Rencana Pembangunan PLTA Batang Toru Mengancam Orangutan di Tapanuli Punah
Populasi ratusan orangutan Tapanuli (Pongo Tapanulienses) yang telah ditetapkan menjadi spesies langka sejak tahun 2017, disebut terancam punah
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM - Populasi ratusan orangutan Tapanuli (Pongo Tapanulienses) yang telah ditetapkan menjadi spesies langka sejak tahun 2017, disebut terancam punah menyusul rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru.
Di latar belakangi hal tersebut, aktivis lingkungan hidup yang tergabung dalam Relawan Center for Orangutan Protection (COP) menggelar Aksi Damai Selamatkan Orangutan di Bundaran UGM pada Jumat (20/9).
"Sejak 2017, Orangutan Tapanuli ditetapkan sebagai spesies kera besar terbaru meski mulai 1990 sudah dikenal. Tapi mulai 2017 itu langsung dinyatakan hampir punah," kata ahli biologi COP, Indira Nurul Qomariah, Jumat (20/9/2019).
Menurutnya, saat pertama kali ditetapkan jumlah Orangutan Tapanuli mencapai 800 ekor.
Namun saat ini jumlahnya menurun dengan estimasi berjumlah 577-760 ekor. Indira mengatakan, orangutan tapanuli termasuk spesies langka karena berkembang biak sangat lambat.
Sekadar informasi, untuk betina saja baru bisa bereproduksi usia 12-15 tahun, sementara jantan 18-20 tahun.
Rata rata kehamilannya pun hanya satu anak dengan jangka waktu hidup 50-60 tahun, yang artinya 1 betina hanya mampu beranak 5-6 ekor sepanjang hidupnya.
"Saat ini kondisinya memprihatinkan. Habitatnya juga hilang karena pembukaan lahan sawit, termasuk di Batang Toru ini juga ekosistemnya terancam karena pembangunan PLTA disana. Pembangunan ini memisahkan dua ekosistem hidup mereka, yang berdampak ancaman kehidupannya," kata Indira.
Terpisah, Communication and External Relations Director PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) selaku pengelola PLTA Batang Toru, Firman Taufick, menepis anggapan tersebut.
Menurut Taufick, PLTA Batang Toru merupakan pembangkit energi terbarukan yang ramah lingkungan, yaitu energi yang dapat pulih secara alami, ada terus menerus dan berkelanjutan.
"Pembangunan PLTA ini merupakan bagian dari upaya beralih dari energi fosil yang kotor ke energi terbarukan yang bersih seperti tenaga air," kata Firman Taufick.
Sebagai proyek strategis Nasional pembangkit listrik 35.000 MW, lanjut dia, pihaknya terus berkomitmen menjaga kelestarian alam dan habitat Orangutan Tapanuli.
Pembangunan PLTA Batang Toru telah melalui kajian-kajian yang dipersyaratkan termasuk Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
"Selain AMDAL, kami juga telah melaksanakan kajian Environmental and Social Impact Assessment (ESIA) yang menunjukkan komitmen kuat perusahaan untuk juga mendorong kelestarian flora dan satwa liar seperti Orangutan Tapanuli yang merupakan satwa endemic di hutan Batang Toru," sambung Senior Adviser on Environment PT NSHE, Agus Djoko Ismanto.