Sudah Ada sejak 1970-an, Lokalisasi Gambilangu Ditutup Permanen Hari Ini, Para PSK Berkemas Pulang
Lokalisasi Gambilangu yang terletak di perbatasan Kendal dan Semarang resmi ditutup hari ini. Para PSK mendapat dana sosial dan berkemas pulang.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Lokalisasi Gambilangu yang terletak di perbatasan Kendal dan Semarang, Jawa Tengah resmi ditutup hari ini, Rabu (20/11/2019).
Lokalisasi ini merupakan lokalisasi tertua di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
Tepatnya berada di Dukuh Mlaten, Desa Sumberjo, Kecamatan Kaliwungu, Kendal.
Mengutip Tribun Jateng, para pekerja seks komersial (PSK) di Gambilangu dikabarkan telah berkemas.
Seorang PSK, FTA, mengaku akan membuka usaha di kampung halamannya.
FTA sudah menjadi PSK di Gambilangu selama 8 bulan.
"Tidak punya pilihan lainnya. Jadi pulang saja bikin usaha di kampung," ujar wanita asal Boja Kabupaten Kendal, Senin (18/11/2019).
Ia mengemas barang-barang seperti kosmetik dan alat kecantikan lainnya.
Selain itu, pakaian dan perabot rumah tangga turut ia kemas.
FTA berujar penutupan itu dilakukan bersamaan dengan Lokalisasi Gambilangu di wilayah Semarang.
Penutupan tersebut dilakukan bersama-sama melalui sebuah acara di Terminal Mangkang, Kota Semarang.
PSK Mendapat Bantuan Sosial
Para PSK terdampak penutupan lokalisasi diinformasikan mendapat bantuan sosial berupa uang.
Namun, tidak semua PSK mendapat bantuan sosial tersebut.
Ketua Resosialisasi Lokalisasi Gambilangu, Kasmadi, membenarkan tidak semua PSK mendapatkan bantuan sosial.
Ia mengungkapkan, jumlah PSK di Gambilangu mencapai 250 orang.
Namun yang mendapatkan bantuan sosial hanya 100 orang.
"Saat dilakukan pengecekan dari LKS (Lembaga Kesejahteraan Sosial) Kemensos RI ada 194 PSK yang dapat bantuan sosial," ucapnya.
Namun saat dilakukan sosialisasi dan pendataan kembali, sejumlah PSK tidak menghadiri.
"Jadi hanya 145 orang yang diberikan bantuan. Namun saat mendekati penutupan yang diberikan hanya 100 PSK," jelasnya.
Kasmadi mengatakan, para PSK pun tidak punya pilihan atas keputusan tersebut.
"Bantuan sosial ini harus diterima, karena baik diterima ataupun ditolak pun lokalisasi tetap ditutup," ujarnya.
Sementara itu Kabid Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kabupaten Kendal, Joko Supratikno mengatakan, jumlah PSK yang mendapatkan bantuan sosial di Lokalisasi Gambilangu Kabupaten Kendal sebanyak 100 orang.
Sedangkan di Semarang ada 126 orang.
"Peresmian dilakukan Selasa (19/11/2019) di Aula Terminal Mangkang."
"Acara dihadiri Sekjen Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dan Direktur RSTS dan KPO (Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang) Kemensos," ujarnya.
Joko menjelaskan, besaran bantuan yang akan diterima setiap PSK yakni Rp 6 juta.
Bantuan tersebut langsung diberikan dalam bentuk rekening bank yang diberikan saat penutupan.
Total Rp 6 juta terdiri dari Rp 5 juta untuk belanja modal usaha, Rp 750 ribu untuk jaminan hidup selama sebulan dan Rp 250 ribu sebagai uang transportasi kembali ke daerah masing-masing,” ucapnya.
Sejarah Gambilangu
Dilansir Kompas.com, Lokalisasi Gambilangu sudah ada sejak 1970-an.
Menurut penulis buku Babad Tanah Kendal, Achmad Hamam Rochani (67), munculnya lokalisasi Gambilangu itu hampir bersamaan dengan lokalisasi Sunan Kuning di Semarang.
Kala itu, pelanggan yang datang kebanyakan para supir truk.
Sementara itu, hanya ada beberapa rumah remang-remang yang dijadikan tempat lokalisasi.
Asal-usul Nama
Asal-usul sebutan Gambilangu dulunya dikenal dengan nama Sunan Kledung.
Dinamakan Sunan Kledung karena di daerah itu banyak tumbuh tanaman Kledung.
“Sebutannya dulu SK juga. Ini terkontaminasi dengan Sunan Kuning, yang juga disingkat (SK),” kata Hamam, Rabu (20/11/2019).
Hamam menjelaskan, perluasan wilayah Kota Semarang di tahun 1976, membuat sebagian wilayah Kabupaten Kendal masuk ke wilayah ibu kota Jawa Tengah tersebut.
Setelah itu, Hamam mengungkapkan secara tiba-tiba muncul nama Gambilangu.
“Ini juga mungkin karena di situ juga banyak tumbuh tanaman gambi yang rasanya langu, lalu disebut Gambilangu,” kata dia.
(TribunJateng.com/Dhian Adi Putranto) (Kompas.com/Slamet Priyatin)