Bocah Berusia 9 Tahun Alami Trauma Usai Diseret Oknum Polisi Keluar Kelas, Begini Ceritanya
Kejadian tersebut membuat rekan serta ustazah di TPA Al Istiqomah histeris dan berupaya melerai dan merebut DI dari pelukan sang oknum Polisi tersebut
Editor: Eko Sutriyanto
Usai meluapkan amarahnya Jam mengaku khilaf.
Baca: Polisi Selidiki Kasus Pemerkosaan Anak di Bawah Umur Termasuk Dugaan Penganiayaan Keluarga Korban
Bahkan, oknum polisi yang berdinas di Polsek Airgegas tersebut sempat kembali menyambangi dan meminta maaf kepada DI.
Hal tersebut disampaikan, Ustaza Eva, yang kala itu bersama dua rekannya, Halimah dan Yuli berupa melerai dan meredam amarah Jam.
Namun, lantaran ketakutan, DI justru menangis dan menolak permintaan maaf Jam tersebut.
Ia memilih berada di pelukan sang ustazah.
"Dia (Jam-red) sempat bilang saya khilaf, saya khilaf, dan dia juga sempat meminta maaf kepada anak itu (Di-red). Cuma mungkin karena takut tadi, jadi DI tetap di pelukan gurunya," bebernya.
Pasca penganiayaan itu DI (9) kini lebih banyak menghabiskan waktu bermain di rumahnya.
Bocah SD 16 Toboali, Bangka Selatan ini, kini lebih tertutup. Khususnya, bagi tamu yang bertandang ke kediamannya di gang Asam, desa Gadung, Toboali.
Awalnya, DI enggan berinteraksi dengan siapapun.
Ia lebih banyak bermain di dalam rumahnya.
Namun setelah dibujuk sang ayah Candra Saputra, barulah bocah sembilan tahun tersebut bersedia keluar rumah dan menemui sejumlah tamu yang bertandang ke kediamannya.
Itu pun harus didampingi sang ayah.
Candra mengatakan, perubahan perilaku ini terjadi setelah sang anak menjadi korban dugaan pemukulan yang dilakukan oknumanggota Polres Bangka Selatan.
Baca: Susah Sinyal Bukan Kendala Kembangkan Ekonomi Mikro bagi Nasabah PBM di Payakumbuh
Bahkan, usai kejadian DI pun enggan berada di dekapan sang ayah.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.