Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Balita Tewas Setelah Makan Nasi Goreng dari Sekolah, Orangtua: Kami Sudah Ikhlas

Orang tua dari LSZ (3), bocah yang meninggal dunia karena diduga mengonsumsi nasi goreng pemberian kakaknya, mengikhlaskan

Editor: Sanusi
zoom-in Balita Tewas Setelah Makan Nasi Goreng dari Sekolah, Orangtua: Kami Sudah Ikhlas
KOMPAS.COM/JIMMY RAMADHAN AZHARI
Wahyu dan Widia, orang tua dari LSZ (3) yang meninggal karena diduga keracunan nasi goreng PM-TAS yang diberikan di SD 19 Tugu Utara(KOMPAS.COM/JIMMY RAMADHAN AZHARI) 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Orang tua dari LSZ (3), bocah yang meninggal dunia karena diduga mengonsumsi nasi goreng pemberian kakaknya, mengikhlaskan kepergian sang anak.

Pasangan suami istri Wahyu Irawan (31) dan Widya Sumarni (30) memilih menganggap bahwa kematian sang anak adalah bagian dari takdir.

"Kita sudah ikhlas ya, kita anggap ini sudah menjadi takdir," kata Wahyu saat ditemui di kediamannya, Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara, Jumat (13/9/2019).

Baca: Tepergok Mesum dengan Pacar, Seorang Remaja Dipaksa Layani Nafsu Bejat 4 Buruh

Baca: Viral Video Siswa SMP Bawa Parang Gara-gara Ponselnya Disita Guru

Wahyu juga menuturkan, pihak SDN 19 Tugu Utara dan Sudin Pendidikan Wilayah II Jakarta Utara sudah menyambangi rumahnya.

Hal itu untuk mengucapkan belasungkawa sekaligus menanyakan kronologi tewasnya LSZ.

Pasalnya, LSZ sempat diduga meninggal usai mengonsumsi nasi goreng bagian dari Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) yang dibawa kakaknya, ZAA (8), dari sekolahnya di SDN 19 Tugu Utara.

Berita Rekomendasi

Adapun menurut Wahyu, saat dikunjungi tadi, ia sudah mengatakan tidak ingin memperpanjang kasus ini.

"Kita juga nggak mau membesar-besarkan kasus ini ya, jadi ya sudah," kata Wahyu.

Guru mata pelajaran Agama SDN 19 Tugu Utara, Patar Silitonga menyatakan, orang tua LSZ mengaku tidak akan memperpanjang masalah ini.

Berdasarkan penuturan Wahyu, Patar menyebut hal ini sebagai sebuah takdir.

"Karena mereka tidak mempermasalahkan ini. Kalau mereka menganggap ini takdir lah," ucap Patar.

Patar juga mengatakan bahwa orang tua bocah itu tidak akan mencari-cari kesalahan dari pihak manapun.

Orang tua LSZ juga sudah didatangi komite sekolah yang memberikan dukungan terhadap mereka.

Komite sekolah ialah pihak pembuat makanan PMT-AS, termasuk nasi goreng yang dibagikan ke 440 murid SDN 19 Tugu Utara pada Rabu (11/9/2019) lalu.

"Mereka mengatakan kalau kita mencari kesalahan-kesalahan karena kebetulan ibu dari anak ini bersahabat juga dengan komite sekolah, mereka juga sudah datang ke sana waktu anaknya sakit sudah memberikan dukungan dan motivasi," ucap Patar.

LSZ meninggal dunia Kamis sore setelah dirawat usai mengalami gejala muntah-muntah dan buang air besar.

Hasil diagnosa dokter, LSZ dinyatakan mengalami infeksi saluran pernafasan, kadar garam tinggi, serta infeksi saluran pencernaan.

Orang tua korban mengerti soal infeksi saluran pernafasan, karena LSZ punya riwayat penyakit itu sejak lahir.

Namun, penjelasan dokter soal infeksi saluran pencernaan membuat orang tua korban bertanya-tanya.

Dengan adanya pernyataan dokter dan memperhatikan gejala yang ditunjukkan LSZ setelah mengonsumsi nasi goreng, Wahyu pun mempertanyakan apakah ada kemungkinan anak keduanya itu mengalami keracunan makanan itu.

