Pembuat Seragam Keraton Agung Sejagat Kaget dan Senang Kostum Buatannya Viral
Koko Santoso dan Rini warga Sonosewu RT 02, Ngestiharjo, Kasihan Bantul tak pernah menyangka, kostum buatannya viral dipakai kerajaan Fiktif KAS
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Koko Santoso dan Rini warga Sonosewu RT 02, Ngestiharjo, Kasihan Bantul tak pernah menyangka, kostum buatannya viral lantaran dipakai oleh anggota Kerajaan fiktif, Keraton Agung Sejagat (KAS) di Pogung, Jurutengah, Bayan, Purworejo.
Koko dan Rini merupakan pemilik dari Putro Moelyono Production, sebuah home industri yang bergerak di bidang pembuatan alat musik, drum band, marching band dan kostum.
Ia biasa menerima pesanan sejumlah alat musik, lengkap beserta dengan kostumnya.
Termasuk terakhir, pada pertengahan November hingga awal Januari 2020 kemarin.
Koko dan Rini menerima pesanan kostum yang belakangan ternyata digunakan untuk 'Kerajaan Fiktif' bernama Keraton Agung Sejagat (KAS) di Purworejo.
"Saya kaget banget tapi ya senang. Ternyata itu kostum yang kemarin saya buat. Awalnya saya kira untuk acara kebudayaan," ungkap Rini, begitu mengetahui kostumnya dipakai kerajaan fiktif lalu viral, ditemui dirumahnya, Rabu (29/1/2020).
Rini dam suaminya, Koko Santoso mengetahui kostumnya dipakai oleh anggota Keraton Agung Sejagat melalui temannya, pada 13 Januari 2020 karena mulai viral di media.
Saat itu, yang dirasakan olehnya hanya kaget dan tak percaya.
Berjalannya waktu, Rini mengaku senang karena setelah viral ternyata banyak orang yang datang ke rumahnya.
Mereka ingin melihat bagaimana bentuk kostum Keraton Agung Sejagat.
Kebetulan ia menyisakan satu kostum sebagai sampel untuk display.
"Setelah viral, banyak yang datang kesini, mereka ingin coba coba memakai kostum. Mungkin karena tertarik ya. Saya dan suami saya sampai iseng, ayok bikin kardus untuk kotak sukarela, setelah foto," kelakar perempuan berusia 36 tahun itu.
Suami Rini, Koko Santoso menambahkan, Putro Moelyono merupakan usaha yang mulai dirintis keluarganya sejak tahun 1968.
Didirikan oleh ayahnya, almarhum Moelyono.
Awalnya, usaha ini bergerak di bidang alat musik.
Kemudian perlahan waktu, mulai merambah ke kostum.
Sejak tahun 2007 usaha keluarganya itu mulai dipegang oleh dia dan akhirnya terus mengalami perkembangan.
Mulai menggarap pesanan yang datang dari berbagai sekolah dan instansi, termasuk pernah juga menggarap pesanan kostum dari Akademi Kepolisian (Akpol).
"Pesanan dari Akpol itu dipakai untuk penutupan Asian Games 2018 kemarin," kata dia.
Sebelumnya, fenomena kemunculan kerajaan fiktif Keraton Agung Sejagat (KAS) di Pogung, Jurutengah, Bayan, Purworejo beberapa waktu lalu sempat menghebohkan banyak pihak.
Sang 'Raja' dan 'Ratu' KAS, Toto Santoso dan Fanni Aminadia sudah ditangkap Kepolisian terkait kasus penipuan dan keonaran.
Usut punya usut, kostum yang dipakai kerajaan fiktif tersebut ternyata dijahit di Bumi Projotamansari, tepatnya di Putro Moelyono Production, home industri yang dikelola Koko Santoso dan istrinya, Rini.
"Iya, kostum (Keraton Agung Sejagat) dipesan di sini. Mbak Fanni (Aminadia) langsung yang datang pesan ke sini," kata Koko Santoso.
Tiru Kerajaan Brunei Darussalam
Diceritakan Koko, pemesanan kostum dilakukan oleh Fanni pada pertengahan November 2019.
Waktu itu, awal mula pemesanan, dirinya dihubungi langsung oleh Fanni yang belakangan diketahui merupakan "Ratu" dari Keraton Agung Sejagat.
Fanni menghubungi Koko untuk memastikan, apakah bisa membuat kostum sesuai pesanan. Setelah dipastikan bisa, Fanni kemudian datang.
"Mbak Fanni nggak ngomong kostumnya mau buat apa. Dia cuma bilang, pesan kostum gini bisa nggak?," ucap Koko, menirukan perkataan Fanni sembari menunjukan foto seragam milik kerajaan Brunei Darussalam.
Kata Koko, kostum yang diperlihatkan Fanni sebagai contoh awal, merupakan milik dari Kerajaan Brunei Darussalam, kemudian dalam proses pengerjaannya, kostum tersebut didesain ulang, disesuaikan dengan permintaan.
Satu stel kostum dihargai Rp 900 ribu.
Saat itu Fanni memesan kostum sebanyak 297 stel, ditambah lima kostum untuk raja dan ratu, beserta anak.
Untuk kostum raja, ratu dan anak harganya Rp 600 ribu per-stel, karena Fanni membawa bahan sendiri.
Koko hanya diminta untuk mengerjakan jahitan dan perlengkapan aksesorinya.
"Pakaian untuk Raja dan Ratu memakai kain berbeda yang lebih bagus," kata dia.
Dalam mengerjakan pesanan, Koko dan Rini dibantu oleh 12 orang yang sengaja diminta untuk mengerjakan secara borongan.
Hal itu dilakukan karena Fanni meminta proses pengerjaan kostum dilakukan dengan cepat, bahkan kurang dari dua bulan.
Awalnya cukup berat bagi Koko dan Rini, namun pesanan tersebut akhirnya bisa diselesaikan dengan cara dikirim secara bertahap ke kontrakan Toto Santoso di Godean pada 6 Januari 2020.
Tak lama setelah itu, kemudian viral. (TRIBUNJOGJA.COM)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Cerita Pembuat Seragam Keraton Agung Sejagat, Kaget dan Senang Kostum Buatannya Viral, https://jogja.tribunnews.com/2020/01/29/cerita-pembuat-seragam-keraton-agung-sejagat-kaget-dan-senang-kostum-buatannya-viral?page=all.