Keyakinan Kembaran Leli Masih Hidup Sirna Setelah Ditemukan Gelang dan Tulang Manusia di Septic Tank
Polres Bantul membenarkan kerangka yang ditemukan di tangki septik (Septic Tank) di Padukuhan Karangjati RT 07
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Polres Bantul membenarkan kerangka yang ditemukan di tangki septik (Septic Tank) di Padukuhan Karangjati RT 07, Bangunjiwo, Kasihan, pada Minggu (22/12/2019) lalu, merupakan kerangka Ayu Selisa.
Hal tersebut dikatakan oleh Kasatreskrim Polres Bantul, AKP Riko Sanjaya.
Riko mengatakan berdasar pengakuan dari ibu Ayu Selisa, dari benda yang ditemukan di sekitar kerangka, yakni gelang dan bordir diyakini milik anak perempuannya tersebut.
"Betul (Ayu Selisa), pengakuan ibunya dari bordir dan gelang yang tertinggal di dekat kerangka," jelasnya saat dihubungi Tribun Jogja, Kamis (26/12/2019) petang.
Pihak kepolisian pun telah menyerahkan kerangka tersebut ke pihak keluarga, karena keluarga sudah yakin bahwa itu adalah Ayu Selisa yang hilang 10 tahun silam.
Kerangka tersebut pun juga telah dimakamkan.
Sebelumnya telah dikabarkan, kerangka manusia yang ditemukan di Bangunjiwo ini diketahui berjenis kelamin perempuan.
Dari hasil pemeriksaan, dugaan sementara, kerangka tersebut berusia sekitar 20 sampai 40 tahun dengan tinggi sekitar 153 sentimeter.
Baca: Dalami Penemuan Kerangka Manusia di Septic Tank, Polri Periksa 3 Orang
Baca: Mahasiswa UIN Yogyakarta Meninggal Usai Terperosok Masuk Sumur di Bawah Musala Saat Mengimami Salat
Baca: Septic Tank Meledak Tewaskan Tukang Sedot WC: Kronologi, Penjelasan Ilmiah, dan Hasil Puslabfor
Menurut Riko, keluarga korban memang sudah sangat yakin kerangka tersebut adalah kerangka Ayu yang merupakan istri dari Edi Susanto.
Edi sendiri telah meninggal 50 hari lalu dengan cara bunuh diri.
Soal penyebab kematian Ayu, saat ini polisi masih mendalami apa penyebabnya.
Selain itu, juga masih mendalami bagaimana kerangka Ayu bisa terpendam di tangki septik.
Keluarga Ayu Selisa berharap polisi bisa mengungkap penyebab meninggalnya anak perempuannya.
Ibunda Ayu Selisa, Anik Maidarningsih (51) saat ditemui di rumahnya di Badran RT 39 RW 9, Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta, menceritakan, Seli panggilan almarhum Ayu Selisa menikah dengan Edi Susanto pada usia cukup belia, yakni 16 tahun.
Saat itu, Edi sekitar umur 19 tahun.
Setelah menikah, keduanya hidup berdua layaknya suami istri pada umumnya.
Namun seiring berjalannya waktu, biduk rumah tangga pasangan muda ini terbuka.
Di usia satu tahun pernikahan, Edi yang tampak ramah di hadapan mertuanya ternyata kerap melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kepada Seli.
Hal itu terungkap, ketika Seli menceritakan kehidupan pernikahannya kepada Anik.
Edi bekerja sebagai buruh serabutan, Seli tak kerja.
“Pernah kasar, pernah cerita dislomoti (sundut) rokok. Sering nangis pengin pisah. Saya sebagai orang tua cuma bisa ngandani (memberitahu supaya sabar),” ujarnya kepada wartawan Kamis (26/12/2019).
Sampai akhirnya, pada 2009, Seli menghilang secara misterius.
Tak ada kabar.
Sejak terakhir bertemu 2008, Anik terus berupaya mencari ke rumah di Karangjati RT 07, dijawab pergi oleh Edi maupun keluarganya.
Memang sejak anaknya menikah, Seli dan Edi sering bertandang ke rumahnya, jika tak datang biasanya dirinya sering berkunjung.
“Seminggu enggak kelihatan ke sini saya sering ke sana (Karangjati),” ucapnya.
Seli memiliki saudara kembar Leli.
Keyakinan Leli, yang sampai saat terakhir penemuan kerangka masih berpikir positif jika adiknya masih hidup, pun sirna.
Berkaca, dari peristiwa sejak awal menikah sampai hilang.
Anik berkeyakinan, Edi yang meninggal dunia 50 hari lalu sebagai pelaku bunuh diri adalah orang yang paling bertanggung jawab.
“Menurut saya Edi. Saya yakin juga ada yang ngrewangi (membantu),” ujarnya.
Untuk saat ini, lanjut Anik, dirinya hanya bisa berharap kasus ini dibuka oleh polisi.
Siapa pun yang bertanggung jawab kematian putrinya harus dihukum.
Jika benar dibunuh oleh menantunya, Anik merasa apa yang dilakukan Edi bukan manusia lagi.
“Kenapa dulu tidak dikembalikan ke saya saja,” ucapnya.
Dihubungi terpisah, Kasat Reskrim Polres Bantul AKP Riko Sanjaya mengaku masih mendalami kemungkinan dugaan pembunuhan terhadap Seli.
“Dugaan ada indikasi pembunuhan,” katanya saat dihubungi melalui pesan singkat.
Pihak kepolisian masih mendalami keterangan saksi.
“Ada indikasi penyebabnya terjadinya itu karena pembunuhan. Karena kalau dilihat keberadaan kerangka itu ada di dalam septic tank, bukan di tempat umum atau (kondisi) terjatuh atau bagaimana,” katanya.
Beberapa indikasi yang mengarah ke pembunuhan, di antaranya, Edi saat bunuh diri pun meninggalkan surat wasiat akan menyusul istrinya.
Apalagi kerangka ada dalam septic tank.
Hingga saat ini, polisi sudah memeriksa lima orang saksi, di antaranya orang tua Edi, orang tua Seli, hingga dokter forensik.
Menurut dia, tidak menutup kemungkinan akan diperiksa saksi-saksi yang lain yang mengarah atau mengetahui kejadian tersebut.
“Kalau dari penyelidikan saksi-saksi petunjuk yang ada mengarah Edi,” ucapnya.
Untuk penyebab kematian, pihaknya masih perlu mendalami informasi dan keterangan lain.
Sebab, belum tampak adanya tanda kekerasan.
Untuk itu, pihaknya berharap jika ada warga yang mengetahui untuk kooperatif dan mau bersaksi.
(Amalia Nurul F/Kompas.com/Markus Yuwono)