Akan tetapi, Wahyu tidak mendapatkan jawaban yang pasti dari dokter. Dokter hanya menyatakan bahwa ada kemungkinan LSZ keracunan makanan.

"Dokter di situ nggak ngasih jawaban yang tegas. Dia cuman ngasih jawaban: bisa jadi, ada kemungkinan pak," kata Wahyu menirukan ucapan dokter.

Disdik Turun Tangan

LSZ, balita berusia tiga tahun tewas pada Kamis (12/9/2019) setelah mengalami gangguan kesehatan.

LSZ sempat dibawa ke puskesmas kemudian dirujuk ke RSUD Koja.

Sebelum tewas, LSZ diduga keracunan akibat mengonsumsi nasi goreng dari Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) yang dibawa kakaknya, siswa SDN 19 Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara, pada Rabu (11/9/2019).

Kasus tewasnya LSZ ini membuat Dinas Pendidikan DKI Jakarta turun tangan menyelidiki kasus SDN 19 Tugu. Koja, Jakarta Utara.

Pasalnya, nasi goreng yang diduga membuat sang balita tewas merupakan Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) SDN 19 Tugu Utara.

TribunJakarta.com merangkum sejumlah informasi mengenai kasus tersebut.

Kronologis

Ilustrasi keracunan makanan.
Ilustrasi keracunan makanan. (Sutterstock via Kompas.com)

Orang tua korban menceritakan secara kronologis bagaimana korban mengonsumi nasi goreng, mengalami muntah-muntah, hingga akhirnya meninggal dunia.

Awalnya, pada Rabu siang, LSZ tengah berada di kediamannya di Jalan Lontar VIII, Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara.

Siang itu, kakak korban, ZAA (8), baru pulang sekolah dengan membawa sebungkus nasi goreng beserta telur mata sapi.

Sepulangnya dari sekolah, mereka berdua pun menyantap nasi goreng tersebut hingga habis.

Tiba-tiba, LSZ mengalami muntah-muntah tak lama setelah nasi goreng itu habis.

Ayah korban, Wahyu Irawan (31), mengaku panik melihat kondisi LSZ yang muntah-muntah pada siang itu.

Ia pun membawa anak keduanya itu ke puskesmas terdekat untuk diperiksa.

"Waktu pas anak saya kedua muntah-muntah itu siang ya. Posisi anak pertama masih normal. Sedikit pun nggak ada dirasa sama dia. Adek (LSZ) pada saat muntah pun masih biasa. Akhirnya saya lihat adek muntah-muntah ya sudah bawa ke puskesmas," beber Wahyu saat ditemui di kediamannya, Jumat (13/9/2019).

Dari puskesmas, LSZ kembali dibawa pulang dan diberikan asupan obat. Namun, kondisinya memburuk.

Makanan dan minuman yang coba diberikan kepada LSZ dimuntahkannya seketika.

Orang tua korban memutuskan untuk membawa LSZ ke Rumah Sakit Tugu Koja.

LSZ dibawa berobat bersama kakaknya, yang pada Rabu sore hari baru mengalami gejala serupa, yakni muntah-muntah.

Di situ, istri Wahyu, Widya Sumarni (31), mendapatkan pesan dari orang tua murid SDN 19 Tugu Utara lainnya.

Pesan itu berisi bahwa anak-anak mereka juga mengalami muntah-muntah setelah mengonsumi nasi goreng dari PMT-AS.

Kemudian, sesampainya di rumah sakit, ZAA langsung dirawat karena dokter menyatakan leukositnya tinggi.

Sementara LSZ dirujuk ke RSUD Koja untuk mendapatkan penanganan lanjutan. Bocah laki-laki itu pun diinfus lalu dirawat.

"Anak saya diinfus sama dipasang alat bantuan nafas. Pada saat itu anak saya kondisi masih lemas, di situ belum ada apa-apa tuh," jelas Wahyu.

LSZ yang kondisinya menurun sempat membaik.

Kesadaran bocah itu bahkan berangsur-angsur pulih dan bisa diajak berkomunikasi dengan lancar.

