Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Korban Totok Santosa Ungkap Hubungan di Balik Keraton Agung Sejagat dengan Jogja DEC & Sunda Empire

Setyo Eko Pratolo, korban dari munculnya Keraton Agung Sejagat mengisahkan awal mula ia menjadi pengikut Keraton Agung Sejagat.

Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
zoom-in Korban Totok Santosa Ungkap Hubungan di Balik Keraton Agung Sejagat dengan Jogja DEC & Sunda Empire
Channel Youtube Indonesia Lawyers Club
Satu di antara Korban Keraton Agung Sejagat (KAS), Setyo Eko Pratolo mengungkap kesaksiannya terkait kerajaan baru tersebut. 

TRIBUNNEWS.COM - Kerjaan atau Kekaisaran fiktif mendadak muncul menghebohkan publik belakangan ini.

Di antaranya yang hangat diperbincangkan masyarakat yakni Keraton Agung Sejagat, Sunda Empire, World Empire.

Banyak orang yang merasa tertipu dengan munculnya kerajaan ataupun kekaisaran yang mendadak muncul tersebut.

Setyo Eko Pratolo, korban dari munculnya Keraton Agung Sejagat mengisahkan awal mula ia menjadi pengikut Keraton Agung Sejagat.

Hal itu diungkapkan Eko ketika berbicara di ILC TV One, Selasa (21/1/2020) malam.

Ia mengaku mengaku menjadi pengikut setelah terbujuk dengan iming-iming dari Totok Santoso, orang yang mengklaim sebagai Raja Keraton Agung Sejagat.

Diketahui, Raja Keraton Agung Sejagat Totok Santosa pernah terlibat dalam organisasi Jogjakarta Development Committe (DEC).

BERITA TERKAIT

Totok menjabat sebagai Dewan Wali Amanat Panitia Pembangunan Dunia Wilayah Nusantara.

Menurut Eko, ada satu benang merah antara Jogja DEC, Sunda Empire, World Empire dan juga Keraton Agung Sejagat.

Eko yang merupakan perangkat desa Pogung, Juru Tengah Purworejo tersebut, mengaku bergabung dengan Keraton Agung Sejagat bermula sejak kehadiran Jogja DEC.

Dari Jogja DEC yang disebutnya merupakan Panitia Pembangunan Kemanusiaan itu, lalu bertransformasi menjadi Sunda Empire.

"Berjalan satu tahun sampai 2016, itu perjalanan Jogja DEC itu menjadi adanya Sunda Empire di Bandung," tutur Eko.

Eko tak mengungkapkan apakah Jogja DEC bubar saat itu, namun demikian Jogja DEC yang bermarkas di Jogja tersebut sempat mendapat penolakan dari masyarakat Jogja saat itu.

Sementara itu, Eko juga mengungkapkan tranformasi menjadi Sunda Empire selang satu tahun kemudian juga muncul World Empire di Jogja .

"Berjalan satu tahun, itu berubah ada lagi menjadi World Empire," lanjutnya.

Menurutnya, antara Sunda Empire dan World Empire tidaklah jauh berbeda.

"Jadi World Empire sama Sunda Empire kemungkinannya yang saya pahami ini sama," tuturnya.

Eko mengungkapkan, Totok Santosa yang merupakan Raja Keraton Agung Sejagat, juga pernah menjadi pengikut Sunda Empire.

"Awalnya itu dari pak Totok, itu juga bergabung dengan Sunda Empire," kata Eko yang mengaku mempunyai pangkat HRH itu.

Dari perjalanan tersebut, sejak adanya Jogja DEC hingga World Empire, Eko mengaku masih menjadi pengikut kegiatan organisasi itu yang berada di Jogja.

"Jadi dari Sunda Empire berdiri World Empire di Jogja, saya masih ngikut di World Empire, yang di Bandung saya juga nggak tahu," jelasnya.

Perjalanan World Empire terus berjalan hingga pada tahun 2018, muncul ide untuk mendirikan sebuah kerajaan.

"Sampai 2018, berawal 14 Agustus 2018 itu ada semacam rencana akan mendirikan kerajaan," ucapnya.

Bahkan beberapa persiapan dilakukan untuk membuat kerajaan tersebut.

Di antaranya yakni dengan menyelanggarakan berbagai acara kirab serta ritual.

"Waktu di Borobudur tanggal 14 Agustus 2018 itu ada doa bersama lintas budaya dan agama dan perdamaian dunia," ungkap Eko.

Setelah acara di Borobudur tersebut, menyusul acara doa bersama dan kirab di Gunung Tidar Magelang.

"Itu kirab di Gunung Tidar, dalam kirab setelah itu diadakan ritual. Ritualnya kayak orang dulu, pakai ada tumbal dengan menyembelih ayam, darahnya untuk memagari," sambungnya.

Masih berlanjut, acara serupa juga dilakukan di kawasan Dieng beberapa bulan setelahnya.

"Selang beberapa bulan lagi itu mengadakan kirab lagi di Dieng dari kawah Candradimuka sampai patung Arjuna,"

Bahkan ritual juga dilakukan di kawasan Prambanan dengan maksud untuk meminta perizinan.

"Dalam ritual itu, istilahnya meminta atau memohon, setelah itu diadakan penghargaan yang dari dulu ikut kegiatan," terangnya.

Eko yang menjabat sebagai Kasi Pemerintahan di Desa tempat ia tinggal itu mengaku, jutaan rupiah telah ia keluarkan untuk menjadi pengikut Keraton Agung Sejagat.

Bahkan ia sampai harus berhutang kepada orang lain.

Namun akhirnya semua uang yang dikelaurkan Eko tersebut hanyalah harapan palsu dan berakhir dengan gigit jari.

Eko baru menyadari bahwa dirinya tertipu oleh Totok Santosa saat acara deklarasi Kerajaan yang dihadiri oleh sejumlah media pada Minggu (12/1/2020).

"Itu ada temu wartawan, dengan adanya pak Totok ditanya, bapak warganya mana, KTP-nya mana, kedua saat ditanya Pak Totok mengakui NKRI tidak, itu ya sudah pasrah," ungkapnya.

Sementara itu, Raden Rangga Sasana, petinggi Sunda Empire yang juga hadir di ILC tak menampik jika Totok Santosa pernah menjadi bagian dari Sunda Empire.

Namun demikian, ia menegaskan bahwa Sunda Empire atau Kekaisaran Sunda sangat berbeda dengan Keraton Agung Sejagat.

Ia menyebut, tingkatan Sunda Empire merupakan pembentuk tatanan sistem internasional, sehingga seluruh sistem negara-negara ataupun semua kerajaan di bumi ini cuma bagian dari Sunda Empire

"Jadi perlu diketahui Sunda Empire jangan disamakan apa yang dilakukan saudara Toto Santoso," tandasnya

(Tribunnews.com/Tio)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas