Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Apa Itu Sekaten? Tradisi Keraton Solo dan Yogyakarta Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW

Di Solo dan Yogyakarta, masyarakat memperingati Maulid Nabi dengan mengadakan acara sekaten.

Penulis: Oktaviani Wahyu Widayanti
Editor: Fathul Amanah
zoom-in Apa Itu Sekaten? Tradisi Keraton Solo dan Yogyakarta Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
Alunan Gamelan Kyai Guntur Madu - Abdi Dalem Keraton Yogyakarta memainkan gamelan Kyai Guntur Madu di kompleks Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, Jumat (18/1). Tradisi setiap perayaan Sekaten tersebut selalu dinanti oleh warga yang meyakini bahwa alunan bunyi gamelan tersebut dapat menghadirkan berkah serta ketentraman dalam kehidupan mereka. Kompas/Ferganata Indra Riatmoko (DRA) 

Memperbanyak sedekah ini juga diajarkan oleh Wali Songo yaitu pembawa Islam di Pulau Jawa.

Para Wali Songo mengajarkan amalan sedekah melalui tradisi budaya Jawa.

Salah satu tradisi bersedekah yang diajarkan para Wali Songo adalah pada tradisi Sekatenan.

Tradisi sekaten biasanya diadakan di Kota Solo dan Yogyakarta.

Tradisi sekaten ini terdiri dari dua bagian acara yaitu 'grebeg maulidan' dan 'numplak wajik'.

Grebeg Maulid adalah acara puncak Sekaten, yaitu dengan membawa sedekah bumi atau gunungan yang terbuat dari beras ketan, makanan dan buah-buahan serta sayur-sayuran dari istana menuju Masjid Agung. 

Suasana perayaan Grebeg Maulid Nabi di Keraton Surakarta, Selasa (20/11/2018).
Suasana perayaan Grebeg Maulid Nabi di Keraton Surakarta, Selasa (20/11/2018). (TRIBUN TRAVEL/WAHID NURDIN)

Sementara numplak wajik adalah lagu-lagu yang dimainkan dengan menggunakan gamelan yang mengiringi ketika gunungan dibawa menuju Masjid Agung.

BERITA TERKAIT

Awalnya, perayaan sekaten diadakan sebagai salah satu upaya menyiarkan agama Islam yang dilakukan oleh Kerajaan-kerajaan Islam di tanah Jawa, yaitu zaman Kesultanan Demak.

Dikutip dari Tribuntravel.com, masyarakat Kota Solo dan orang-orang Jawa lainnya saat itu menyukai seni gamelan.

Ketika Hari Raya Islam yaitu pada hari lahirnya Nabi Muhammad di halaman Masjid Agung Demak orang-orang senang memainkan gamelan.

Hal itu dapat menarik masyarakat berdatangan ke halaman masjid untuk mendengarkan gamelan.

Saat itulah khotbah mengenai keIslamandisiarkan pada Hari Maulid Nabi.

Para Wali sepakat untuk mengemas dakwahnya dengan menggunakan gamelan pusaka peninggalan dinasti Majapahit yang telah dibawa ke Demak.

Terwujudnya sekaten adalah karena kejelian, kecerdasan,dan kedekatan para Wali dengan masyarakat.

Sekaten 2019
Sekaten 2019 (tweet Twitter @GKRHayu)
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas