VIRAL Video Istri Berani Pukuli Suami yang Sakit Stroke, Psikolog Ungkap Penyebabnya
Masyarakat tengah dihebohkan dengan beredarnya video pendek yang menunjukan aksi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan istri kepada suami
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Ayu Miftakhul Husna
TRIBUNNEWS.COM - Masyarakat tengah dihebohkan dengan beredarnya video pendek yang menunjukan aksi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan istri kepada suaminya.
Dalam video tersebut memperlihatkan seorang perempuan yang tengah memukuli pria dengan sebuah tongkat bantu jalan.
Selain memukul, perempuan tersebut juga memaki pria yang sedang duduk di sofa panjang.
Dari hasil penyelidikan Polsek Metro Penjaringan, Jakarta Utara, diketahui perempuan dan pria tersebut adalah pasangan suami istri.
Sang suami berinisial HT (65) diketahui tengah menderita penyakit stroke dan alzheimer.
Sedangkan, istri berinisial M (30) merupakan istri kedua dari HT.
M diduga menderita gangguan mental.
Kini M tengah menjali proses pemeriksaan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Grogol Petamburan, Kota Jakarta Barat.
Dari keterangan pihak kepolisian, diketahui M merekam sendiri aksi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kepada suaminya itu.
Aksi KDRT ini terkuak setelah M mengirimkan video tersebut kepada kerabatnya.
Mengetahui hal tersebut, kerabat M melapor ke Polsek Metro Penjaringan pada Rabu, (11/12/2019) lalu.
Baca: Bertemu Tokoh Adat Kaltim, Presiden Jokowi Minta Izin soal Rencana Pemindahan Ibu Kota Negara
Psikolog Ungkap Faktor Penyebabnya
Psikolog Anak dan Keluarga, Sani Budiantini Hermawan menilai KDRT dalam sebuah hubungan rumah tangga bisa terjadi ketika salah satu pihak, baik istri maupun suami memiliki kekuasaan lebih.
Dalam kasus terebut Sani memandang sang istrilah yang memilikinya.
"Pelaku merasa memiliki power lebih dibanding korban," kata Sani dikutip dari channel YouTube tvOneNews, Rabu (18/12/2019).
Sedangkan, HT berstatus korban yang tidak berdaya akibat dua penyakit yang ia derita.
Sani melanjutkan dengan dominasi sang Istri, M bisa melakukan intimidasi kepada HT.
Bentuknya bisa beragam, baik berupa kata-kata seperti caci maki atau fisik seperti kekerasan.
Sani mengatakan ada banyak faktor yang melatarbelakangi M melakukan aksi kekerasan kepada suaminya.
"Salah satunya mungkin, ketikdaksabaran, kekesalan, atau frustasi yang membuat sang istri menjadi marah"
"Dan melakukan suatu penyerangan atau kekerasan kepada suaminya seperti itu," beber Sani.
Ditanya kenapa M sendiri yang merekam dan menyebarkan video tersebut, Sani melihat ada keanehan.
Jika dipandang dalam kacamata kewajaran, tidak mungkin orang melakukan hal tersebut.
"Sangat aneh memang seseorang mem-video sesuatu perilaku yang akhirnya menjadi bumerang buat dirinya sendiri," kata Sani.
Sani menduga M memiliki gangguan mental yang menganggu kejiawannya.
Menurutnya, orang normal tidak akan melakukan tindakan yang akhirnya bisa menjerat dirinya sendiri.
Sehingga, harus ada pemeriksaan lebih mendalam kepada M.
"Memang hal ini harus ditelaah kembali, apakah memang ada gangguan kejiwaan dari pelaku," tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Sani juga dimintai pandangannya soal video yang viral di media sosial ini.
Menurut dirinya, ada gejolak emosi yang meluap-luap saat M menyerang sang suami.
Terlepas dari bahwa dirinya yang merekam dan menyebarluaskan, baik secara tidak sadar maupun memang disengaja.
"Saya lihat dari sisi amarah, kita lihat emosinya meledak," ujar Sani.
Baca: 2 Wanita dalam Video Mandi di Atas Motor Kini Terancam Dipidana 3 Bulan
Saran dari Sani
Sani mengatakan ada beberapa hal yang bisa dilakukan ketika dalam satu rumah tangga terdapat anggota keluarga yang sakit.
Menurutnya perlu anggota keluarga yang lain membina sikap yang baik.
"Harus dibina kesabaran, rasa empati. Dimana kita yang sehat memiliki tanggung jawab sosial untuk merawat yang sedang sakit," tegas Sani.
Setelah sikap baik sudah dimiliki, tahapan selanjutnya adalah menciptakan support system.
Sani menilai pasti timbul rasa kelelahan dan frutasi akibat merawat anggota keluarga yang sakit.
Untuk itu support system penting mengatasi hal tersebut.
"Mari saling mendukung agar tidak ada rasa frutasi yang akhirnya bisa menyebakan aksi KDRT," tutup Sani.
(*)