Gangguan Jiwa, Perempuan di Cidaun Tewas dalam Keadaan Dipasung, 2 Lagi Berhasil Diselamatkan
Pengelola Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Istana KSJ menerima laporan ada tiga warga Kecamatan Cidaun dipasung karena mengalami gangguan jiwa
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, CIANJUR - Pengelola Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Istana KSJ menerima laporan ada tiga warga Kecamatan Cidaun dipasung karena mengalami gangguan jiwa dan sering kabur dan mengamuk.
Dua warga berhasil dibebaskan dari pasung, Sabtu (19/10), namun satu orang dengan gangguan jiwa berjenis kelamin perempuan terlebih dahulu meninggal dalam keadaan terpasung sebelum dibebaskan
Dua warga yang berhasil dibebaskan adalah ON (32) warga Desa Kertajadi berjenis kelamin perempuan dan SAS (32) warga Kampung Cigaludra, Desa Cimaragang, Kecamatan Cidaun berjenis kelamin laki-laki.
Pengelola Istana KSJ Nurhamid Karnaatmaja (56), mengatakan, SAS dipasung selama 18 bulan menggunakan balok kayu oleh keluarganya.
Hal itu dilakukan lantaran SAS kerap mengamuk, sehingga SAS dipasung agar tidak merusak dan menyakiti dirinya.
Menurutnya SAS diduga mengalami gangguan kejiwaan karena faktor genetik dari keluarganya.
"Diketahui pemuda itu mengalami gangguan jiwa sejak lulus SMP, terkait pemicunya masih saya observasi. Namun dugaan kuat karena genetik, faktor ketidaktahuan dan alasan keluarga membuat pemuda itu terpaksa dipasung. Keterangan yang kita peroleh dia ini belum sekalipun mendapat penanganan secara medis," katanya, Senin (21/10).
Ia mengatakan SAS tak bisa gerak leluasa, ia pipis dan makan di tempat yang sama karena dirantai dari kedua sisi.
Sementara itu, On (32), telah dipasung selama tiga tahun di bangunan dari kayu yang mirip kandang dengan ukuran panjang 1,8 meter dan lebar 0,6 meter.
Berbeda dengan SAS yang terlihat lebih terurus, On sengaja dikurung dalam kandang yang sempit.
Keluarga menganggap On gangguan jiwa karena terkena ilmu hitam.
"Keluarga terpaksa mengurung On di dalam kandang karena perempuan itu sering kabur dari rumah. Menurut keluarga dia kena pengaruh guna-guna, ada juga yang menyebut dia kerasukan sampai akhirnya dipasung selama tiga tahun lamanya," katanya.
Setiap hari, On mendapat makan dan minum yang dikirim bergantian oleh keluarga. "Perlakuan terhadap O memang dianggap tidak manusiawi, namun bagaimanapun itu maksud dari keluarga adalah untuk mencegah On pergi dari rumah. Hanya cara memperlakukannya yang salah," katanya.
Nurhamid mengatakan kondisi ON perempuan yang dikurung di sebuah bangunan mirip kandang ayam memang sangat mengkhawatirkan.
Kondisi tubuh ON sangat kotor. Ia dibiarkan di sebuah kandang terbuka namun kakinya dirantai.
"Ia bisa keluar namun tak jauh," kata Nurhamid.
Ia mengatakan posisi kandang tersebut berjarak sekitar 30 meter dari rumah. Kandang tersebut berada di kebun dengan kondisi tanah kering dan panas.
"Kalau untuk makan diantar sama keluarga," katanya.
Nurhamid mengatakan, pemasungan masih terjadi di Cianjur lantaran ketidaktahuan warga soal gangguan kejiwaan dan pengananan.
Pasung dianggap jalan yang mudah untuk mencegah ODGj mengamuk. Padahal pemasungan tidak akan membuat ODGJ sembuh.
"Sebetulnya pandangan seperti itu wajar saja karena ketidaktahuan mereka dengan kondisi tersebut. Makanya perlu sosialisasi yang dilakukan oleh semua pihak, kaitan gangguan kejiwaan dan pengobatannya," katanya.
Saat ini SAS dan On sudah berada di Panti Istana KSJ di Kecamatan Cipanas.
Rencananya mereka akan dirawat selama kurun waktu satu hingga tiga bulan, atau sampai mereka dinilai sembuh.
Namun, menurut dia, pihak keluarga akan terlebih dulu diberi pemahaman dan pembinaan ketika keduanya sudah sembuh serta akan dipulangkan ke rumahnya.
"Tidak akan lama, mereka akan segera sembuh. Tapi terpenting ialah pasca penanganan medis, dimana keluarga dan lingkungan harus memberi penerimaan secara sosial. Itu menjadi obat yang lebih efektif bagi ODGJ, disamping konsumsi obat secara rutin. Pada dasarnya para ODGj juga harus diperlakukan selayaknya warga normal, harus dimanusiakan bukan dipasung," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya sebenarnya akan membebaskan tiga orang korban pasung, namun satu orang korban pasung berkelamin perempuan keburu meninggal dunia sebelum dibebaskan dan masih warga Cidaun.
"Kami sudah menerima laporan dari petugas lapangan Istana KSJ dan menindaklanjutinya pada akhir pekan kemarin," ujar Nurhamid melalui sambungan telepon.
Ia mengatakan, keduanya kini dalam kondisi yang memperlihatkan perkembangan yang cukup baik.
"Sudah ada respons yang baik untuk minum obat," kata Nurhamid.
Ia mengatakan saat ini Istana KSJ merawat 25 perempuan orang gangguan jiwa dan 43 laki-laki dengan gangguan jiwa.
"Untuk operasional konsumsi obat 70 persen dari BPJS, 30 persen pinjam obat dari yang punya BPJS, sisanya IDI memberi rekomendasi dari pemerintah untuk membantu pengadaan obat," katanya.
Kami kelompokan menjadi tiga, ada kelompok korban pasung, psikotik gelandangan, dan kelompok ketiga titipan.
"Bagi yang titipan dikenai biaya dengan logika memindahkan jatah hidup dari rumah ke istana KSJ," katanya.
Ia mengatakan KSJ saat ini berdiri di atas tanah dua ribu meter persegi. Ruangan yang ada saat ini masih cukup kapasitasnya untuk 100 orang.
"Lokasi bangunan yang ditempati saat ini sumbangan dari pemilik rumah makan Alam Sunda H Vandi Adam, ia juga tiap bulan memberi beras untuk KSJ," katanya.(*)
Lokasi Istana KSJ saat ini berada di Padarincang, Desa Palasari, Kecamatan Cipanas.(fam)
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Satu Perempuan di Cidaun Tewas dalam Keadaan Terpasung, Dua Lagi Berhasil Diselamatkan, https://jabar.tribunnews.com/2019/10/21/satu-perempuan-di-cidaun-tewas-dalam-keadaan-terpasung-dua-lagi-berhasil-diselamatkan.