Orang tua korban kembali panik saat Kamis pagi sekitar pukul 7.00 WIB, kondisi LSZ malah mengalami penurunan drastis.

LSZ terus-terusan buang air dan juga sempat kejang-kejang. Kesadarannya pun lagi-lagi menurun.

"Setelah dimasukin obat itu anak saya kembali tenang, karena memang efek dari obat itu kayak obat penenang," kata Wahyu.

Di sela-sela menjaga anaknya, Wahyu mendapatkan kabar soal hasil laboratorium soal kondisi LSZ.

Hasil dari dokter, LSZ didiagnosa mengalami infeksi saluran pernafasan, kadar garam tinggi, serta infeksi saluran pencernaan.

Mendengar hasil diagnosa, orang tua korban mengerti soal infeksi saluran pernafasan, karena LSZ punya riwayat penyakit itu sejak lahir.

Namun, penjelasan dokter soal infeksi saluran pencernaan membuat orang tua korban bertanya-tanya.

Dengan adanya pernyataan dokter dan memperhatikan gejala yang ditunjukkan LSZ setelah mengonsumsi nasi goreng, Wahyu pun mempertanyakan apakah ada kemungkinan anak keduanya itu mengalami keracunan makanan.

Akan tetapi, Wahyu tidak mendapatkan jawaban yang pasti dari dokter. Dokter hanya menyatakan bahwa ada kemungkinan LSZ keracunan makanan.

"Dokter di situ nggak ngasih jawaban yang tegas. Dia cuman ngasih jawaban: bisa jadi, ada kemungkinan pak," kata Wahyu menirukan ucapan dokter.

Kondisi LSZ Makin Menurun

Orang tua korban, Wahyu Irawan (31) dan Widya Sumarni (30) saat ditemui di kediamannya, Jumat (13/9/2019).
Orang tua korban, Wahyu Irawan (31) dan Widya Sumarni (30) saat ditemui di kediamannya, Jumat (13/9/2019). (TRIBUNJAKARTA.COM/GERALD LEONARDO AGUSTINO)

Kondisi LSZ yang makin menurun membuatnya harus dirujuk ke ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSUD Koja.

LSZ diinfus di kaki dan tangannya, serta dipasangi kateter dan selang makan.

Harapan orang tua korban kembali bersemi saat kesadaran LSZ di ruang PICU muncul kembali.

Namun, pada Kamis sore kondisi LSZ menurun drastis hingga akhirnya bocah itu meninggal dunia pada pukul 19.12 WIB.

LSZ meninggal dunia setelah pihak rumah sakit melakukan penanganan selama sekitar satu jam jelang kematiannya.

"Akhirnya ada keputusan dari dokter jaga: Pak kita sudah berusaha semaksimal mungkin, anak bapak sudah meninggal," tandas Wahyu.

Adapun atas meninggalnya sang buah hati, Wahyu mengaku ikhlas.

Pihak sekolah serta Sudin Pendidikan Wilayah II Jakarta Utara juga sudah mendatangi Wahyu dan istrinya untuk mengucapkan belasungkawa sekaligus menanyakan kronologi tewasnya LSZ.

Wahyu mengaku sudah berkomunikasi dengan pihak sekolah dan Sudin serta tak memperpanjang kasus ini. (*)

Nasi Goreng Jatah Sekolah

Seorang bocah berusia 3 tahun diduga tewas usai mengonsumsi nasi goreng yang dibawa kakaknya, seorang siswa SDN 19 Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara.

Nasi goreng itu didapatkan kakak korban dari Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS).

"Jadi anak itu dapet jatah nasi goreng di sekolah. Nasi goreng itu udah diinfokan, harus makan di sekolah jangan dibawa pulang," kata Kasudin Pendidikan Wilayah II Jakarta Utara, Momon Sulaeman, Jumat (13/9/2019).

Momon menuturkan, saat diberikan kepada kakak korban, guru SDN 19 Tugu Utara mengimbau bahwa nasi goreng itu tak bisa dimakan di atas jam 12 siang.

Akan tetapi, menurut Momon, nasi goreng itu dibawa pulang oleh kakak korban ke rumahnya.

