Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil: Dalam Situasi Ini Tidak Usah Saling Menyalahkan
Setengah harinya saya ke Kabupaten Bogor. Di dua tempat itu saya ketemu kepala daerah yang memang sudah stand by.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG-Tidak hanya DKI Jakarta, sejumlah kabupaten dan kota di Jawa Barat juga terdampak banjir dan longsor pada awal tahun 2020. Pemerintah Provinsi Jawa Barat pun telah melakukan penanggulangan bencana.
Termasuk Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang menerbitkan surat keputusan siaga bencana.
Lantas bagaimanakah penanganan jangka pendek dan jangka panjang untuk menangani banjir di Jawa Barat yang dampaknya sampai sampai DKI Jakarta ini. Berikut wawancara eksklusif reporter Tribun Jabar, M Syarif Abdussalam, dengan Ridwan Kamil.
Bagaimanakah hasil pemantauan Anda di kawasan terdampak banjir dan longsor di Jabar di awal tahun ini?
Kemarin saya ke Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi, tapi karena wilayah yang harus didatangi luas dan jauh, jadi saya hanya setengah hari di Kota Bekasi.
Setengah harinya saya ke Kabupaten Bogor. Di dua tempat itu saya ketemu kepala daerah yang memang sudah stand by.
Jadi bedanya DKI Jakarta dengan Jawa Barat, kalau di DKI itu gubernur bisa langsung ke teknis, kalau di Jawa Barat teknis itu adanya di bupati dan walikota. Jadi saya itu tidak bisa semata-mata langsung begitu saja tanpa kulonuwun dulu.
Maka jika ada permasalahan dinamika termasuk bencana, pasti bupati wali kota yang pertama melakukan upaya dulu. Kalau upayanya belum maksimal, butuh bantuan, lalu kami turun untuk melakukan pertolongan, dan lintas provinsi sudah memang levelnya tidak memungkinkan baru ke Presiden.
Jadi memang itu suka dibanding-banding ya, saya kira tidak perlu ya, kita berpikir bijak dan arif yang penting kita fokus.
Baca: Bocah yang Hilang saat Berenang di Air Banjir Kawasan Kalibaru Ditemukan Tewas
Fokus saya ke Kota Bekasi, ternyata tidak semua ingin dievakuasi, setengah warga yang saya bertemu sambil naik perahu karet bertahan. Mungkin seburuk-buruknya di luar, ingin nyaman di rumahnya sendiri. Hanya mereka minta disuplai makanan saja.
Di Bogor bupati dengan Basarnas sudah melakukan upaya, jadi memang Bogor ini luas, ada satu lokasi harus ditembus cara cara khusus dan itu sulit. Sudah dilaporkan bupati kemarin waktu ketemu. Satu desa yang dilaporkan ke saya.
Bagaimanakah Anda memandang permasalah bencana ini secara umum? Apakah ada yang salah dengan penataan kotanya?
Ya kemarin secara umum banjir di Jawa Barat, ini bagian dari musibah di seluruh Indonesia pada dasarnya. Karena memang catatan dari BNPB dan BMKG, ini tuh adalah curah hujan terekstrem sejak 2007. Jadi dari sisi 12 tahun ini paling tinggi.
Disebut hujan yang besar itu kan sekitar 100 mm, ini di Halim itu 377 mm. Jadi memang pertahanan sistem yang normal ini mengalami banyak kendala.
Yang kedua, dalam situasi ini kita tidak usah saling menyalahkan. Kita melihat dinamika persepsi satu sama lain didominasi oleh saling menyalahkan kepada siapapun. Menurut saya kita fokus pada situasi tanggap darurat.
Kemarin saya sudah menandatangani surat penetapan tanggap darurat untuk wilayah Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Karawang, dan Indramayu juga ada kendala, mungkin luput dari media.
Baca: Kenapa Banjir di Bekasi Paling Parah? Ini Kata BNPB
Dengan adanya status tanggap darurat maka kita akan memberikan bantuan mungkin sekitar Rp 5 miliar atau Rp 6 miliar kepada daerah-daerah tersebut untuk recovery dan pertolongan tanggap darurat. Biasanya dua minggu karena cuaca ekstrem ini masih akan terjadi hingga 5-7 hari ke depan, kira kira begitu."