Kisah Perempuan Penakluk Api di Kalimantan: 'Teman dan Atasan Saya Pernah Sakit, Ada yang Meninggal'
Sumarni tak pernah membayangkan harus menyemprotkan ribuan liter air ke hektare demi hektare lahan yang membara, demi bisa bernapas.
Editor: Dewi Agustina
Ini adalah tahun ketiga Sola menjadi relawan Tim Cegah Api. Sebelumnya, pada tahun 2017, ia terjun di kampung halamannya, Ketapang, Kalimantan Barat.
Tahun 2018, ia terbang ke Pontianak untuk membantu pemadaman.
Bagi Sola, karhutla tahun 2015 merupakan titik baliknya.
Pada saat itu, ia menyaksikan teman dan atasannya menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang begitu parah akibat menghirup kabut asap.
"Temanku ini, pada saat kita mau masuk kerja, dia batuk. Tiba-tiba muntah darah," kata Sola mengingat-ingat peristiwa itu.
"Kita bawa ke rumah sakit, kata dokter itu ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) akut. Sejak itu, ia diliburkan sama perusahaannya." Kejadian lebih nahas lantas menimpa atasannya.
"Dia batuk-batuk sudah mulai parah, akhirnya kata dokter 'ya udah, coba balik (pulang) lewat kapal'. Jadi beliau balik lewat kapal, pergi ke Pontianak. Baru dari Pontianak beliau ke Balikpapan," kisahnya.
Sebenarnya, sang bos ingin mengungsi dari Ketapang, namun berbagai jadwal penerbangan justru dibatalkan.
Alhasil, ia terperangkap semakin lama di lingkungan berkabut asap tebal.
Seiring waktu, ISPA yang diderita semakin parah, hingga akhirnya ia mengembuskan napas terakhir.
"Akhirnya masih berlanjut ISPA-nya itu. Itulah yang merenggut nyawanya," tutur Sola.
Menjadi saksi dua peristiwa itu membuat Sola semakin geram dengan nasib nahas yang harus dihadapi ia dan jutaan warga lain yang terdampak.
Baca: KKP dan Pertamina Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir di Wilayah Timur Indonesia
"Kok bisa ini kejadian? Kenapa? Siapa dalang dari semua ini?" tanyanya kesal.
Ia bertekad menghentikan kebakaran hutan dan lahan dengan tangannya sendiri.