Hendri: Mahasiswa Harus Berpikir Kritis Agar Tak Terpapar Paham yang Bertentangan Dengan Pancasila
Mahasiswa harus terus waspada karena kelompok radikal masih terus menyasar perguruan tinggi.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Mahasiswa harus terus waspada karena kelompok radikal masih terus menyasar perguruan tinggi.
Untuk itu, mahasiswa yang merupakan aktor perubahan (agent of change) harus bisa berpikir kritis agar tidak mudah terpapar paham yang bertentangan dengan nilai Pancasila.
Pernyataan itu diungkapkan Deputi bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT, Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis saat memberikan materi pada pada kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) bertema “Menyiapkan Mahasiswa Menjadi Pimpinan Bangsa yan Beradab, Berilmu dan Cinta Tanah Air” di Lapangan terbuka Universitas Riau, Senin (5/8/2019).
“Krisis semangat kebangsaan dan jati diri bangsa merupakan pintu masuk yang subur bagi berkembangnya ideologi yang dapat merusak ideologi dan budaya bangsa. Mahasiwa harus kritis menyikapi hal ini agar tidak mudah dipengaruhi,” kata Hendri Paruhuman Lubis.
BNPT, menurut Hendri, mengapresiasi langkah Universitas Riau (UNRI) dalam melakukan pencegahan radikalisme di kampus dengan strategi yang menarik ini.
“PKKMB dengan menghadirkan 6627 mahasiswa ini adalah langkah yang menarik dan strategis karena mengundang mahasiswa baru dari seluruh fakultas. Pemberian materi penguatan Pancasila dan bela negara secara terpusat merupakan cara efektif untuk menangkal ideologi lain yang dapat mengancam keutuhan NKRI,” jelas luluksan Akmil 1986 ini.
Acara itu juga dihadiri Wakil Gubernur Riau, Edy Natar Nasution, Rektor UNRI Prof. dr. Ir. H. Aras Mulyadi, DEA, Wakajati Riau Dr. Mia Amiati, SH, MH, Direktur Kemahasiswaan kemenristek RISTEKDIKTI Dr. Didin Wahidin
Pada penghujung kegiatan, Hendri juga menyampaikan beberapa harapannya terhadap civitas akademika UNRI.
Pertama, lingkungan akademis seharusnya menjadi pioneer dalam memperkuat pendidikan-pendidikan kewarganegaraan (civic education) dengan menanamkan pemahaman yang mendalam terhadap empat konsensus kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Kedua, lanjut Hendri, kampus dapat mengarahkan para pemuda pada beragam aktivitas yang berkualitas baik di bidang akademis, sosial, keagamaan, seni, budaya, maupun olahraga.Ketiga, kampus dapat memberikan pengajaran dan pemahaman agama yang damai dan toleran di lingkungan akademis sehingga pemuda tidak mudah terjebak narasi radikalisme yang seringkali membajak dan mengeksploitasi ajaran agama untuk kepentingan kekerasan.
“Keempat hadirnya karakter tokoh dan keteladanan bagi generasi muda yang mampu mengarahkan idealisme tinggi mereka pada hal positif,” jelas Hendri.