Kronologi Penemuan Jasad Balita di Samarinda, Warga Melihat Bentuk Kaki hingga Sempat Cek Kelaminnya
Penemuan jasad balita tanpa kepala di Samarinda, Kalimantan Timur, diduga kuat bernama Ahmad Yusuf Ghozali (4).
Penulis: Nuryanti
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Penemuan jasad balita tanpa kepala di Samarinda, Kalimantan Timur, diduga kuat bernama Ahmad Yusuf Ghozali (4).
Yusuf dikabarkan menghilang pada Jumat (22/11/2019) lalu di sekolah penitipan anak, Kecamatan Samarinda Ulu.
Sebelumnya, muncul dugaan hilangnya Yusuf karena diculik hingga terseret arus air.
Pihak keluarga terus mencari keberadaan Yusuf, dengan jasa paranormal dan melapor ke pihak kepolisian.
Setelah peristiwa penemuan jasad balita tanpa kepala pada Minggu (8/12/2019), orangtua Yusuf langsung mengecek ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) AW Sjahranie.
Pakaian yang Dikenakan
Dikutip dari Kaltim.tribunnews.com, Bambang Sulistyo (37) dan istri datang untuk memastikan apakah jasad tersebut merupakan Yusuf.
Bambang mengatakan, sang istri yakin bahwa jasad yang ditemukan adalah Yusuf.
Keyakinan tersebut berdasarkan pakaian yang dikenakan oleh Yusuf.
"Istri saya hafal pakaian yang dipakai anak saya. Iya, dia anak kami," ucap Bambang Sulistyo, ayah Yusuf, Minggu (8/12/2019).
Bambang menyampaikan, Yusuf terakhir kali mengenakan kaus warna merah bergambar tugu Monas.
Menurutnya, jasad balita yang ditemukan tersebut mengenakan pakaian yang sama persis dengan Yusuf.
Kronologi
Seorang warga bernama Ika (35) adalah yang pertama kali menemukan jasad balita yang diduga Yusuf itu.
Menurutnya, kondisi jasad balita itu saat ditemukan dalam kondisi mengenaskan.
Jasad balita itu tanpa kepala, berada di parit bawah rumah Ika.
Ia mengaku awalnya melihat sosok benda putih, namun dirinya tidak langsung mendekati benda itu.
Ika mengaku, karena penasaran, beberapa menit kemudian, ia mendatangi benda tersebut untuk mencermatinya.
Menurutnya, benda tersebut terlihat seperti bentuk kaki dan bentuk anak kecil.
Kemudian, Ika memanggil suaminya, tetangga, dan Ketua RT.
Ika juga melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian, untuk memastikan jasad tersebut.
Dari keterangannya, Ika mengaku perasaannya tidak enak saat melihat bentuk kaki dan badan anak kecil tersebut.
"Memang istri saya setelah bangun tidur kemudian membuka jendela kamar sekitar pukul 06.00 WITA, kondisi hari sudah agak terang perasaan istri tidak enak," ujar suami Ika.
Sementara dari penuturan Erki (38), tetangga Ika, warga menemukan jasad tak utuh berukuran sekira 50 senti meter.
Kondisi jasad itu menurutnya, berupa badan hingga kaki, sementara tangan sudah rusak, dan berada di parit.
"Saya biasanya pagi berada di depan mengamati dan menyiapkann rombong pentol bakso dagangannya di halaman rumah, sebelum berangkat berjualan keliling dan biasa melihat tetangga Ika membuka jendela jika di pagi hari,"
"Dan tadi pagi saat duduk memang saya inisiatif turun ke parit sekitar pukul 8.00 WITA," ujarnya.
Dari kesaksian Erki, kondisi mayat saat ditemukan tak utuh, dan rusak di bagian dada.
Kedua kaki jasad balita berwarna putih pucat, dan ada batang kayu sekira 30 senti meter yang menyangkut di celana yang dikenakan.
Warga Sempat Mengecek Jenis Kelamin Jasad Balita
Erki menuturkan, sempat mengecek keadaan kelamin di celana jasad balita itu.
Namun, menurutnya, kondisi sudah rusak, sehingga Erki segera mengangkatnya, dan diserahkan kepada tim medis dan relawan yang menolong.
Warga di sekitar penemuan jasad balita itu, turut menyaksikan proses evakuasi.
Pihak kepolisian juga melakukan pengamanan di sekitar tempat penemuan.
Analisa Basarnas
Melansir Kaltim.tribunnews.com, Unit Siaga SAR Samarinda atau Basarnas Kalimantan Timur angkat suara mengenai penemuan jasad balita tanpa kepala itu.
Sesuai dengan kasus yang pernah ditangani SAR mengenai pencarian korban hilang diperairan.
Organ tubuh korban besar kemungkinan tidak akan terlepas dari tubuh jika hanya terendam air.
"Walaupun sudah berhari-hari di air, tetap saja bagian tubuh tidak akan terlepas,"
"Biasanya memang akan terjadi kerusakan di kulit maupun bagian yang mudah rusak, tapi kalau sampai terlepas, besar kemungkinan tidak terjadi," ucap Kepala Unit Siaga SAR Samarinda, Dede Hariana, Minggu (8/122/2019).
Kendati demikian, organ tubuh bisa saja lepas dari tubuh saat berada di air, namun karena ada faktor lain, seperti karena diserang hewan buas, tindakan kriminalitas, serta karena salah satu organ tubuh tersangkut ketika arus air sangat deras.
"Kalau tidak karena faktor-faktor tersebut, bagian tubuh harusnya tetap utuh dan terhubung dengan kerangka," tegasnya.
Ditanya apakah bakal melakukan pencarian terhadap sisa tubuh korban, Dede menegaskan bahwa pihaknya tidak dapat melakukan pencarian itu.
Hal itu dikarenakan jasad korban sudah ditemukan, serta tidak ada kejelasan mengenai penyebab korban bisa sampai berada di sungai.
(Tribunnews.com/Nuryanti) (Kaltim.tribunnews.com/Christoper Desmawangga/Ofi Amalia)