Digaji Jauh Lebih Rendah Dari PRT, Guru Honorer Ini Bikin Usaha Sendiri
Dwi Prasetyawati, guru honorer SD asal Ambo Wetan, Ulujami, Pemalang, Jawa Tengah mesti melakukan usaha sampingan.
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Ribuan guru honorer SD di Pemalang, Jawa Tengah hari ini melakukan aksi mogok.
Aksi itu dilakukan karena gaji mereka tidak manusiawi.
Tribunnews.com sempat mewawancari dua orang guru honorer SD di Pemalang.
Dwi Prasetyawati, guru honorer SD asal Ambo Wetan, Ulujami, Pemalang, Jawa Tengah mesti melakukan usaha sampingan.
Merasa tak mampu membiayai dua anaknya yang masih kecil dengan honornya sebagai guru honorer, Dwi putar otak dengan berjualan warung di depan rumahnya.
Sejak ditinggal sang suami tahun lalu, Dwi memang harus menghidupi diri sendiri dengan dua buah hatinya yang berumur 5 tahun dan 2 tahun.
"Saya sebagai guru honorer dibayar Rp 175.000 sebulan, jadi tak mungkin hanya dengan jadi guru bisa menghidupi dua anak," ujar Dwi kepada Tribunnews.com, Senin (2/12/2019).
Baca: Tuntut Gaji Sesuai UMK, Hari Ini 2.860 Guru Honorer SD di Pemalang Lakukan Aksi Mogok
Baca: Ribuan Guru Honorer di Garut Gelar Demo di Kantor DPRD Mengadukan Nasibnya untuk Jadi PNS,
Baca: Baru 3 Tahun Berumah Tangga Pasutri di Pemalang Tewas Diserang Lebah
Justru dari jualan di warungnya itu Dwi bisa memenuhi kehidupan sehari-hari.
Ia buka warungnya saat pulang mengajar hingga larut malam.
Dari jualan minuman dan makanan di depan rumahnya, Dwi bisa mendapatkan penghasilan tambahan.
Wanita yang jadi guru honorer sejak 2007 itu berharap Pemerintah Daerah Pemalang segera menyesuaikan gaji guru honorer sama sengan daerah-daerah lainnya yang sudah disamakan dengan upah minimum kabupaten/kota (UMK).
"Kabupatan dan kota lain sudah yang banyak honornya mendekati UMK, kenapa di Pemalang tidak sama ya," ujarnya.
Dengan honor sebesar Rp 175.000 itu, gaji itu sangatlah kurang. Bahkan rata-rata pembantu rumah tangga di Pemalang saja, saat ini gajinya sebesar Rp 750.000.
Hal sama juga dialami oleh Wuningsih, guru honorer asal Desa Blendung, Ulujami.
Ia mesti menjadi biduan, menyanyi dari kampung ke kampung untuk memenuhi kebutuhan empat orang anaknya.
Wuning sadar gajinya sebagai guru hanyalah sebesar Rp 300.000 tidak bakalan bisa memenuhi kebutuhan keluarganya.
Karena itu rela menjadi biduan kampung. Selain itu Ia juga memenuhi pesanan roti bila ada kenalan yang ulang tahun.
Setiap kali manggung, jelasnya, ia dapat honor sebesar Rp 250 ribu hingga Rp 300.000.
Bila dalam seminggu ada sekali order, dalam sebulan dapatnya lumayan yaitu diatas Rp 1 juta.
"Apa pun saya lakukan, yang penting halal," ujarnya.
Meski demikian ia masih berharap karirnya sebagai guru honorer tetap berlanjut, syaratnya adalah pemerintah Pemalang mau menaikkan honornya paling tidak Rp 500.000 hingga Rp 1 juta per bulan.
"Saya sadar tak mungkin jadi PNS, karenanya yang sayainginkan cuma honornya dinaikkan mendekati UMK," ujarnya.
Dua guru honorer ini hanya menjadi contoh dari hampir 3.000 guru honorer SD yang ada di Pemalang.
Dengan penghasilan mereka yang sangat kecil jauh di bawah upah standar , mereka mesti memiliki usaha sambilan agar tetap hidup.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.