Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Pengukuhan Toto Santoso Jadi Raja Keraton Agung Sejagat yang Digelar di Candi Arjuna Dieng

Riwayat Keraton Agung Sejagat (KAS) berakhir seiring ditangkapnya sang raja dan permaisuri, Toto Santoso dan Fanny.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Kisah Pengukuhan Toto Santoso Jadi Raja Keraton Agung Sejagat yang Digelar di Candi Arjuna Dieng
IST/Facebook via Tribun Jogja
Heboh Keraton Agung Sejagat yang Punya Ratusan Pengikut, Klaim Punya Kekuasaan Dunia 

TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA -- Riwayat Keraton Agung Sejagat (KAS) berakhir seiring ditangkapnya sang raja dan permaisuri, Toto Santoso dan Fanny.

Pentolan KAS yang ternyata bukan pasangan suami istri sah itu rupanya memiliki jejak di dataran tinggi Dieng.

Tahun 2019 lalu, saat Dieng dilanda suhu beku, Toto dan ratusan pengikutnya menggelar acara pengukuhan raja dan ratu agung sejagat di komplek candi Arjuna.

Ini dituturkan oleh Kepala UPTD Objek Wisata Dieng Banjarnegara Aryadi Darwanto.

Tetapi ia tak mengetahui alasan mereka menggelar kegiatan sakral itu di situ.

Dari catatan sejarah, candi-candi di Dieng dibangun sekitar abad ke 7 hingga 9 Masehi pada masa dinasti Wangsa Sanjaya.

Sedangkan Toto dan pengikutnya di situ sekaligus memperingati seribuan tahun masa kejayaan Dinasti Sanjaya.

Baca: Bangun Keraton Agung Sejagat, Begini Kehidupan Toto Santoso Sebelum Mengaku Jadi Raja

Baca: Curhat Ratu Keraton Agung Sejagat Saat Disuruh Ganti Baju Tahanan, Minta Gubernur Lakukan Ini

Baca: Raja Keraton Agung Sejagat Ditangkap: Pernah Pinjam Rp 1,3 Miliar, Cerita Tetangga tentang Sosoknya

Berita Rekomendasi

Mereka yang datang dari berbagai daerah itu pun berpenampilan layaknya pasukan atau petinggi kerajaan.

Toto dan Dyah sempat didudukkan di komplek Tuk Bimalukar yang disulap jadi singgasana dadakan.

Ini seperti terlihat dalam foto yang beredar luas di media sosial.

Mereka menggelar kirab dari tuk Bimalukar sebagai hulu Sungai Serayu menuju ke komplek Candi Arjuna Dieng.

Potret Fanni Aminadia yang mengaku Ratu Keraton Agung Sejagat
Potret Fanni Aminadia yang mengaku Ratu Keraton Agung Sejagat (INSTAGRAM)

"Mereka percaya akan datang zaman keemasan seperti dulu,"katanya

Aryadi tidak menemukan keanehan dalam kegiatan itu, kecuali gaya pakaian mereka yang sedikit aneh.

Ini lain dari desain pakaian adat Jawa yang sudah populer di masyarakat.

Selebihnya kegiatan itu berlangsung wajar berupa prosesi pengukuhan dan doa.

Meski mereka punya keyakinan kuat, masa keemasan kerajaan zaman dahulu akan direngkuh kembali.

Aryadi mengaku hanya menghadiri acara yang kental nuansa budaya itu sampai sekitar jam 10 an malam.

Ia memutuskan balik kanan karena tidak kuat dengan suhu di komplek candi yang membeku.

Semakin malam, suhu di Dieng terus turun hingga tercipta embun es.

Tetapi hawa dingin yang ekstrem itu ternyata tak membuat kelompok tersebut membubarkan diri.

Mereka tetap semangat mengikuti acara dan bertahan hingga dini hari.

Kapolda Jateng Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel didampingi Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Islandar Fitriana dan Direskrimum Polda Jateng, Kombes Pol Budi Haryanto menyampaikan pemaparan terkait kasus Keraton Agung Sejagat, di Mapolda Jateng, Rabu (15/1/2020). Tribun Jateng/Akhtur Gumilang
Kapolda Jateng Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel didampingi Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Islandar Fitriana dan Direskrimum Polda Jateng, Kombes Pol Budi Haryanto menyampaikan pemaparan terkait kasus Keraton Agung Sejagat, di Mapolda Jateng, Rabu (15/1/2020). Tribun Jateng/Akhtur Gumilang (Tribun Jateng/Akhtur Gumilang)

Ini yang membuat Aryadi terheran. Padahal, mereka tidak mengenakan baju tebal atau jaket untuk melindungi tubuh dari paparan suhu ekstrem.

Mereka bahkan tak mengenakan alas kaki.

