Konflik Tapal Batas Manggarai Timur dan Ngada, Seorang Tewas, 3 Lainnya Tertembak
Konflik tapal batas Manggarai Timur dan Ngada, Sabtu (19/10/2019) menyebabkan seorang korban meninggal dunia bernama Tadeus Taang.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Aris Ninu
TRIBUNNEWS.COM, BORONG - Konflik tapal batas Manggarai Timur dan Ngada, Sabtu (19/10/2019) menyebabkan seorang korban meninggal dunia bernama Tadeus Taang (65), warga Dusun Ruping Mok, Desa Benteng Tawa 1, Kecamatan Riung Barat, Kabupaten Ngada.
Selain itu, ada korban luka tembak dan kena busur panah dari bambu yakni Frans Remba (55), Gaspar Talas (50) dan Largus Japung (55). Ketiganya warga Desa Sangan Kalo, Kecamatan Elar Selatan.
Kejadian itu bermula pada Sabtu (19/10/2019) di dataran Gising pukul 10.00 Wita.
Warga Desa Sangan Kalo berjumlah 17 orang menuju lokasi dataran Gising untuk melakukan pengukuran lahan yang selama ini digarap oleh warga Desa Sangan Kalo, Felix Limbo.
Baca: Iis Dahlia Minta Orang yang Suka Buat Rusuh Untuk Ngaca pada Diri Sendiri
Felix dalam keterangannya menjelaskan, pada hari Sabtu tanggal 19 oktober 2019 pukul 10,00 Wita, bertempat di lokasi dataran Gising bagian barat pihaknya melakukan kegiatan pengukuran lahan yang dikerjakan selama ini belum sempat dipatok.
Saat patok, muncul 3 orang dari Kali Wae Mapar, warga Benteng Tawa 1.
Mereka naik area Manggarai Timur dan muncul dari penggilingan Kampung Romping.
Mereka menyebar sepanjang area yang menjadi tempat patok.
"Kami akhirnya gulung meteran dan menyisir sepanjang hamparan yang kami kerjakan jarak 500-600 meter. Kami berbelok ke arah selatan dan berteduh di sebuah pondok. Kami melakukan diskusi agar kegiatan pengukuran ditunda, karena kami personel kurang ketimbang warga Romping," katanya.
Sementara diskusi, muncul warga Umandawa bernama Edi Kulas.
Baca: Siapa Bertahan Jadi Menko? Nama-nama Menteri Kabinet Kerja Jilid II Beredar, Presiden Segera Umumkan
"Dia datang memberikan informasi agar jangan melakukan kegiatan hari ini karena istri dan anaknya dengan mobil ada di kali," kata Felix.
Felix kemudian menjawab untuk lakukan kegiatan karena warga di sebelah lebih banyak sekitar 200 orang dan pihaknya cuma 17 orang.
"Bapak pergi ambil istri dan anak pulang sudah jangan sampai mereka menyerang bapak dan istri. Dia pergi jemput istrinya, pas di batas area yang kami kerjakan warga Benteng Tawa 1 langsung ke luar dan menyerang," jelas Felix.
Menurut Felix, pihaknya yang sedang berteduh membelakangi sehingga tidak melihat warga Romping yang datang karena kebisingan angin.
"Kami pindah ke arah pohon kawak di tengah sawah dataran Gising, sampai di situ kami mau siap makan ketinggalan 2 orang di pondok. Karena warga Benteng Tawa 1 melihat 2 orang, Warga Benteng Tawa kejar warga Sangan Kalo," ujarnya.
Baca: Angin Kencang di Kota Batu, Seorang Meninggal, 550 Warga Mengungsi
"Mereka menyerang sampai di pohon kawak, pada saat mereka lempar dengan batu kami tidak ladeni mereka dan mereka tembak pakai senapan angin dan satu warga Sangan Kalo kena tembak di lengan di siku bagian kanan," tambahnya.
"Kami belum reaksi tetapi setelah tembak yang kedua baru kami bereaksi dan menyerang balik. Mereka datang dengan membawa panah, senapan angin ada 3 buah, alih-alih ada banyak, pada saat warga Romping jatuh korban mereka mundur," ujar Felix saat pertemuan bersama Kapolres Manggarai dan Wabup Manggarai Timur.
Artikel ini telah tayang di pos-kupang.com dengan judul Kronologi Kasus Tapal Batas Manggarai Timur dan Ngada, 1 Warga Tewas dan 3 Warga Tertembak