Polisi: Kelompok Bersenjata Papua Terlibat dalam Kerusuhan di Wamena
Polisi masih melakukan penyelidikan terkait aktor di belakang anak-anak sekolah yang berunjuk rasa.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAYAPURA - Kerusuhan di Wamena yang terjadi Senin 23 September kemarin merenggut 26 nyawa. Sebagian besar meninggal akibat terjebak dalam bangunan atau rumah terbakar.
Belakangan, menurut aparat keamanan ternyata aksi anarkis itu disusupi Kelompok Bersenjata Papua, bahkan sempat terjadi aksi saling tembak dengan anggota TNI dan Polri.
“Saat unjuk rasa, dibelakang massa ada massa, lalu dibelakangnya ada juga kelompok bersenjata, dan sempat baku tembak sejak Senin hingga Selasa Pagi,” ujar Kapolres Jayawijaya AKBP Tonny Ananda Swadaya Selasa (24/9/2019).
Baca: Jawaban Langsung dari Robert Rene Alberts Soal Absen di Laga Kontra Persipura
Baca: Kronologi Demonstrasi Ribuan Mahasiswa di Solo Ricuh, Polisi Sebut Ada Provokator
Baca: Gerbang DPR RI Mulai Roboh, Seorang Perempuan Terluka
Jadi, aksi unjuk rasa kemarin ada yang tunggangi. “Ada mahasiswa dari luar Papua, lalu ada sekelompok dari KNPB yang melakukan penghasutan dengan menyebarkan hoaks bahwa guru menyampaikan rasisme itu yang selalu digoreng. Dan ada kelompok bersenjata,”kata Kapolres.
Polisi masih melakukan penyelidikan terkait aktor di belakang anak-anak sekolah yang berunjuk rasa. “Kami juga sudah upayakan untuk melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, agama dan lainnya, dipimpin langsung Wakapolda,”ungkap Kapolres.
Kapolres mengimbau agar agar masyarakat tetap tenang, tidak melakukan aktivitas pembalasan, dan percayakan kepada aparat keamanan untuk penanganannya.
Adapun korban meninggal maupun luka-luka sudah dievakuasi ke Jayapura dengan pesawat Polri dan Hercules.
Dalam kejadian anarkis di Wamena, sejumlah fasilitas pemerintahan dibakar dan dirusak massa antara lain kantor bupati beserta OPD di dalamnya, gedung dinas otonom “Wenehule Huby”, kantor urusan Agama (KUA) Jayawijaya, PLN, kantor kementerian agama Jayawijaya dan sejumlah pertokoan hangus terbakar.
“Data lengkap belum terhimpun, sehingga perkiraan kerugian belum bisa dihitung. Pemda Jayawijaya juga sudah mengambil langkah dengan menyiapkan dapur umum di setiap tempat pengungsian,” terangnya.
Pemulihan jaringan listrik di Kota Wamena juga sedang diupayakan. “Lagi dicoba diperbaiki hari ini, mudah-mudahan hari ini bisa nyala,” tuturnya.
Pemadaman yang terjadi di Kota Wamena, karena ada beberapa ruko yang terbakar, dan perlu perbaikan.
Mengenai pemicu terjadinya akai anarkis, Polisi masih melakukan penyelidikan. ”Informasi awal, ada seorang guru SMA diduga melakukan tindakan rasisme, setelah diklarifikasi, sesuai keterangan guru yang bersangkutan, ia mengatakan kepada seorang murid bahwa, ‘kamu terlambat dalam membaca’.
Tapi kemudian ada oknum tertentu yang diduga melatih siswa itu menciptakan hoax, bahwa guru itu rasis,”terangnya.
Sementara Dandim 1702/Jayawijaya, Letkol Inf Candra Dianto Menuding KNPB sebagai salah sati dalang kerusuhan Wamena. “Mereka telah memploting mana saja yang akan dibakar, tujuannya melumpuhkan Wamena, seperti membakar PLN dan Kantor Bupati. Itu bukan spontan, tapi direncanakan,”tegasnya.
Saat ini ada sekitar 4.500 orang yang telah mengungsi di sejumlah titik di Wamena, diantaranya Kodim, Polre, kantor DPRD, Koramil, dan Gereja.
Bupati Jayawijaya, Jhon Richard Banua menyatakan, saat ini pemerintah daerah dan instansi terkait sedang berupaya mengembalikan situasi kembali kondusif.
“Kami dengan aparat keamanan sedang berupaya menormalkan situasi kembali seperti semula,”tandasnya.
Aksi yang terjadi Senin kemarin, menurut Bupati, bukan aksi demonstrasi karena sama sekqli tidak ada pemberitahuan kepada Polisi maupun pemerintah. ”itu bukan unjuk rasa, tapi rusuh karena pembakaran dan pelemparan dimana-mana. Korban berjatuhan,”ujar Bupati.
Bupati mengimbau masyarakat Jayawijaya tidak terprovokasi isu tidak benar, dan semua bisa menahan diri. “Jangan membalas, karena semua sudah ditangani aparat keamanan,”harapnya.
Bandara Wamena dijaga puluhan aparat keamanan.
“Penerbangan dari Jayapura ke Wamena dan sebaliknya sudah normal pasca kejadian aksi anarkis Senin (23/9/2019) kemarin,”Pelaksankan Tugas UPBU Kelas 1 Wamena, Fredy Halattu, Selasa (24/9/2019).
Agar penerbangan tetap aman dan lancar, pihak bandara meminta adanya jaminan keamanan selama jam penerbangan.
“Untuk sementara ini sudah mendapatkan bantuan pengamanan dari Brimob sebanyak 39 personel, ditambah 11 orang khusus untuk pengamanan bandara, ditambah dari KP3 Udara, Kodim, batalyon. Jadi untuk semua rute dari dan ke Wamena sudah normal,”ungkapnya.
Sebelumnya tepat terjadinya aksi anarkis di Wamena, beberapa penerbangan terpaksa di Cancel, diantaranya Wings satu flight, Trigana dua flight dan Penerbangan kargo.
“Trigana empat pesawat kemarin hanya terbang satu flight, rata-rata empat sampai lima flight per hari dikali empat pesawat di Cencel dan Jayawijaya Dirgantara ada dua pesawat tercancel tiga flight, kemudian Deraya tercancel tiga flight,” jelasnya.
Kata dia, bila kondisi kondisi emergency, maka pelayanan penerbangan sipil tetap akan ditutup, tetapi untuk penerbangan militer tetap kami buka. “Terkait penerbangan untuk pengungsi, kami belum tahu, tetapi baru kooridinasi dengan pihak TNI AU."