Kapolres Pagaralam Akui Lokasi Kecelakaan Maut Bus Sriwijaya Memang Terkenal Rawan
AKBP Dolly Gumara mengungkapkan di jalur kawasan Lematang yang merupakan lokasi terjadinya kecelakaan maut bus Sriwijaya terkenal rawan kecelakaan.
Penulis: Isnaya Helmi Rahma
Editor: Ayu Miftakhul Husna
TRIBUNNEWS.COM - Kapolres Pagaralam, AKBP Dolly Gumara mengungkapkan di jalur kawasan Lematang yang merupakan lokasi terjadinya kecelakaan maut Bus Sriwijaya ini memang terkenal rawan kecelakaan.
Hal ini ia sampaikan pada program Sapa Indonesia Pagi, yang dilansir Tribunnews dari kanal YouTube Kompas TV, Kamis (26/12/2019).
Namun, menurut Dolly di area tersebut kerap terjadi kecelakaan kecil seperti insiden terserempet dan sebagainya.
Sementara, untuk kecelakaan besar seperti Bus Sriwijaya yang terjun ke jurang, terakhir terjadi pada 1993.
"Namun kalau yang berat-berat hingga masuk jurang itu terakhir tahun 1993," kata Dolly.
Dolly kemudian menjelaskan terkait medan di jalur kawasan Lematang tersebut.
Menurutnya, jalur ini memiliki karakteristik jalan yang memang berada di tepi tebing.
Sementara, kondisi jalannya berliku dan naik-turun yang dinilai curam.
"Di sisi bahu-bahu jalannya cukup sempit dengan badan jalannya," ujarnya.
"Kemudian, kalau kami lihat dari kondisi tebing dengan gunungannya di situ memang curam baik turunan dan tanjakan," imbuhnya.
Ia juga menambahkan kontruksi tikungan di jalur tersebut nyaris berbentuk setengah lingkaran.
"Tikungan di sana juga sangat tajam, hampir setengah lingkaran," tambahnya.
Melihat karakter jalan di jalur tersebut, Dolly meminta agar kendaraan yang melintas di area itu dalam kondisi yang prima.
"Kami melihat medan yang seperti itu memang diperlukan kendaraan dengan kondisi yang sehat, dalam artian rem dan kopling berfungsi dengan baik," imbuhnya.
Tak hanya itu, Dolly juga menambahkan perlu sopir kompeten yang dapat melewati Liku Lematang, Desa Perahu Dempo, Pagaralam, Sumatera Selatan.
"Selain itu, Sopir harus memiliki kemampuan mengemudi yang cukup dan baik saat melawti jalur itu," kata Dolly.
"Serta diperlukannya kehati-hatian dari sopir kendaraan," imbuhnya.
Dalam mencegah terjadinya kecelakaan seperti yang terjadi pada Bus Sriwijaya rute Bengkulu-Palembang ini, pihak kepolisian setempat sudah menambah tulisan himbauan di tepi-tepi liku lokasi.
"Sekarang kami sudah menambah himbauan-himbauan pada loaksi liku," kata Dolly.
"Jadi sebenarnya kalau sopir itu melihat maka akan berhati-hati ketika masuk di tikungan liku tersebut," imbuhnya.
Sementara itu, Dolly juga menyebut perlu adanya penambahan rambu-rambu yang terpasang di jalur lintas Pagaralam.
Mengingat banyak tanjakan yang berliku-liku dan panjang.
"Kalau untuk rambu-rambu yang terpasang seperti rambu hati-hati sudah ada," ujarnya.
"Tapi memang karena tanjakan ini berliku-liku dan panjang memang perlu ditambah lagi (rambu-rambu) kalau penilaian kami," imbuhnya.
Sebelumnya, diketahui telah terjadi kecelakaan maut bus Sriwijaya yang terjun ke jurang saat melintasi Liku Lematang, Desa Perahu Dempo, Pagaralam, Sumatera Selatan pada Selasa (24/12/2019).
Bus dengan pelat nomor BD 7031AU mengangkut 54 penumpang.
Menurut informasi pada Rabu 25 Desember 2019, tim SAR gabungan berhasil menemukan dan mengevakuasi 7 korban.
Sehingga, total tim SAR telah berhasil mengevakuasi korban sebanyak 48 orang.
Dari jumlah tersebut, 35 orang dinyatakan tewas dan 13 orang lainnya selamat.
Adapun daftar 7 korban bus Sriwijaya yang dievakuasi hari kedua, Rabu (25/12/2019) :
1. Asiah (61), Bengkulu
2. Indah Putri Utami (11), Pematang Gubernur, Bengkulu
3. Hesti Nur Mayati (30), Bengkulu Tengah
4. Naila (10)
5. Intan Purnama Sari (19), Muara Enim
6. Fitri Afriyanti (40), Kebun Bunga, Kecamatan Sukarani, Palembang
7. Yuliana (56), Inggano Kelurahan Pasar Bengkulu, Kecamatan Sungai Serut, Bengkulu.
(Tribunnews.com/Isnaya Helmi Rahma/Nanda Lusiana Saputri)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.