Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Timbulnya Isu Kesetaraan Gender di NTT karena Minimnya Akses Air Bersih

Salah satu yang menjadi akar masalah timbulnya isu kesetaraan gender di sana adalah karena minimnya akses air bersih

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Timbulnya Isu Kesetaraan Gender di NTT karena Minimnya Akses Air Bersih
TRIBUN/IQBAL FIRDAUS
Dari kiri ke kanan: Pelari Jelajah Timur dan Fundraiser Carla Felany dan Candra Nugraha, Direktur Fundraising Plan Indonesia Linda Sukandar, Perwakilan Indonesia Sport Medicine Centre dr. Maria Dwi Sunardi pada konferensi pers Jelajah Timur - Run for Equality di Kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (30/9/2019). Acara ini merupakan peringatan 50 tahun Yayasan Plan International Indonesia yang menyelenggarakan program lari Jelajah Timur dengan kampanye Run for Equality. TRIBUNNEWS.COM/IQBAL FIRDAUS 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anak perempuan adalah kelompok terbesar di dunia.

Ironisnya jutaan anak perempuan setiap harinya harus menghadapi pelecehan dan diskriminasi di berbagai bidang.

Hal ini disebabkan berbagai faktor seperti latar belakang etnis, iklim di wilayah tempat tinggal, stereotip gender, sehingga anak perempuan kerap menjadi pihak yang paling termajinalkan.

Situasi ini juga terjadi di Indonesia. Sekitar 131 juta dari 265 juta penduduk Indonesia adalah perempuan. Secara global, Indonesia masih ada di peringkat ke-84 dari 144 negara untuk kesetaraan gender (World Economic Forum, 2017).

Seperti yang terjadi di salah satu wilayah dampingan Plan Indonesia yaitu di Flores, Nusa Tenggara Timur, isu kesetaraan gender masih menjadi momok bagi anak perempuan.

Salah satu yang menjadi akar masalah timbulnya isu kesetaraan gender di sana adalah karena minimnya akses air bersih.

Tanggung jawab untuk menyediakan air rumah tangga dibebankan kepada perempuan dan anak perempuan.

Baca: Penghuni Rumah Reyot di Tengah Apartemen Harus Beli Air Galon untuk Mandi dan Kebutuhan Air Bersih

Berita Rekomendasi

Kondisi daerah yang kering menyebabkan anak-anak perempuan tersebut harus menempuh perjalanan cukup jauh untuk mengambil air bersih dari sumber air terdekat.

Kegiatan ini dilakukan pada pagi dan sore hari sehingga waktu belajar mereka tersita, dan juga kehilangan hak bermain.

Selain itu mereka menghadapi risiko tinggi akibat minimnya perlindungan saat menempuh perjalanan ke lokasi sumber air yang jauh.

Kondisi tersebut yang menggerakkan Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia), organisasi yang peduli terhadap hak-hak anak perempuan untuk membantu pengadaan akses air bersih dan mendorong kesetaraan anak perempuan di Nusa Tenggara Timur melalui program lari Jelajah Timur - Run for Equality.

Baca: Cerita Lies yang Memilih Bertahan di Rumah Tua di Tengah Apartment Mewah, Tak Kebagian Air Bersih

“Faktor budaya menyebabkan anak perempuan di Nusa Tenggara Timur memikul beban tanggung jawab untuk menyediakan air rumah tangga," kata Linda Sukandar, Direktur Fundraising Plan Indonesia di Jakarta, Selasa (1/10/2019).

Salah satu anak dampingan Plan Indonesia, Maria, harus berjalan 30 menit hingga 2 jam untuk mendapatkan air bersih.

"Melalui charity run ini, kami berharap  dapat membantu anak-anak perempuan di sana kembali mendapatkan haknya sebagai anak yaitu untuk belajar dan bermain. Mereka tidak kelelahan saat belajar di sekolah. Lalu, sanitasi dan kebersihan juga lebih terjaga. Risiko-risiko kekerasan yang mungkin terjadi dalam perjalanan mengambil air juga bisa dihindari,” ujarnya. 

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas