Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bocah 12 Tahun Hidup Dikurung di Bekas Kandang Ayam & Tanpa Busana, Perilaku Aneh Ini Jadi Penyebab

Seorang bocah berusia 12 tahun hidup dikurung di bekas kandang ayam dan tanpa mengenakan busana. Perilakunya yang aneh menjadi penyebab ia dikurung.

Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Miftah
zoom-in Bocah 12 Tahun Hidup Dikurung di Bekas Kandang Ayam & Tanpa Busana, Perilaku Aneh Ini Jadi Penyebab
Kompas.com/Taufiqurrahman
Moh. Efendi (20) dikurung di dalam bekas kandang ayam oleh orang tuanya karena memiliki kelainan sifat sejak lahir. Efendi dikurung karena sering merangkak hingga pernah ditemukan di hutan dan pinggir sungai. 

Seorang bocah berusia 12 tahun hidup dikurung di bekas kandang ayam dan tanpa mengenakan busana. Perilakunya yang aneh menjadi penyebab ia dikurung.

TRIBUNNEWS.COM - Seorang bocah berusia 12 tahun hidup dikurung di bekas kandang ayam dan tanpa mengenakan busana.

Perilakunya yang aneh menjadi penyebab ia dikurung.

Dilansir Kompas.com, bocah bernama Moh. Efendi tersebut dikurung dalam bekas kandang ayam berukuran 1x0,5 meter.

Efendi dikurung lantaran memiliki kelainan sifat dibandingkan dengan bocah seusianya.

Baca: Terlibat Pembunuhan Bermotif Cinta Segitiga, Bocah 12 Tahun Dikurung Orangtua di Dalam Kamarnya

Baca: Kisah Tragis Wanita Cantik Ini, 24 Tahun Dikurung Ayah di Ruang Bawah Tanah Hingga Punya 7 Anak

Di bekas kandang ayam yang terbuat dari bambu itu dan kayu papan, Efendi menghabiskan waktu sehari-harinya.

Ia hidup dalam sepetak kandang tanpa selembar kain menutupi sekujur tubuhnya.

BERITA REKOMENDASI

Di dalam kurungan itu, Efendi makan, minum, buang air besar dan kecil, serta tidur.

Saat tim Kompas.com datang menyambanginya, Jumat (4/10/2019) siang, Efendi berusaha berdiri dengan berpegang ke bilah-bilah bambu.

Setelah berhasil berdiri, ia mencoba meraih tangan dan baju orang yang datang menyambanginya.

Sentuhan itu kemudian diikuti dengan tawa girang.

Namun, saat orang yang menyambanginya hendak pergi, ia meronta-ronta.

Seolah, Effendi minta untuk dikeluarkan dari dalam kurungan.

Moh. Efendi (20) dikurung di dalam bekas kandang ayam oleh orang tuanya karena memiliki kelainan sifat sejak lahir. Efendi dikurung karena sering merangkak hingga pernah ditemukan di hutan dan pinggir sungai.
Moh. Efendi (20) dikurung di dalam bekas kandang ayam oleh orang tuanya karena memiliki kelainan sifat sejak lahir. Efendi dikurung karena sering merangkak hingga pernah ditemukan di hutan dan pinggir sungai. (Kompas.com/Taufiqurrahman)

Latifah (36) ibu kandung Efendi menceritakan, sejak masih bayi, Efendi tumbuh seperti bayi pada umumnya.

Namun, ketika usianya menginjak tiga tahun, Efendi tidak kunjung bisa berjalan dan tidak bisa bicara.

"Dia hanya merangkak kemana-mana, bicaranya tidak dimengerti karena tidak ada bahasa yang bisa diucapkan," ujar Latifa, warga Dusun Bringin, Desa Angsana, Kecamatan Palengaan, Pamekasan.

Sebagai anak ketiga, Efendi paling banyak mendapat penjagaan dari kedua orang tuanya.

Sebelum dikurung di dalam bekas kandang ayam, Efendi ditempatkan di dalam surau.

Namun, masih bisa keluar dan merangkak ke luar halaman rumah.

Ketika lepas dari pengawasan orang tuanya, banyak makanan yang tidak layak dimakan.

"Efendi pernah makan olahan dedak untuk pakan sapi. Bahkan kulit buah siwalan, bunga, dedaunan juga dimakan. Makanya kami coba untuk dikurung," tambah Latifah.

