacara adat, odalan. Atau acara-acara resmi, misalnya di acara pejabat begitu. Atau acara tiga bulanan, kan banyak anak-anak jadi kami narinya biasa saja,” tutur Luh Mawar.
Keberanian Luh Mawar dan kru jogednya menarikan joged erotis di Bali bukan tanpa risiko.
Luh Mawar dan sekaa jogednya kerap mendapat hujatan dari para netizen yang geram melihat penampilan mereka.
Belakangan ini, cara mereka menyiasati adalah dengan meminta panitia pengundang acara untuk memastikan agar tidak ada orang yang merekam pementasan joged tersebut.
“Sebenarnya bingung juga sih. Jalan satu-satunya ya kita ikuti kemauan pengupah. Tapi dengan syarat tidak direkam. Itu saja yang kami minta kepada panitia penyelenggara, asal tidak direkam dan dipublikasikan ke media sosial. Sebenarnya itu saja yang kita lakukan biar kita tidak terlalu dipandang jelek sama orang. Kan kadang kita dihujat sama orang. Di sana kami sakit hati baca komentar-komentar orang,” ungkap perempuan yang juga sebagai guru di salah satu sekolah PAUD ini.
Bukan cuma soal hujatan netizen. Luh Mawar mengaku juga pernah dilempari benda-benda seperti botol dan batu.
Bahkan ia pernah dilempari kursi oleh penonton yang notabene adalah istri dari pengibing.
Belum Ada Batasan
Luh mawar mengaku tidak pernah membalas orang-orang yang sempat melemparinya dengan benda-benda tersebut.