Tiga Orangutan Korban Karhutla Mendapat Rumah Baru di Taman Nasional Gunung Palung
Tim medis IAR Indonesia, drh Joost Philippa memastikan kondisi ketiga orangutan ini dalam keadaan baik dan siap dikembalikan ke habitatnya
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, KETAPANG - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalimantan mengancam keberadaan orangutan.
Upaya penyelamatan pun telah dilakukan, salah satunya dengan cara memindahkan orangutan ke tempat yang lebih aman.
Baca: Kabareskrim Tegaskan Tidak Ada SP3 Kasus Karhutla
Baca: Peneliti LIPI Sebut Karhutla di Sumatera dan Kalimantan Buatan Manusia
Baca: Hadapi Karhutla Perlu Pengawasan Kegiatan Korporasi dan Penegakan Hukum yang Tegas
Pada Jumat (27/9/2019) kemarin, sebanyak 3 individu orangutan yang menjadi korban karhutla di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, ditranslokasikan ke kawasan Resor Kubang.
Tepatnya di dalam areal Taman Nasional Gunung Palung di Desa Batu Barat, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.
Translokasi itu diprakarsai tim gabungan yang terdiri dari Balai Taman Nasional Gunung Palung (Tanagupa), Balai Konservasi Sumber Daya Alam Barat (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi (SKW) I Ketapang Resor Sukadana dan IAR Indonesia.
Tim medis IAR Indonesia, drh Joost Philippa memastikan kondisi ketiga orangutan ini dalam keadaan baik dan siap dikembalikan ke habitatnya.
“Kami melakukan operasi pengangkatan peluru di muka Arang pekan lalu dan sekarang lukanya sudah sembuh, begitu juga dengan luka akibat jerat di kaki Jerit,” kata Joost, Sabtu (28/9/2019).
Dia menceritakan, tim pelepasan bersiap dari pusat rehabilitasi IAR Indonesia sejak subuh.
Tim medis melakukan pemeriksaan terakhir sebelum tim berangkat menuju Batu Barat.
Perjalanan darat ditempuh selama 4 jam dan dilanjutkan dengan perahu melintasi sungai selama 1 jam.
Kemudian, dilanjutkan dengan berjalan kaki selama setengah jam menuju titik pelepasan.
Ketiga orangutan yang diberi nama Arang, Bara dan Jerit ini, terpaksa ditranslokasikan karena habitat asal mereka sudah habis terbakar.
Arang dan Bara diselamatkan di Desa Sungai Awan Kiri, Senin (16/9/2019), sedangkan Jerit diselamatkan di Desa Kuala Tolak,
Kecamatan Matan Hilir Utara pada Sabtu (21/9/2019).
Meskipun diselamatkan di tempat dan waktu yang berbeda, masalah yang mereka hadapi sama, yaitu kebakaran hutan dan ancaman manusia.
Ketika diselamatkan, kondisi mereka cukup memprihatinkan karena selain badannya sangat kurus, mereka juga mengalami dehidrasi akibat kekurangan makanan.
Ditambah lagi dengan ditemukan adanya luka membusuk akibat lilitan jerat di kaki orangutan Jerit, dan ditemukan 2 butir peluru di dekat mata orangutan Arang.
Kondisi ini menunjukan bahwa selain terancam oleh kebakaran hutan yang menghanguskan rumahnya, orangutan juga rentan mendapat serangan dari manusia ketika terusir dan mencari kehidupan di luar habitat aslinya.
Manager Lapangan IAR Indonesia, Argitoe Ranting menerangkan, kawasan Batu Barat yang masuk ke dalam areal Tanagupa ini dipilih berdasarkan hasil survei pra-pelepasan yang dilakukan oleh Balai Tanagupa dan tim IAR Indonesia.
Menurut dia, jumlah populasi orangutan di kawasan ini masih rendah dan jumlah jenis pakan orangutan masih cukup tinggi sehingga lokasi ini sangat cocok untuk mentranslokasikan orangutan.
"Selain itu, status kawasan sebagai Taman Nasional juga lebih menjamin keselamatan orangutan di dalamnya,” ujar dia.
Kepala Balai Tanagupa, Ari M Wibawanto mengatakan, di Tanagupa memiliki 3 alternatif tempat translokasi yang sudah disurvei daya dukungnya yaitu Riam Bekinjil, Bukit Kubang dan Bukit Daun Sandar.
"Kami sudah menerima 7 individu orangutan yang ditranslokasikan ke kawasan kami, 5 di antaranya ke Bukit Kubang," ucap dia.
Dia melanjutkan, langkah ke depan bersama para pihak terkait yaitu BKSDA Kalbar dan IAR Indonesia akan melakukan survei lokasi-lokasi lain yang cocok untuk dijadikan tempat translokasi, agar populasi orangutan tidak menumpuk di satu tempat saja.
Hal ini penting dilakukan untuk menjamin kelangsungan hidup orangutan.
Apabila tempat translokasi hanya terbatas di 3 tempat tadi, khawatir justru akan menimbulkan masalah di kemudian hari.
"Translokasi sebenarnya adalah solusi terakhir dalam upaya penyelamatan orangutan. Seharusnya yang kita lakukan bersama adalah menjaga habitat orangutan yang tersisa sekarang," ucap dia.
Sementara itu, Kepala BKSDA Kalimantan Barat, Sadtata Noor mengatakan, keberhasilan BKSDA Kalbar bersama mitra YIARI melakukan penyelamatan satwa liar, khususnya orangutan, dari lokasi lahan/hutan yang terbakar kali ini, di satu sisi merupakan sebuah capaian.
Baca: Arie Untung Bantu Korban Karhutla
Baca: Kapolri Copot Kapolda Riau, Papua, dan Sultra
Baca: Korban Mulai Berjatuhan, Jokowi Diminta Tidak Tunda Perppu KPK
Tetapi di sisi lain, hal ini menggambarkan sebuah keprihatinan yang mendalam.
Namun, kata dia, kegiatan penyelamatan tersebut hanyalah sebuah tindakan kecil, bahkan sangat kecil dibandingkan dengan langkah-langkah dan kebijakan yang seharusnya diambil untuk menghentikan dan mencegah bencana berkelanjutan dan berulang ini.
"Sebuah bencana yang berdampak luas dan mematikan bagi kehidupan," ucap dia.
Kontributor Pontianak, Hendra Cipta
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Taman Nasional Gunung Palung Jadi Rumah Baru Bagi 3 Orangutan Korban Karhutla
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.