Yang membulatkan tekad kedua orang tua Efendi untuk dikurung sampai sekarang, karena Efendi pernah hilang dari rumahnya.

Insiden itu terjadi saat kedua orang tuanya pergi bekerja di sawahnya hingga sore.

Efendi dicari sampai malam tiba.

Bocah berkulit kuning langsat ini ditemukan di pinggir sungai.

Beruntung di sungai itu tidak sedang banjir.

"Pernah juga kejadian, Efendi ditemukan di pinggir hutan di timur rumah," kata Hamzah, ayah Effendi.

Baik Hamzah ataupun Latifah, awalnya mengaku tidak tega mengurung anaknya.

Namun, mereka berpikir, dengan cara mengurung, lebih banyak dampak positifnya dibanding mudaratnya.

Hamzah dan Latifah mengaku bisa tenang mencari nafkah untuk membiayai hidup ketiga anaknya yang lain.

"Kalau bicara perasaan, perasaan kami iba dan kasihan. Tapi bagaimana lagi, ini sudah nasib keluarga kami," ujar Hamzah.

"Kami harus hidup, harus bekerja. Kalau tidak bekerja, keluarga kami mau dapat dari mana biayanya," imbuhnya.

Sudah 3 Tahun Kakak Beradik Penderita Gangguan Jiwa Ini Dikurung

Sudah tiga tahun berjalan, kakak beradik Iis (30) dan Eman (25) dikurung di rumahnya di Kampung Bojonghaur, Desa Bantarkalong, Kecamatan Warungkiara, Sukabumi, Jawa Barat.

Dilansir Kompas.com, anak kelima dan keenam pasangan Ukan (70) dengan Isoh (60) itu diduga menderita gangguan kejiwaan sejak lahir.

Berbagai upaya penyembuhan sudah dilakukan sejak keduanya masih kecil oleh pasangan petani itu.

"Takut keluar rumah dan bermain ke sungai, karena sungainya dekat dari sini," ungkap Ukan.

Keduanya dikurung di salah satu ruangan di bagian belakang dari bangunan utama rumahnya.

Kondisi ruangannya begitu memprihatinkan dengan dinding bilik bambu dan beralaskan tanah berukuran sekitar 4 x 2 meter.

Di dalam ruangan itu, terdapat tempat tidur tanpa alas yang terbuat dari bambu setinggi 50 centimeter.

Namun keduanya, sesekali bisa keluar dengan didampingi orangtuanya untuk sekedar mandi.

"Kalau sakitnya sejak kecil dan sudah berobat kemana-mana tapi enggak sembuh-sembuh," tambah dia.

Dia berharap pemerintah dapat memberikan jalan keluar untuk kesembuhan kedua anaknya.

Sebab dia tidak memiliki uang untuk biaya mengobati keduanya ke rumah sakit.

Dirinya sendiri pun sudah renta tak bisa berbuat apa-apa.

"Kami ingin sekali anak kami sembuh, tapi kami enggak punya biaya. Bagaimana dari pemerintah saja," harap dia.

Kakak beradik itu dijenguk unsur Muspika Warungkiara dan aparat Desa Bantarkalong yang sedang meninjau lokasi bencana pergerakan tanah di Kampung Bojonghaur.

Camat Warungkiara, Asep Suhenda mengatakan saat ini akan dilakukan pendataan administrasi kependudukan, sebab ada kekurangan berkaitan dengan kepemilikan KTP dan termasuk BPJS Kesehatan karena belum memiliki.

"Setelah terpenuhi semuanya akan dilaporkan ke Dinsos Kabupaten Sukabumi berkaitan dengan penanganan selanjutnya," kata Asep usai menjenguk kedua warganya yang diduga penderita gangguan kejiwaan kepada wartawan.

Camat yang baru bertugas sebulan ini menjelaskan, berdasarkan informasi dari kedua orangtuanya pengurungan dilakukan karena rasa khawatir, sebab rumahnya terletak dekat sungai.

Keduanya ditakutkan keluar tanpa sepengetahuan orangtuanya.

"Sebelumnya sering keluar tanpa sepengetahuan orangtuanya, karena dikhawatrikan jatuh ke sungai makanya dikurung untuk menjaga agar tidak bermain keluar rumah," jelas dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Miris, Bocah 12 Tahun Ini Dikurung di Bekas Kandang Ayam, Tanpa Busana" dan "Sudah 3 Tahun Kakak Beradik Penderita Gangguan Jiwa Ini Dikurung".

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas