Peluncuran Buku 'Eksplorasi Budaya Suku Boti', Alam adalah Kunci Kehidupan
Sepenggal kalimat teladan Suku Boti "Manusia akan selamat dan sejahtera jika merawat alam" di tengah maraknya pemberitaan kebakaran hutan.
Penulis: Muhammad Nursina Rasyidin
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM.SOLO - "Manusia akan selamat dan sejahtera jika merawat alam"
Itulah sepenggal kalimat teladan Suku Boti bersahabat dengan alam di tengah maraknya pemberitaan kebakaran hutan.
Baru-baru ini, perhimpunan mahasiswa pecinta alam (PMPA) Sentraya Bhuana, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo meluncurkan buku tentang Eksplorasi Budaya Suku Boti, Senin (16/9/2019).
Buku yang diterbitkan ini adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh anggota aktif Sentraya Bhuana dalam eksplorasi budaya Suku Boti, suku yang terletak di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur, tahun lalu, tepatnya 21 Agustus hingga 2 September 2018.
Eksplorasi ini merupakan salah satu program kerja rutin yang dilakukan PMPA Sentraya Bhuana dalam kurun waktu dua tahun sekali.
Baca: Bahlil Lahadia Rilis Buku Berjudul Anak Papua Membuka Jalan untuk Negeri
Pada tahun 2015, perhimpunan mahasiswa pecinta alam yang berada di lingkup Ilmu budaya ini telah melakukan Eksplorasi Suku Baduy, Provinsi Banten.
“Pemilihan Suku Boti dalam eksplorasi kali ini sesuai dengan tema yang mencakup lingkungan, budaya, dan petualangan,” tutur Rista Damayanti, mahasiswi jurusan Ilmu Sejarah yang terlibat dalam penelitian dan penyusunan buku Eksplorasi Budaya Suku Boti.
Lalu tema yang diangkat dalam penelitian ini adalah tentang mereka (Suku Boti) yang menjaga konstruksi alam.
Alam adalah Kunci
Dijelaskan Rista, Suku Boti sangat memegang erat kepercayaan mereka terhadap Uis Pah dan Uis Neno.
Uis Pah bagi Suku Boti dianggap sebagai Tuhan yang menguasai alam, jika diartikan alam memberikan segala kebutuhan untuk manusia.
Untuk menghargai dan menghormati Uis Pah, Suku Boti begitu menjaga konstruksi alam yang mereka miliki hingga saat ini.
Sementara Uis Neno, adalah penguasa alam baka, yang akan menentukan seseorang bisa masuk surga atau neraka berdasarkan perbuatan di dunia.
Dalam buku hasil eksplorasi budaya ini, Uis Pah bagaikan seorang ibu yang mengatur, mengawasi, dan menjaga kehidupan alam semesta beserta isinya termasuk manusia.
Uis Pah berhubungan dengan Pah Tuaf, adalah sosok yang menguasai seluruh tanah di Boti.
Keduanya menjelma di dalam diri Bapak Raja (Amir Usif).
Singkat cerita, Suku Boti menjaga konstruksi alam yang mereka miliki, pohon dan tanah merupakan beberapa contoh yang disakralkan.
Jika ingin menggunakan tanah untuk berladang ataupun menebang pohon harus izin ke Bapa Raja (Amir Usif).
Suku Boti tidak mengkonsumsi bahan kimia atau barang pabrikan yang datang dari luar.
Mereka memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Seperti memanfaatkan tanah liat atau yang disebut dengan Klofo Pehe digunakan untuk membersihkan rambut atau shampo bagi masyarakat modern.
Baca: Gara-gara Hal Sepele, Ruben Onsu & Sarwendah Sampai Berdebat saat Siapkan Buku Sekolah Betrand Peto
Bahan lain yang digunakan untuk bersih diri yakni kulit pinang dan batu gamping.
Kedua bahan ini untuk sikat gigi, kulit pinang sebagai sikatnya, batu gamping sebagai pasta gigi.
Begitu banyak pelajaran yang dapat dipetik dari Suku Boti tentang mereka yang menjaga konstruksi alam.
Sesuai dengan falsafah yang diyakini “manusia akan selamat dan sejahtera jika merawat alam”.
(Tribunnews.com/Sina)