Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Fatur Siswa SMK Korban Kejahatan Jalanan di Yogya Meninggal Setelah Dirawat 27 Hari

Fatur Nizar Rakadio, korban dugaan kejahatan jalanan atau klitih yang terjadi di Bantul, pada pertengahan Desember 2019 lalu akhirnya meninggal dunia.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Fatur Siswa SMK Korban Kejahatan Jalanan di Yogya Meninggal Setelah Dirawat 27 Hari
Tribunjogja.com/Ahmad Syarifudin
Foto almarhum Fatur Nizar Rakadio 

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Fatur Nizar Rakadio, korban dugaan kejahatan jalanan atau klitih yang terjadi di Bantul, pada pertengahan Desember 2019 lalu akhirnya meninggal dunia.

Pelajar kelas satu di salah satu SMK Negeri itu menghembuskan nafas terakhirnya di RSUP Sardjito, Kota Yogyakarta, pada Kamis (9/1/2020).

Dio, panggilan akrab Fatur Nizar Rakadio, meninggal dunia setelah berjuang melawan sakitnya selama 27 hari.

Ia mengalami patah tulang di bagian leher belakang, punggung hingga ke tulang ekor setelah motor yang dikendarainya ditendang dari belakang oleh orang tak dikenal, pada 14 Desember 2019.

Sang ayah, Deddy Indrihartono mengatakan, anaknya itu meninggal dunia pada Kamis, sekitar pukul 22.30 WIB dan telah dimakamkan pada Jumat.

Ratusan pelayat yang sebagian besar merupakan keluarga dan teman-teman sekolahnya itu ikut mengiringi kepergian Dio menuju tempat peristirahatan terakhir.

"Yang mengusung keranda anak saya sebagian adalah teman-temannya di sekolahan. Mereka pakai baju Paskibra. Kebetulan anak saya itu aktif di kegiatan sekolah," terang Deddy saat ditemui dirumah duka di Dusun Ponggok 1, Desa Trimulyo, Jetis, Bantul, Sabtu (11/1/2020).

Berita Rekomendasi

Deddy menceritakan, kejadian dugaan aksi klitih itu bermula ketika Dio bersama teman-teman sekolahnya melakukan refreshing, bermain di Pantai di daerah Gunungkidul pada 14 Desember 2019 lalu.

Seusai bermain dari pantai, Dio bersama rombongan kemudian pulang mengendarai sepeda motor, melewati jalur Panggang - Siluk.

Kapolresta Yogyakarta Kombes Tommy Wibisono merilis sembilan perusak dan pengeroyok di timur Kampung Lembah Code, Jalan Ahmad Jazuli, Gondokusuman, dan sejumlah barang bukti di Polresta Yogyakarta, Jumat (16/6/2017). TRIBUN JOGJA/PRADITO RIDA PERTANA
Kapolresta Yogyakarta Kombes Tommy Wibisono merilis sembilan perusak dan pengeroyok di timur Kampung Lembah Code, Jalan Ahmad Jazuli, Gondokusuman, dan sejumlah barang bukti di Polresta Yogyakarta, Jumat (16/6/2017). TRIBUN JOGJA/PRADITO RIDA PERTANA (Tribun Jogja/Pradito Rida Pertana)

Di tengah jalan itu, Dio beserta rombongan, berpapasan dengan rombongan tak dikenal mengendarai sepeda motor matic.

"Mereka membawa cat, kemudian disiramkan ke motor anak saya," terang Deddy.

Beruntung, cat yang disiramkan oleh gerombolan para pelaku itu tidak mengenai kepala.


Cat tumpah mengenai bagian jok belakang dan knalpot motor.

Namun aksinya tidak berhenti sampai disana. Para pelaku yang saat itu rombongan berkisar antara 5 - 7 motor itu lalu putar balik.

Baca: Duduk Perkara Sejumlah Siswi SMP Dicabuli Pembina Pramuka saat Kemah, Dibujuk Rayu, Korban Trauma

Baca: Di Rakernas I, PDIP Kota Yogyakarta Pamerkan Produk Jamu Olahan

Mereka mengejar rombongan Dio dan teman-temannya. Aksi kejar sempat terjadi sampai di Jalur Kebonagung dan Sriharjo.

Para pelaku mengejar dan langsung memepet motor Yamaha R15 berwarna biru yang saat itu dikendarai oleh Dio.

Tanpa sebab yang jelas, seorang pelaku kemudian menendangnya. Kontan saja, motor yang dikendarai oleh Dio langsung ambruk.

"Anak saya jatuh ke aspal. Tidak ada yang luka. Tetapi mengalami patah di tulang leher belakang sampai tulang ekor," tuturnya.

