Kisah Pegawai Honorer Berstatus Janda yang Merangkap Jadi PSK, Sewa Kamar Hotel Berbintang
Penghasilan kecil, ditambah statusnya janda dan punya tanggung jawab pada satu anak, membuatnya jadi terjun ke bisnis esek-esek ini.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Fenomena menjamurnya praktik pekerja seks komersial (PSK) diberbagai kota di Indonesia menjadi salah satu persoalan pelik selama ini.
Terlebih dengan berkembangnya teknologi, demi menjaring para pelanggan praktik PSK pun makin beragam.
Satu diantaranya yang cukup marak adalah menggunakan kecanggihan aplikasi di smartphone. Hal inilah yang baru saja diungkap oleh jurnalis Tribun Jambi.
Praktik pekerja seks komersial (PSK) berbagi kamar ini juga diungkap oleh Mawar (nama samaran).Tribun bertemu dengannya di hotel berbintang yang lain.
Menurutnya itu lebih baik daripada harus mendatangi tamu ke hotel.
Selain berisiko kena tipu, akan keluar juga biaya untuk transport.
Siapa nyana, Mawar mengaku seorang pegawai honorer yang bekerja di pemerintahan.
Penghasilan kecil, ditambah statusnya janda dan punya tanggung jawab pada satu anak, membuatnya jadi terjun ke bisnis esek-esek ini.
Sudah hampir setahun dia menjalaninya.
"Kalau dulu saya nungguin pesanan dari tamu. Jadi di mana mereka nginap, saya ke sana. Kalau sekarang ada yang order saya minta aja datang ke sini," tuturnya.
Ia menyebut memilih di hotel berbintang karena tidak mau lagi terulang kejadian dulu.
"Pernah sekali diangkut Satpol PP waktu nginap di hotel melati," ungkapnya.
Pengalaman tak sedap itu membuatnya lalu mengajak temannya seprofesi untuk pindah ke hotel berbintang.
Mereka selalu pindah dari hotel yang satu ke hotel yang lainnya.
"Kadang cuma dua malam, sudah itu pindah ke hotel yang lain. Biar nggak terlalu dicurigai," ujarnya.
Mawar mengatakan dalam memilih kamar hotel memilih yang tarifnya di bawah Rp 500 ribu.
Modus baru yang dilakukan PSK online di Jambi yakni berbagi kamar hotel untuk melayani pelanggan.
Liputan ekslusif Tribun Jambi menguak, para PSK ini menggunakan satu kamar hotel yang digilir 2-3 orang PSK untuk melayani tamu mereka.
Untuk biaya akan mereka bagi sama-sama.
Namun ada kalanya biaya itu tak dibagi rata, karena yang punya tamu lebih banyak akan berpartisipasi lebih banyak juga.
"Makanya kita cari teman sekamar yang memang tidak pelit," terang Mawar.
Agar Lebih Berkelas
Jasmine menunjukkan senyum manis saat membuka pintu di tempatnya menginap, di sebuah hotel berbintang di Kota Jambi.
Kulitnya putih, rambutnya sekira sejengkal di bawah bahu.
Jasmine (bukan nama sebenarnya), adalah satu dari sekian banyak PSK yang memilih bertransaksi dengan pria hidung belang di hotel berbintang.
Tentu orang tak mengira bila ia pekerja seks komersil.
Penampilannya lazimnya tamu pada umumnya.
Saat disambangi Tribun di kamar hotel itu, ia memakai tanktop putih, dipadu dengan hotpants.
Dari mulutnya meluncur cerita bahwa sudah tiga malam dia menginap di sana.
Tribun berhasil menemui Jasmine lewat satu di antara aplikasi chatting berbasis android.
Di aplikasi itu secara nyata ia menuliskan status 'open bo', sebuah kode yang berarti bisa diorder untuk cinta semalam.
Tak cuma status yang terang-terangan itu, ia juga mengunggah beberapa foto vulgar.
“Stay di sini,” tulisnya sebagai pelengkap bumbu penggoda pada foto itu.
"Kirain tadi abang ga jadi datang, soalnya banyak yang PHP," ucap Jasmine sambil bersalaman dengan jurnalis Tribun yang terpaksa menyamar sebagai pelanggan.
Penyamaran dilakukan karena sebelum ini tidak ada yang mau diajak bertemu untuk wawancara saat secara terang-terangan diajak wawancara terbuka.
Jasmine mengaku sekarang banyak orang yang PHP (pemberi harapan palsu).
Calon tamu sudah janji akan datang setelah deal tarif kencan, tapi ditunggu malah tidak datang.
"Saya udah kenyang makan PHP, soalnya sudah sering banget," ucapnya, sambil merapikan sprei.
Cekatan tangannya memindahkan beberapa barang dari atas springbed ke rak.
Tas warna merah, ponsel kecil dan sebuah handuk putih berpindah posisi.
Peraduan itu menjadi rapi.
Di kamar yang berada di lantai tiga itu akhirnya terungkap bagaimana modus baru para PSK yang menggaet tamunya melalui aplikasi di smartphone.
Mereka adalah para PSK online, sebab ordernya secara daring (online), dalam praktik prostitusi online.
Jasmine yang mengaku berusia 23 tahun bilang saat ini mereka lebih suka menunggu tamu di hotel berbintang.
Pertimbangan utama adalah faktor keamanan, dan yang selanjutnya adalah aspek prestise.
Mereka merasa lebih berkelas beraksi di hotel berbintang daripada hotel melati.
Tarif hotel yang mahal mereka siasati dengan cara berbagi kamar sesama rekan seprofesi.
Satu kamar bisa diisi dua hingga tiga orang PSK.
Secara bergiliran tentu.
Siapa yang mendapat tamu maka dia yang memakai kamar.
Temannya akan menunggu di luar, biasanya di lobi hotel.
Temannya akan masuk lagi setelah tamu rekannya itu sudah meninggalkan kamar hotel.
Begitulah siklus kehidupan di kamar hotel itu mereka buat, supaya semua aksi mereka bisa berjalan lancar.
Bagi mereka siklus seperti ini membuat untung semua pihak, termasuk tamunya.
"Tamu jadi lebih irit juga kan, soalnya dia gak perlu lagi booking kamar," katanya.
Tarif Rp 600 Ribu
Tarif terendah yang dipatok Jasmine untuk kencan singkat adalah Rp 600 ribu.
Pada saat menawarkan di awal kepada tamu yang ingin menggunakan jasanya, ia akan menyebut angka Rp 800 ribu.
"Biasanya tamu akan nawar. Tapi ada juga yang baik, gak nawar, langsung oke tarifnya segitu," terangnya.
Mengaku sudah lima tahun tinggal di Kota Jambi, ia juga bilang pernah menjadi SPG serta LC freelance. (Tribun Jambi)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.