Nasi goreng itu pun dimakan oleh korban dan kakaknya ketika sampai di rumah.

"Itu dimakan jam 3-an (sore), nasi goreng itu udah basi. Guru juga udah ngasih tau, itu nasi goreng jangan dimakan di atas jam 12," jelas Momon.

Setelah memakan nasi goreng tersebut, korban dan kakaknya mengalami masalah kesehatan.

"Dimakan juga sama adiknya. Adiknya punya riwayat sakit juga, saya wawlahualamam ya, ada paru-paru, jantung gitu kan. Itu menurut neneknya. Lantas masuk rumah sakit," kata Momon.

Korban pun meninggal dunia setelah sempat dilarikan ke rumah sakit, sementara kakak korban sempat mengalami muntah-muntah usai mengonsumsi nasi goreng itu.

"Yang korban bukan anak sekolah tapi adiknya. Dia belum sekolah usia 3 tahun. Kakaknya sempet mual-mual juga," kata Momon.

Adapun menurut Momon, nasi goreng PM-TAS tersebut juga diberikan kepada murid SDN 19 Tugu Utara lainnya, namun tak ada yang mengalami masalah kesehatan seperti korban.

"Tapi yang dapet nasi goreng itu semua murid kan. Karena kondisinya kedua anak itu kurang sehat makanya begitu," ucap Momon.

"Tapi siswa lainnya nggak ada masalah. Karena anak itu kondisi lagi sakit aja makanya gitu," tutup Momon. (*)

Dinas Pendidikan DKI Jakarta Turun Tangan

Kadisdik DKI Jakarta Ratiyono, di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (8/5/2019).
Kadisdik DKI Jakarta Ratiyono, di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (8/5/2019). (TribunJakarta.com/Pebby Ade Liana)

Dinas Pendidikan DKI Jakarta bakal melakukan penyelidikan di SDN 19 Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara.

Penyelidikan ini dilakukan sebagai tindak lanjut atas meninggalnya balita berusia 3 tahun usai mengkonsumsi nasi goreng Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS).

"Kalau ada laporan pasti langsung diselidiki. Saya cek dulu biar enggak meluas," ucap Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Ratiyono, Jumat (13/9/2019).

Dijelaskan Ratiyono, penyelidikan akan dilakukan dengan mengecek pola memasak makanan tambahan yang dilakukan oleh komite sekolah.

"Nanti kita lihat dimana titik kesalahannya, apakah faktor-faktor lain. Kita lihat nanti," ujarnya.

Pasalnya, proses memasak makanan tambahan di setiap sekolah sepenuhnya diserahkan kepada komite sekolah.

"Komite masaknya harus steril, harus higienis karena akan dimakan oleh siswa yang salah satu muridnya adalah anaknya komite juga," kata Ratiyono.

Meski baru akan melalukan penyelidikan, namun ia menduga, peristiwa ini disebabkan oleh nasi goreng yang disantap oleh bocah itu telah basi.

"Kita cek itu masakan sampai jam berapa, terus dibawa pulang dan makannya jam berapa. Kalau misalnya sudah terlalu jauh, terlalu lama berarti basi dan menjadi beracun," kata Ratiyono.

Sebelumnya, seorang bocah berusia 3 tahun diduga tewas usai mengonsumsi nasi goreng yang dibawa kakaknya, seorang siswa SDN 19 Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara.

Nasi goreng itu didapatkan kakak korban dari Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS).

"Jadi anak itu dapet jatah nasi goreng di sekolah. Nasi goreng itu udah diinfokan, harus makan di sekolah jangan dibawa pulang," kata Kasudin Pendidikan Wilayah II Jakarta Utara, Momon Sulaeman, Jumat (13/9/2019).

Momon menuturkan, saat diberikan kepada kakak korban, guru SDN 19 Tugu Utara mengimbau bahwa nasi goreng itu tak bisa dimakan di atas jam 12 siang.

"Itu dimakan jam 3-an (sore), nasi goreng itu udah basi. Guru juga udah ngasih tau, itu nasi goreng jangan dimakan di atas jam 12," jelas Momon.

Setelah memakan nasi goreng tersebut, korban dan kakaknya mengalami masalah kesehatan.

Korban pun meninggal dunia setelah sempat dilarikan ke rumah sakit, sementara kakak korban sempat mengalami muntah-muntah usai mengonsumsi nasi goreng itu.

"Yang korban bukan anak sekolah tapi adiknya. Dia belum sekolah usia 3 tahun. Kakaknya sempet mual-mual juga," kata Momon.

"Adiknya punya riwayat sakit juga, saya wawlahualamam ya, ada paru-paru, jantung gitu kan. Itu menurut neneknya. Lantas masuk rumah sakit," tambahnya.

Adapun menurut Momon, nasi goreng PM-TAS tersebut juga diberikan kepada murid SDN 19 Tugu Utara lainnya, namun tak ada yang mengalami masalah kesehatan seperti korban.

"Tapi yang dapet nasi goreng itu semua murid kan. Karena kondisinya kedua anak itu kurang sehat makanya begitu. Tapi siswa lainnya nggak ada masalah. Karena anak itu kondisi lagi sakit aja makanya gitu," ucap Momon.

Kakak Adik Keracunan Nasi Goreng yang Dibawa dari Sekolah, Sang Adik Akhirnya Tewas

Seorang bocah berusia 3 tahun diduga tewas usai mengonsumsi nasi goreng yang dibawa kakaknya, seorang siswa SDN 19 Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara.

Nasi goreng itu didapatkan kakak korban dari Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS).

"Jadi anak itu dapet jatah nasi goreng di sekolah. Nasi goreng itu udah diinfokan, harus makan di sekolah jangan dibawa pulang," kata Kasudin Pendidikan Wilayah II Jakarta Utara, Momon Sulaeman, Jumat (13/9/2019).

Momon menuturkan, saat diberikan kepada kakak korban, guru SDN 19 Tugu Utara mengimbau bahwa nasi goreng itu tak bisa dimakan di atas jam 12 siang.

Akan tetapi, menurut Momon, nasi goreng itu dibawa pulang oleh kakak korban ke rumahnya.

Nasi goreng itu pun dimakan oleh korban dan kakaknya ketika sampai di rumah.

"Itu dimakan jam 3-an (sore), nasi goreng itu udah basi. Guru juga udah ngasih tau, itu nasi goreng jangan dimakan di atas jam 12," jelas Momon.

Keluarga Elvy Sukaesih Sudah Minta Maaf ke Pemilik Warung yang Diserang Haidar

Bekerjasama dengan Bazis Baznas dan Swasta, Pemprov DKI Berbagi Kebahagiaan dengan 5.200 Anak Yatim

Pimpinan Baru KPK Lili Pintauli Tak Jaim, Pakai Kaus dan Celana Pendek ke Pasar saat Santai

Sosok Pimpinan KPK Lili Pintauli Siregar: Bikin Pangling Saat ke Pasar, Suka Bercanda dengan Satpam

Setelah memakan nasi goreng tersebut, korban dan kakaknya mengalami masalah kesehatan.

"Dimakan juga sama adiknya. Adiknya punya riwayat sakit juga, saya wawlahualamam ya, ada paru-paru, jantung gitu kan. Itu menurut neneknya. Lantas masuk rumah sakit," kata Momon.

Korban pun meninggal dunia setelah sempat dilarikan ke rumah sakit, sementara kakak korban sempat mengalami muntah-muntah usai mengonsumsi nasi goreng itu.

"Yang korban bukan anak sekolah tapi adiknya. Dia belum sekolah usia 3 tahun. Kakaknya sempet mual-mual juga," kata Momon.

Adapun menurut Momon, nasi goreng PM-TAS tersebut juga diberikan kepada murid SDN 19 Tugu Utara lainnya, namun tak ada yang mengalami masalah kesehatan seperti korban.

"Tapi yang dapet nasi goreng itu semua murid kan. Karena kondisinya kedua anak itu kurang sehat makanya begitu," ucap Momon.

"Tapi siswa lainnya nggak ada masalah. Karena anak itu kondisi lagi sakit aja makanya gitu," tutup Momon. (TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino)

Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas