Putri Surono Tak Sadar Kalau Ia Biasa Salat di Musala yang Jadi Kuburan Sang Ayah
Muafatim (20), anak bungsu pasangan Surono (51) dan Busani (45), tidak pernah menduga ayahnya meninggal karena dibunuh
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JEMBER - Muafatim (20), anak bungsu pasangan Surono (51) dan Busani (45), tidak pernah menduga ayahnya meninggal karena dibunuh.
Apalagi orang yang disangka membunuh sang ayah adalah kakaknya, Bahar Mario (25) dan ibunya.
Fatim, panggilan akrab perempuan yang baru melahirkan 22 hari lalu itu, mengatakan baru kembali ke rumah orangtuanya enam bulan lalu, sekitar bulan Juni.
Sebelumnya, dia bekerja sebagai TKW di Malaysia.
Perempuan itu bekerja setahun di negeri jiran itu.
Ketika kembali ke rumah itu di bulan Juni, sang ayah sudah tidak ada di rumah itu.
Pada bulan April, dia mendapatkan kabar melalui telepon dari sang kakak, kalau ayahnya menikah lagi dan tinggal di Lombok.
Fatim hanya bisa pasrah sebelum kasus anak bunuh bapak di Jember ini terbongkar.
"Saya kaget tapi mau gimana lagi, akhirnya hanya bilang ya sudah mungkin tidak jodoh sama ibu," tutur Fatim yang ditemui SURYA.co.id, Sabtu (9/11/2019).
Baca: Modus Busani Terkait Pembunuhan Suaminya, Cerita Menantu Pun Berlawanan Dengan Pengakuannya
Baca: FAKTA Baru Alasan Anak & Istri Tega Bunuh Surono dan Kubur di Musala, Pria Lain Akhirnya Muncul
Baca: Fakta-fakta Lengkap Pembunuhan Surono, Bahar Hantam Ayahnya dengan Linggis Saat Tidur Pulas
Fatim mengaku di bulan Maret, dia masih berbicara dengan Surono melalui telepon.
Surono memintanya segera pulang ke rumah.
"Karena sepeda motor yang saya minta sudah dibelikan.
Saya kan minta sepeda motor CBR 150.
Bapak bilang disuruh nunggu, kalau ada rezeki akan dibelikan.
Sebelum dibelikan, saya berangkat kerja ke Malaysia.
Sampai bulan Maret itu telepon saya, nyuruh saya cepat pulang karena sepeda motor sudah dibelikan," imbuh Fatim.
Surono memang membeli sepeda motor CBR itu.
Setelah memintanya pulang, Fatim tidak lagi pernah berbicara dengan sang ayah.
Apalagi di bulan April, Bahar memberitahu ayahnya sudah pindah ke Lombok.
Fatim tidak mencurigai apapun.
Hanya saja, dia kerap resah karena tidak pernah mendapat kabar dari ayahnya.
Fatim yang beberapa kali meminta nomor telepon Surono kepada Bahar juga tidak pernah diberi.
Bahkan Bahar menjawab kalau ibu tirinya alias istri Surono galak dan tidak ingin Surono berhubungan dengan keluarga di Dusun Juroju Desa Sumbersalak Kecamatan Ledokombo.
"Katanya bapak juga ganti nomor telepon," lanjutnya.
Pada Juni 2019, Fatim pulang ke rumah.
Ketika itu, ibunya, Busani sudah menikah siri dengan Jm.
Dapur rumahnya yang awalnya berdinding gedhek dan berlantai tanah, sudah dibangun menjadi dapur permanen yang berkeramik.
Dapur itu dibangun oleh sang ibu.
Di dapur itu pula, sebuah tempat salat berada.
Di tempat shalat itulah, Fatim menunaikan ibadah salat.
Fatim yang sempat resah beberapa kali, tidak bisa berbuat banyak karena cerita ayahnya sudah menikah lagi dan tinggal di luar pulau.
Seperti diberitakan, Surono diduga tewas di tangan anaknya sendiri, Bahar Mario.
Pembunuhan itu diketahui dan diamini oleh ibunya, Busani.
Jasad Surono kemudian dikubur dan dicor di dapur rumah itu.
Lokasi penguburan jasad Surono belakangan dijadikan tempat shalat.
Kasus itu terkuak pada Minggu (3/11/2019).
Cerita istri Bahar beda dengan ibu mertua
Ada cerita beda antara istri Bahar Mario dengan ibu mertuanya, Busani (45) dalam kasus anak bunuh bapak di Jember.
Diduga ada modus lain yang ingin dicapai Busani ketika menghilangkan sosok Sugiono alias Surono alias Pak Wid (51) dalam kehidupannya.
Cerita beda bukan hanya dari istri Bahar saja, kepala dusun yang juga tetangganya mengatakan, Surono orang baik dan tidak selingkuh.
Saat berhadapan dengan wartawan seusai rilis di Mapolres Jember pada Kamis (7/11/2019), Busani menuturkan sejumlah pengakuan.
Di antaranya, cerita terkait sang suami, Surono yang meninggal dunia karena dibunuh oleh anaknya, Bahar Mario (25).
Seperti diberitakan, jasad Surono kemudian dicor di dapur rumah tersebut.
Sebelumnya, Busani bercerita perihal ketidaksukaan Surono kepada istri Bahar, Hosaimah.
Ketidaksukaan itu diceritakan Busani kepada anak lelakinya, Bahar.
Busani bercerita, karena sebuah hal, Surono tidak suka kepada istri Bahar.
Namun cerita ini berkebalikan dengan penuturan Hosaimah.
Kepada SURYA.co.id, Hosaimah mengatakan kalau bapak mertuanya merupakan sosok mertua yang baik.
"Bapak baik sama saya. Bahkan saat anak saya baru lahir, sering nengok ke sini. Kalau kangen cucunya, ya datang ke sini," ujar Hosaimah, Sabtu (7/11/2019).
Hosaimah yang telah tiga tahun menjadi istri Bahar, tinggal di rumah orang tuanya sendiri.
Sebab sehari-hari Bahar tinggal dan bekerja di Bali.
Sebulan sekali, atau setiap tiga pekan sekali, Bahar menengoknya.
Biasanya, dia ada di rumah selama sepekan.
Karena itu, Hosaimah memilih tinggal bersama orang tuanya sendiri.
Rumahnya berjarak sekitar 200 meter rumah mertuanya.
Perempuan itu juga kerap menjenguk bapak mertuanya.
"Tidak benar, kalau bapak tidak suka sama saya. Malah yang nggak suka sama saya itu ibu (Busani).
Memang yang saya dengar di sekitar rumah sana, ibu itu bilang kalau bapak tidak suka sama saya.
Namun bapak-lah yang baik sama saya, apalagi sama cucunya (anaknya bersama Bahar)," imbuh Hosaimah.
Saat mengetahui bapak mertuanya tidak ada lagi di rumah itu dalam kurun waktu tujuh bulan terakhir, Hosaimah sangat jarang berkunjung ke rumah mertuanya.
Dia berkunjung saat bulan puasa dan lebaran lalu.
"Itu bapak sudah nggak ada. Katanya kan menikah lagi dan tinggal di Lombok. Itu penuturan Bahar kepada saya," lanjutnya.
Dia juga sungkan untuk sering berkunjung karena ibu mertuanya sudah menikah lagi dengan lelaki lain yakni Jm. (Sri Wahyunik)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Anak Perempuan Surono Tak Menduga, di Bawah Musala Tempatnya Shalat Ada Jasad Ayahnya, 2 Kali Mimpi