"Warga ada yang menonton tapi gak sampai selesai. Karena jam 10 an itu sudah mulai turun embun es," katanya.

Pernah Dikukuhkan di Candi Arjuna

Warga dihebohkan dengan munculnya Keraton Agung Sejagat di Desa Pogung, Jurutengah, Kecamatan Bayan Purworejo yang dipimpin Toto Santoso Hadiningrat dengan gelar Sinuhun.

Pasca-viral berita itu, sang raja dan permaisuri yang dipanggil Ratu Dyah Gitarja ditangkap dan dibawa ke Polda Jawa Tengah untuk menjalani pemeriksaan, rabu (15/1).

Keraton Agung Sejagat ditutup karena dianggap meresahkan warga. Polisi pun menggeledah rumah kontrakan Toto di Sleman untuk mencari barang bukti.

Toto dan Dyah yang sebelumnya tampak gagah dengan pakaian kerajaan di hadapan ratusan pengikutnya, kini terlihat lemah dengan baju tahanan.

Kelompok ini sebenarnya telah eksis cukup lama. Sebelum viral di Pogung Jurutengah, Toto dan ratusan pengikutnya ternyata pernah melaksanakan kegiatan ala kerajaan di dataran tinggi Dieng, beberapa bulan lalu.

Kepala UPTD Objek Wisata Dieng Aryadi Darwanto mengatakan Toto dan pengikutnya pernah menggelar kegiatan di Dieng. Ia pun menyebut acara itu legal karena telah mendapatkan izin dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB).

Pusat kegiatan bernuansa budaya itu berada di komplek Candi Arjuna Dieng. "Itu mereka izin. Acaranya di kompleks candi," katanya.

Kehadiran ratusan orang dari luar kota yang berpakaian ala kerajaan itu sontak sempat meramaikan kawasan wisata Dieng. Prosesi pengukuhan itu sekaligus memeringati 1000 tahun masa keemasan Dinasti Sanjaya.

Prosesi kirab diawali dengan ritual pengambilan air suci di tuk Bimalukar Desa Dieng Wetan.

Ratusan peserta lantas mengarak gunungan dari tuk Bimalukar menuju komplek candi Arjuna dengan berjalan kaki.

Alunan musik khas mengiringi perjalanan mereka ke candi. Di sana, panitia acara telah menyiapkan panggung lengkap dengan penerangan dan sound system untuk pengukuhan sang raja.

Menariknya, penyiar (announcer) acara itu menggunakan dua bahasa (bilingual), Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

"Warga juga ada yang menyaksikan, cuma nggak sampai selesai," katanya.

Aryadi mengatakan, ia sempat merasa janggal dengan pakaian yang mereka kenakan. Ia mulanya membayangkan peserta acara itu akan mengenakan pakaian adat Jawa seperti umumnya peserta gelaran budaya.

Ia tak menyangka desain pakaian yang mereka kenakan lain dari biasa. Selebihnya ia tak menemukan keanehan berarti dalam prosesi yang mereka jalani.

Mereka bahkan berdoa untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. Mereka juga menyanyikan lagu mars yang syair dan pesan di dalamnya cukup bagus.

Mereka mempercayai akan datang masa keemasan kembali seperti zaman kerajaan dulu. Acara itu berlangsung hingga dini hari.

Pasangan yang mengaku sebagai raja dan ratu itu juga pernah mengadakan acara di Tuk Bimalukar Dieng. Ini terungkap dari foto yang beredar luas di media sosial.

Dalam foto itu, tampak Toto dan Dyah duduk bersanding layaknya raja dan ratu di Tuk Bimalukar, Desa Dieng Wetan Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo.

Di hadapannya, terlihat banyak orang dengan pakaian ala kerajaan duduk di tempat lebih rendah.

Sekda Wonosobo One Andang Wardoyo tak mengetahui perihal kegiatan itu. Pasalnya, kegiatan di Tuk Bimalukar itu tanpa izin ke Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Ia pun lantas menelusuri kebenaran informasi itu ke stafnya.

Benar saja, kegiatan itu ternyata pernah dilaksanakan di Tuk Bimalukar Dieng tanpa izin ke Pemkab Wonosobo. "Itu tidak izin ke Pemkab," katanya.

Andang mengatakan, komplek sumber mata air yang menjadi hulu Sungai Serayu itu memang diperbolehkan untuk tempat kegiatan masyarakat.

Biasanya, kegiatan di Tuk Bimalukar bernafas budaya semisal ruwatan atau pengambilan mata air suci. Sepanjang kegiatan budaya itu positif dan tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku, pihaknya akan mengizinkan kelompok masyarakat yang mengadakannya. (khoirul muzaki)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul FAKTA BARU : Kesaksian Warga Dieng Saat Ritual Pengukuhan Raja Keraton Agung Sejagat di Suhu Ekstrem

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas