Kunjungi Pasar Tomohon, Wakil Walikota Pastikan Kelelawar di Pasar Ekstrem Bebas Corona
Pasar ekstrem Tomohon kembali menjadi perhatian setelah kabar wabah virus corona berasal dari hewan liar, khususnya kelelawar.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, TOMOHON - Wakil Wali Kota Tomohon Syerly Adelyn Sompotan (SAS) memegang kelelawar yang sudah disembelih dan dijual di pasar ekstream Tomohon.
Ia turun langsung untuk memastikan kondisi Pasar Ekstrem Tomohon, Kamis (30/1/2020).
Pasar ini disebut-sebut kembarannya pasar seafood Huanan di Wuhan China, tempat di mana virus corona berasal.
Pasar ekstrem Tomohon diketahui menjual berbagai daging hewan liar seperti kelelawar, ular piton, biawak, tikus hutan.
Serta hewan domestik seperti anjing dan kucing.
Dalam kunjungan kali ini, SAS, demikian ia disapa, memastikan bahwa virus corona tak ada di pasar ekstrem tersebut.
SAS keliling pasar dan berbincang dengan para pedagang.
Ia pun tak takut untuk memegang langsung dagangan kelelawar yang ada di lapar pedagang.
SAS menyuruh pedagang membelah kelelawar atau disebut paniki dalam bahasa lokal.
Setelah pedagang membelah seekor kelelawar, SAS memegangnya dan melihat daging kelelawar yang berwarna merah.
SAS pun berbincang-bincang dengan pedagang, apakah isu virus corona ini memengaruhi penjualan mereka.
SAS mengatakan pengalaman para pedagang, kelelawar yang segar terlihat dari dagingnya yang masih mereka.
"Kalau dagingnya tidak sehat, pasti sudah beku membiru," kata dia di sela-sela kunjungannya di pasar tersebut.
Meski begitu SAS tetap mengimbau masyarakat yang masih tertarik dengan daging Kelelawar agar tetap memperhatikan hal-hal penting.
Terutama mengenai kebersihan daging sebelum diolah. "Kalau mau mengonsumsinya, pastikan pengolahannya higienis," katanya.
"Cuci bersih dagingnya dan memasaknya dengan tepat," pintanya kepada masyarakat saat mengerumuninya usai membelah daging Kelelawar.
SAS meminta pada pedagang untuk tetap memerhatikan kondisi daging-daging yang diperjual-belikan.
"Mohon diperhatikan, kebersihan dan kondisi daging yang dijual agar sampai ke tangan pembeli tetap dalam kondisi segar," kata SAS yang dikenal sosok modis ini.
Kemiripan Pasar Ekstrem Tomohon dan Pasar Wuhan
Dahulu, Pasar ekstrem Tomohon terdaftar sebagai tempat wisata di Tomohon.
Namun, para aktivis kesejahteraan hewan mengeluhkan hal tersebut dan meminta untuk menghapusnya.
Selain karena perlakuan yang diterima hewan, para aktivis juga mengatakan bahwa tempat semacam Pasar Tomohon adalah sarana perkembangbiakan penyakit yang berpotensi fatal.
Meskipun begitu, perdagangan daging hewan lair masih berlanjut di sana.
Pasar tersebut juga mengantongi izin resmi dari pemerintah setempat.
Disebutkan, kucing dan anjing yang dijual diangkut secara ilegal dari luar daerah.
Bandingkan dengan Pasar Wuhan
Pasar di China diduga menjadi pusat awal penyebab wabah virus Corona.
Pasar tersebut adalah Pasar Seafood Huanan, yang terletak di pusat kota Wuhan, China.
Pemerintah China mengatakan, virus Corona berasal dari satwa liar yang dijual secara ilegal di pasar tersebut.
"Penyebab virus Corona yang baru adalah satwa liar yang dijual secara ilegal di pasar seafood Wuhan," kata Gao Fu, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok.
Kini, Pasar Seafood Huanan resmi ditutup dan berada di bawah pengawasan pemerintah.
Pasar Huanan sekarang diberi label sebagai "ground zero".
Sebelumnya, dilansir South China Morning Post, Pasar Seafood Huanan tak hanya menjual makanan laut biasa.
Sejumlah 112 daging hewan liar juga dijual di sana.
Hewan liar itu seperti ular, kucing, rubah hidup, buaya, anak anjing, serigala, dan salamander raksasa.
Bahkan, ular, tikus, burung merak, landak, koala, dan daging buruan juga dijual.
Hewan-hewan tersebut disembelih, dibekukan, kemudian dijual.
Harga yang dapat disebut seperti daging koala, yang dijual senilai 70 Yuan atau sekitar Rp 137 ribu.
Seorang pemangku kepentingan asal China yang berada di Inggris mengatakan, dirinya ragu jika daging yang dijual adalah legal.
"Saya ragu jika orang di sana bisa menyelundupkan mereka (satwa liar) ke China," ujarnya.
Laporan lain mengungkapkan, landak dijual lengkap dengan kandangnya sejak hewan tersebut datang ke pasar.
Disinyalir, telah terjadi perdagangan hewan liar di China.
Namun, permintaan akan daging hewan liar tinggi.
Permintaan akan makanan lezat dan bahan obat tradisional menjadi alasannya.
Hu Xingdou, seorang ekonom politik independen, mengatakan bahwa kecintaan orang-orang Tionghoa untuk memakan satwa liar berdasarkan pada budaya, ekonomi, dan politik yang telah mengakar.
"Sementara orang Barat menghargai kebebasan dan hak asasi manusia lainnya, orang-orang Tiongkok memandang makanan sebagai kebutuhan utama mereka karena kelaparan adalah ancaman besar dan bagian yang tak terlupakan dari sejarah nasional," terangnya.
Meskipun banyak kota, termasuk Guangzhou, Shenzhen, dan Beijing, telah melarang penjualan unggas hidup, pasar seperti itu masih menyebar di penjuru Negeri Tirai Bambu.
"Makan makanan dari hewan atau tanaman langka telah menjadi standar sosial sendiri bagi sebagian orang," tambah Hu.
Di dalam pasar, satwa liar, baik eksotik maupun ternak, yang berasal dari berbagai tempat yang berbeda, disatukan di satu tempat.
Kondisi itu menjadi tempat berkembangbiaknya penyakit dan inkubator bagi banyak virus untuk berevolusi.
Alhasil, hal itu berdampak pada biodiversitas dan memicu penyebaran penyakit.
Virus pun menular ke manusia.
Sebelumnya, penelitian menunjukkan, virus Corona ditularkan dari ular ke manusia.
Namun, penasihat medis pemerintah, Zhong Nanshan, juga mengidentifikasi luwak dan tikus sebagai sumber virus Corona yang memungkinkan.
Beberapa penderita awal virus Corona adalah pedagang pasar yang bersentuhan dengan unggas dan daging yang dijualnya. (Tribunmanado.co.id/Finneke Wolajan/Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)
Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Wawali Cantik Ini Tak Takut Pegang Kelelawar di Pasar Ekstrem, Pastikan Bebas dari Virus Corona.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.