Bahkan, bukan hanya motor Dio yang saat itu ambruk.

Akibat tendangan dari pelaku, sedikitnya mengakibatkan lima motor teman-temannya Dio yang saat itu berada di belakangnya terjatuh.

Seorang pelajar asal Sleman yang diduga menjadi korban aksi klitih sedang menjalani perawatan di rumah sakit
Seorang pelajar asal Sleman yang diduga menjadi korban aksi klitih sedang menjalani perawatan di rumah sakit (Istimewa)

Beruntung, mereka hanya mengalami luka ringan.

Dio yang saat itu terkapar kemudian dilarikan ke RS Nur Hidayah.

Menjalani pertolongan medis pertama, lalu di CT Scan untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi di dalam tubuh pasien.

Pasalnya, saat itu, Dio mengeluh kepada Deddy, ayahnya, bahwa sebagian tubuhnya tidak bisa digerakkan.

"Bagian dada ke bawah sampai tangan dan kaki anak saya, tidak bisa digerakkan," tuturnya.

Dari RS Nur Hidayah Bantul itu kemudian pelajar berusia 16 tahun itu pindah perawatan di RS Bethesda yang akhirnya dirujuk ke RSUP Sardjito, Kota Yogyakarta.

Di rumah sakit inilah, Dio berusaha semaksimal mungkin bertahan.

Pelajar kelas satu di salah satu SMK Negeri itu berjuang keras melawan sakitnya.

Keluarga dan para sahabatnya datang silih berganti, setiap hari terus menjenguk dan mendoakan.

Namun, apa daya, takdir kehidupan memang sudah digariskan.

Baca: Prakiraan Cuaca BMKG Hari Ini, Selasa 7 Januari 2020: Waspada Yogyakarta Berpotensi Hujan Petir

Baca: Guru SD Cabuli 12 Siswanya, Berawal dari Masuk Tenda saat Kemah hingga Ajari Reproduksi di UKS

Setelah 27 hari menjalani perawatan medis, Dio akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.

Pemilik nama lengkap Fatur Nizar Rakadio itu meninggal dunia, pada Kamis, 9 Januari 2020 pukul 22.30 WIB.

"Padahal sebelumnya sempat membaik. Semangatnya sempat pulih pada 29 Desember. Saya waktu itu sudah senang sekali, karena dia sudah mau makan," kenang Deddy.

Deddy dan keluarganya, termasuk sang ibunda, Bidi Astuti begitu sangat terpukul, kehilangan sosok anak yang dikenal supel dan pandai bergaul itu.

Meskipun telah berusaha tegar, nyatanya mereka tak kuasa menahan gemuruh di dadanya.

Bidi bahkan tak kuasa untuk membendung air yang terus menganak di pelupuk matanya. Ia menangis.

Kepada Tribunjogja.com, ibunda Dio itu mengaku teringat dengan sosok almarhum yang semasa hidupnya baik.

Menurut dia, anaknya itu jarang sekali ke luar rumah nongkrong bersama teman-temannya. Kecuali ketika memang ada kegiatan sekolah.

Ketika hari libur pun Dio lebih suka bermain di rumah bersama adiknya, Mareno yang saat ini masih berusia 9 tahun.

Baca: Lemas Lihat Tagihan Rumah Sakit Capai 37Juta, Peserta BPJS Bersyukur Tak Harus Bayar Sepeserpun

Baca: Jokowi Bagikan Kaus Hitam Jelang Pergantian Tahun 2019 di Malioboro

Bahkan, saat Dio sedang dirawat dirumah sakit, Mareno tak pernah absen menjenguk.

Satu ketika Mareno bahkan datang ke rumah sakit membawa raket dan shuttlecock.

"Kakak cepet sembuh. Ayok main raket lagi sama Mareno," ucap Bidi, menirukan perkataan anak bungsunya itu.

Kepergian Dio itu membawa luka mendalam bagi keluarga dan para sahabatnya.

Mereka berharap para pelaku segera ditangkap dan mendapatkan hukuman setimpal.

Meskipun, kata Deddy, tidak ada hukuman setimpal untuk membalas kepergian anaknya.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Bantul, AKP Riko Sanjaya mengatakan, pihaknya sudah bergerak cepat dan telah mengamankan pelaku utama, beserta rombongannya dalam kasus tersebut.

Saat ini menurut dia para pelaku sudah ada di Mapolres Bantul untuk menjalani pemeriksaan.

"Kita masih akan dalami terkait perannya masing-masing. Rencana, dalam waktu dekat ini, kita akan rilis (para pelakunya)," ujar AKP Riko.

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Akhir Cerita Siswa SMKN Asal Bantul Ditendang Komplotan Pemotor Hingga Patah Tulang Leher

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas