Produsen Kerupuk Mie di Batang Kewalahan Layani Pesanan di Musim Penghujan
Bagi produsen kerupuk, musim penghujan bisa menjadi kondisi yang menguntungkan sekaligus merugikan.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, BATANG - Bagi produsen kerupuk, musim penghujan bisa menjadi kondisi yang menguntungkan sekaligus merugikan.
Di satu sisi permintaan kerupuk naik beberapa persen dibandingkan pada musim kemarau.
Namun, di sisi lain produsen tidak bisa memproduksi terlalu banyak karena terkendala masalah pengeringan kerupuk setengah matang.
"Kalau musim hujan justru permintaan kerupuk meningkat, tapi malah kenaikan permintaan tidak bisa terpenuhi.
Karena kendala cuaca yang terkadang tidak menentu dan produksi menurun ya kami agak kewalahan," tutur satu di antara pengusaha kerupuk, Caswadi, Minggu (29/12/2019).
Caswadi mengatakan saat musim hujan proses pengeringan kerupuk akan lebih lama sampai 24 jam atau satu hari.
"Produksi masih tetap berjalan tapi memang kendala cuaca tidk bisa dihindari, kalau pas musim kemarau ya cepat, hanya 5 sampai 7 jam sudah kering," ujarnya.
Untuk harga sendiri, meski ada penurunan produksi karena pengeringan yang lama dia pun tidak menaikkan harga.
Harga jual kerupuk mentah Rp 13.500 per kilogram.
"Kalau harganya kami tidak naikkan. Kecuali jika harga tepung naik itu yang akan berpengaruh ke harga," pungkasnya. (din)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Produsen Kerupuk Mie Batang Kewalahan Layani Pesanan Konsumen saat Musim Hujan, https://jateng.tribunnews.com/2019/12/29/produsen-kerupuk-mie-batang-kewalahan-layani-pesanan-konsumen-saat-musim-hujan.