Usaha Petani Tembakau di NTB Dinilai Rentan Karena Menjamurnya Rokok Elektrik
Perkembangan rokok elektrik atau vape dianggap menjadi tantangan besar bagi keberlangsungan petani tembakau di NTB
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perkembangan rokok elektrik atau vape dianggap menjadi tantangan besar bagi keberlangsungan petani tembakau khususnya di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Ketua PWNU NTB, Prof Masnun Tahir, menilai menjamurnya Vape akan berdampak pada meruginya petani tembakau di NTB.
Padahal, menurut dia , dari sisi ekonomi justru tembakau lebih ekonomis daripada rokok elektrik atau Vape.
Tembakau, kata dia, lebih dapat menyentuh masyarakat kelas menengah karena harga yang terjangkau.
"Terkait masalah beredarnya rokok elektrik di masyarakat tentu membuat para petani tembakau kita di NTB ini khususnya akan sangat dirugikan," katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (30/8/2019).
Masnun mengatakan untuk menyelesaikan permasalahan ini hal yang harus dilihat adalah kebijakan pimpinan atau penguasa harus berbanding lurus sama kemaslahatan rakyat.
"Tembakau tentu sangat lebih maslahat bagi pribadi dan orang banyak dalam menunjang perekonomiannya. Dibandingkan dengan rokok Vape yang berbau elektrik ini. Yang hanya bisa digunakan oleh segelintiran orang. Rokok elektrik itu hanya menambah gaya hidup," katanya.
"Kalau tembakau kan sudah dari sejak kita lahir mungkin, zaman nenek moyang kita, sudah ada yang namanya rokok dari tembakau. Kalau rokok listrik itu kan baru-baru ini muncul, belum berani kita jamin tingkat kesehatannya," tambah Masnun.
Pemerintah juga kata dia, harus membuatkan regulasi terhadap rokok elektrik.
Secara lokal kata Wakil Rektor 1 UIN mataram itu, tembakau akan sangat dibutuhkan oleh petani dan rakyat.
"Tembakau kan Andalan petani kita di NTB, tentu harus kita dukung juga baik secara pasar dan pemasarannya," ungkapnya.
Karena belum lagi masyarakat kita terhimpit oleh biaya penanaman tembakau yang semakin tinggi, seperti pupuk, biaya tanam, pemeliharaan dan lainnya,"terangnya.
"Yang kasihan kan petaninya, kalau terus-terusan, sehingga bisa-bisa petani kita ini tambah miskin nanti," katanya.
Di sisi lain lanjutnya, masyarakat juga harus melakukan inovasi, ditengah persaingan ini, harus mampu untuk menggaet kebutuhan pasar serta meningkatkan produktivitas.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.